Menlu Ukraina Ledek Lavrov: Diplomat Rusia 'Kabur' Hampir Sama Seperti Tentara Rusia

Jum'at, 23 September 2022 - 10:07 WIB
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba mengolok-olok Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov yang melakukan walk out dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB. Foto/Kolase/Sindonews
NEW YORK - Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengolok-olok Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang melakukan walk out dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB. Ia menyebut apa yang dilakukan oleh Lavrov hampir sama dengan yang dilakukan tentara Rusia.

Seperti diketahui, Menteri Luar Negeri Rusia tidak menghadiri pertemuan Dewan Keamanan sampai tiba gilirannya untuk menyampaikan pendapat dan kemudian meninggalkan perdebatan.

“Diplomat Rusia melarikan diri hampir sama tepatnya dengan tentara Rusia,” kata Kuleba ketika dia berbicara setelah kepergian Lavrov seperti dikutip dari Washington Examiner, Jumat (23/9/2022).

Kuleba memusatkan perhatian pada Lavrov dan timnya.





“Diplomat Rusia secara langsung terlibat karena kebohongan mereka menghasut kejahatan ini dan menutupinya,” katanya.

"Sebelum 24 Februari, diplomat Rusia di sini di PBB telah berulang kali membantah rencana invasi skala penuh ke Ukraina...Rusia tidak tahu malu," kecamnya.

Cemoohan Kuleba melanjutkan kehebohan yang terbentang sepanjang pertemuan ketika pejabat PBB dan diplomat Barat mengutuk perang tersebut.

“Saya duduk di sini pada bulan Februari, mendengarkan perwakilan Rusia meyakinkan dewan ini bahwa Rusia tidak berniat menyerang tetangganya,” kata Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly dalam pidatonya sendiri di Dewan Keamanan PBB.

“Kami sekarang tahu itu bohong. Dan hari ini, saya telah mendengarkan angsuran lebih lanjut dari katalog distorsi, ketidakjujuran, dan disinformasi Rusia. Dia telah meninggalkan ruangan. Saya tidak terkejut. Saya tidak berpikir Tuan Lavrov ingin mendengar kecaman kolektif dari dewan ini,” imbuhnya.



Pernyataan panjang Lavrov lantas menginterupsi serangkaian kecaman ketika ia menawarkan penolakan besar-besaran terhadap keluhan Internasional dengan mengklaim bahwa perang itu "tidak terhindarkan" karena pilihan Barat dan Ukraina.

Ia juga menyangkal bertanggung jawab atas kekejaman yang dilaporkan di daerah-daerah yang diduduki oleh pasukan Rusia. Namun kredibilitasnya berada di bawah tekanan karena perang.

Lavrov menyatakan bahwa pejabat Ukraina "melakukan" pembantaian di Bucha, sebuah komunitas di luar Kiev yang diduduki oleh pasukan Rusia selama upaya mereka untuk merebut Ibu Kota awal tahun ini, sebagai cara untuk menyabot negosiasi untuk mengakhiri konflik.

“Fakta bahwa itu dipentaskan tidak meninggalkan keraguan dalam pikiran siapa pun,” kata Lavrov, melalui penerjemah PBB.

"Tidak ada yang menyebut Bucha selain kami. Tolong tuntut pihak berwenang Ukraina guna mengambil langkah sederhana untuk mempublikasikan informasi tentang orang-orang yang mayatnya diperlihatkan di Bucha...Sekretaris Jenderal, tolong gunakan otoritas Anda untuk ini," seru Lavrov.



Lavrov membuat langkah retoris itu meskipun pertemuan Dewan Keamanan PBB dibuka dengan kecaman atas pembunuhan di Bucha.

"Jika saya boleh...secara langsung: Ketika saya pergi ke Bucha dan pergi ke belakang Gereja St. Andrew, mayat yang saya lihat tidak palsu," kata jaksa Pengadilan Kriminal Internasional Karim Khan dalam pertemuan Dewan Keamanan.

"Ketika saya berjalan di jalan-jalan Borodianka, kehancuran yang saya lihat pada gedung-gedung dan sekolah-sekolah terlalu nyata. Dan ketika saya meninggalkan Kharkiv, bom yang saya dengar di darat memberikan wawasan yang sangat suram, dan wawasan yang sangat kecil, tentang kenyataan mengerikan yang dihadapi oleh banyak saudara dan saudari dan anak-anak kita yang berada di zona perang,” imbuhnya.

Khan juga menambahkan bahwa dia sangat prihatin tentang pemindahan populasi dari Ukraina, keluar - terutama anak-anak, menambahkan bahwa tuduhan ini memerlukan penyelidikan penuh dan kemudian sidang penuh oleh hakim internasional.

“Dan menurut saya, gema Nuremberg harus didengar hari ini,” katanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ian)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More