Pria Gay Palestina Dibunuh Secara Brutal, Video Eksekusinya Menyebar
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 12:11 WIB
HEBRON - Seorang pria Palestina berusia 25 tahun dibunuh secara brutal di Hebron, Tepi Barat, karena gay . Jasadnya ditemukan dengan kondisi telah dipenggal.
Korban bernama Ahmad Abu Marhia. Polisi Palestina telah menangkap seorang tersangka dalam pembunuhan tersebut.
Kelompok advokasi lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer (LGBTQ) di Israel—tempat Ahmad Abu Marhia mencari suaka—mengatakan korban sebelumnya menerima ancaman karena dia gay.
Video adegan pembunuhan Ahmad Abu Marhia di Hebron telah menyebar luas di media sosial yang menimbulkan spekulasi tentang motifnya. Namun, polisi mengatakan tidak ada yang dikonfirmasi.
Kelompok advokasi LGBTQ Israel mengatakan korban telah menghabiskan dua tahun di Israel menunggu klaim suaka untuk melarikan diri ke luar negeri setelah menerima ancaman pembunuhan dari dalam komunitasnya.
Media Israel mengutip teman-teman korban yang mengatakan dia diculik dan dibawa ke Tepi Barat.
Keluarganya, bagaimanapun, mengatakan korban secara teratur mengunjungi Hebron untuk bekerja. Mereka menggambarkan klaim tentang motif pembunuhan korban karena gay sebagai rumor.
Homoseksualitas ditolak dalam bagian yang paling konservatif secara sosial dan agama dari masyarakat Palestina dan Israel.
Mengutip BBC, Sabtu (8/10/2022), korban telah meninggalkan rumahnya ke Tepi Barat yang diduduki Israel dengan izin kemanusiaan sambil berharap untuk pergi ke Kanada.
Aktivis ternama, Natali Farah, mengatakan kepada surat kabar Haaretz bahwa Abu Marhia dikenal dan disukai dan seluruh komunitas LGBTQ "sekarang menangis".
"Semua orang takut," katanya.
Para warga Palestina juga menyatakan jijik atas pemenggalan korban.
Seorang presenter untuk stasiun radio Karama di Palestina, yang dikutip oleh Times of Israel, mengatakan; "Kejahatan itu telah melewati setiap garis merah dalam masyarakat kita, baik dalam hal moral, adat istiadat, atau dasar kemanusiaan."
Menurut laporan Haaretz, sekitar 90 warga Palestina yang mengidentifikasi diri sebagai LGBT saat ini hidup sebagai pencari suaka di Israel setelah mengalami diskriminasi di komunitas asal mereka. Mereka diizinkan mencari pekerjaan di Israel sejak Juli.
Korban bernama Ahmad Abu Marhia. Polisi Palestina telah menangkap seorang tersangka dalam pembunuhan tersebut.
Kelompok advokasi lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer (LGBTQ) di Israel—tempat Ahmad Abu Marhia mencari suaka—mengatakan korban sebelumnya menerima ancaman karena dia gay.
Video adegan pembunuhan Ahmad Abu Marhia di Hebron telah menyebar luas di media sosial yang menimbulkan spekulasi tentang motifnya. Namun, polisi mengatakan tidak ada yang dikonfirmasi.
Kelompok advokasi LGBTQ Israel mengatakan korban telah menghabiskan dua tahun di Israel menunggu klaim suaka untuk melarikan diri ke luar negeri setelah menerima ancaman pembunuhan dari dalam komunitasnya.
Media Israel mengutip teman-teman korban yang mengatakan dia diculik dan dibawa ke Tepi Barat.
Keluarganya, bagaimanapun, mengatakan korban secara teratur mengunjungi Hebron untuk bekerja. Mereka menggambarkan klaim tentang motif pembunuhan korban karena gay sebagai rumor.
Homoseksualitas ditolak dalam bagian yang paling konservatif secara sosial dan agama dari masyarakat Palestina dan Israel.
Mengutip BBC, Sabtu (8/10/2022), korban telah meninggalkan rumahnya ke Tepi Barat yang diduduki Israel dengan izin kemanusiaan sambil berharap untuk pergi ke Kanada.
Aktivis ternama, Natali Farah, mengatakan kepada surat kabar Haaretz bahwa Abu Marhia dikenal dan disukai dan seluruh komunitas LGBTQ "sekarang menangis".
"Semua orang takut," katanya.
Para warga Palestina juga menyatakan jijik atas pemenggalan korban.
Seorang presenter untuk stasiun radio Karama di Palestina, yang dikutip oleh Times of Israel, mengatakan; "Kejahatan itu telah melewati setiap garis merah dalam masyarakat kita, baik dalam hal moral, adat istiadat, atau dasar kemanusiaan."
Menurut laporan Haaretz, sekitar 90 warga Palestina yang mengidentifikasi diri sebagai LGBT saat ini hidup sebagai pencari suaka di Israel setelah mengalami diskriminasi di komunitas asal mereka. Mereka diizinkan mencari pekerjaan di Israel sejak Juli.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(min)
tulis komentar anda