Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman Hendak Melayat Ratu Elizabeth II, Picu Kecaman
Sabtu, 17 September 2022 - 11:39 WIB
“Ibunya juga telah berkunjung...dan meskipun dia sangat dihormati, semuanya terasa agak jauh. Charles tidak jauh. Dia mengunjungi Teluk secara teratur, menerima pangeran secara pribadi dan resmi di London. Dan dia memperhatikan. Ditambah lagi dia berusaha untuk belajar bahasa Arab. Dan pidatonya di awal tahun 90-an di Oxford Islamic center, ditambah intervensi berikutnya, dikagumi dan diingat," paparnya.
Dalam laporannya, CNN Arabic mengatakan Pangeran Mohammed tidak akan menghadiri pemakaman.
Alaoudh, yang ayahnya adalah seorang ulama reformis yang menghadapi hukuman mati di Arab Saudi, mengatakan dia yakin keputusan itu mungkin mencerminkan ego rapuh Putra Mahkota Saudi.
“Dia akan duduk di belakang tokoh-tokoh kuat lainnya,” kata Alaoudh.
“Tetapi MBS [Mohammed bin Salman] ingin pengakuan penuh atas kekuatannya, keberadaannya, untuk berada di barisan depan. Dia sangat peduli dengan simbol-simbol ini dan tidak ingin dipermalukan.”
Aktivis lain, Sayed Ahmed Alwadaei, direktur advokasi yang berbasis di Inggris di Bahrain Institute for Rights and Democracy, mengatakan: “Para diktator otoriter tidak boleh menggunakan kematian Ratu [Elizabeth] sebagai kesempatan untuk mencoba merehabilitasi citra mereka sementara mereka meningkatkan kampanye represif di negara mereka."
Dalam laporannya, CNN Arabic mengatakan Pangeran Mohammed tidak akan menghadiri pemakaman.
Alaoudh, yang ayahnya adalah seorang ulama reformis yang menghadapi hukuman mati di Arab Saudi, mengatakan dia yakin keputusan itu mungkin mencerminkan ego rapuh Putra Mahkota Saudi.
“Dia akan duduk di belakang tokoh-tokoh kuat lainnya,” kata Alaoudh.
“Tetapi MBS [Mohammed bin Salman] ingin pengakuan penuh atas kekuatannya, keberadaannya, untuk berada di barisan depan. Dia sangat peduli dengan simbol-simbol ini dan tidak ingin dipermalukan.”
Aktivis lain, Sayed Ahmed Alwadaei, direktur advokasi yang berbasis di Inggris di Bahrain Institute for Rights and Democracy, mengatakan: “Para diktator otoriter tidak boleh menggunakan kematian Ratu [Elizabeth] sebagai kesempatan untuk mencoba merehabilitasi citra mereka sementara mereka meningkatkan kampanye represif di negara mereka."
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda