Inilah 5 Kerugian Militer Terbesar Putin di Ukraina, Lebih dari Rp14,8 Triliun
Kamis, 25 Agustus 2022 - 14:35 WIB
KIEV - Lima kerugian militer terbesar pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin dalam perang yang sedang berlangsung dengan Ukraina menelan biaya lebih dari USD1 miliar (lebih dari Rp14,8 triliun). Angka ini menurut perhitungan Forbes.
Berikut daftar kelima kerugian terbesar tersebut.
1. Kapal perang Moskva senilai Rp11,1 triliun
Moskva, kapal perang utama Armada Laut Hitam Rusia, senilai USD750 juta (lebih dari Rp11,1 triliun) tenggelam pada bulan April. Ukraina mengeklaim menyerang kapal itu dengan rudal canggih dan menenggelamkannya.
Namun, Rusia mengatakan bahwa insiden itu akibat kebakaran dan menolak klaim serangan rudal Ukraina.
2. Pesawat Il-76 senilai USD86 juta (lebih dari Rp1,2 triliun)
3. Kapal serbu Amfibi Saratov senilai USD75 juta (lebih dari Rp1,1 triliun)
4. Pesawat Su-30SM senilai USD50 juta (lebih dari Rp740 miliar)
5. Pesawat Su-34 senilai USD40 juta (lebih dari Rp592 miliar)
Forbes menghitung bahwa antara dimulainya perang pada 24 Februari hingga titik enam bulan pada 24 Agustus, Rusia kehilangan 12.142 peralatan senilai USD16,56 miliar. Jumlah itu tidak termasuk rudal Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia belum berkomentar tentang laporan kerugian militer terbesar tersebut.
Hari Rabu (24/8/2022) menandai enam bulan perang Rusia di Ukraina, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Ukraina.
Rusia awalnya diprediksi banyak pihak akan menang cepat dalam perangnya karena keunggulan militer yang dimilikinya.
Namun, Ukraina telah memanfaatkan senjata-senjata canggih yang dipasok Barat, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) Amerika Serikat (AS), dalam beberapa pekan terakhir untuk melakukan serangan yang berhasil terhadap target Rusia.
Sementara Ukraina mencatat kemenangan-kemenangan ini, Moskow dilaporkan melakukan wajib militer untuk mengisi peran kosong di jajaran tentaranya sambil juga menawarkan insentif uang tunai kepada pasukan saat ini untuk memotivasi mereka yang berperang.
Pensiunan Jenderal Amerika Serikat Barry McCaffrey men-tweet pada Senin bahwa Putin "kehabisan ide" dan akan melihat keadaan menjadi lebih buruk untuk dirinya sendiri dengan cepat dalam perang.
Dia juga mengatakan bahwa militer Putin "secara operasional dalam kotak," sementara Rusia secara keseluruhan menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi.
Berbeda dengan penilaian McCaffrey, Rusia terus mengungkapkan keyakinannya pada kemampuannya untuk berhasil dalam "operasi militer khusus"-nya.
Ivan Nechayev, wakil direktur Departemen Informasi dan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan dalam jumpa pers bahwa tujuan negaranya di Ukraina akan tercapai.
"Hanya ketika [tujuan Rusia] tercapai, akan mungkin untuk menjamin perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan itu," katanya.
Tidak segera jelas berapa kerugian peralatan Ukraina dalam perang dibandingkan dengan Rusia. Layanan Penelitian Kongres AS mengatakan dalam sebuah laporan pada akhir Juni bahwa pejabat militer Ukraina Volodymyr Karpenko memperkirakan bahwa beberapa unit Angkatan Bersenjata Ukraina menderita kerugian hingga setengah dari peralatan mereka.
Berikut daftar kelima kerugian terbesar tersebut.
1. Kapal perang Moskva senilai Rp11,1 triliun
Moskva, kapal perang utama Armada Laut Hitam Rusia, senilai USD750 juta (lebih dari Rp11,1 triliun) tenggelam pada bulan April. Ukraina mengeklaim menyerang kapal itu dengan rudal canggih dan menenggelamkannya.
Namun, Rusia mengatakan bahwa insiden itu akibat kebakaran dan menolak klaim serangan rudal Ukraina.
2. Pesawat Il-76 senilai USD86 juta (lebih dari Rp1,2 triliun)
3. Kapal serbu Amfibi Saratov senilai USD75 juta (lebih dari Rp1,1 triliun)
4. Pesawat Su-30SM senilai USD50 juta (lebih dari Rp740 miliar)
5. Pesawat Su-34 senilai USD40 juta (lebih dari Rp592 miliar)
Forbes menghitung bahwa antara dimulainya perang pada 24 Februari hingga titik enam bulan pada 24 Agustus, Rusia kehilangan 12.142 peralatan senilai USD16,56 miliar. Jumlah itu tidak termasuk rudal Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia belum berkomentar tentang laporan kerugian militer terbesar tersebut.
Hari Rabu (24/8/2022) menandai enam bulan perang Rusia di Ukraina, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Ukraina.
Rusia awalnya diprediksi banyak pihak akan menang cepat dalam perangnya karena keunggulan militer yang dimilikinya.
Namun, Ukraina telah memanfaatkan senjata-senjata canggih yang dipasok Barat, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) Amerika Serikat (AS), dalam beberapa pekan terakhir untuk melakukan serangan yang berhasil terhadap target Rusia.
Sementara Ukraina mencatat kemenangan-kemenangan ini, Moskow dilaporkan melakukan wajib militer untuk mengisi peran kosong di jajaran tentaranya sambil juga menawarkan insentif uang tunai kepada pasukan saat ini untuk memotivasi mereka yang berperang.
Pensiunan Jenderal Amerika Serikat Barry McCaffrey men-tweet pada Senin bahwa Putin "kehabisan ide" dan akan melihat keadaan menjadi lebih buruk untuk dirinya sendiri dengan cepat dalam perang.
Dia juga mengatakan bahwa militer Putin "secara operasional dalam kotak," sementara Rusia secara keseluruhan menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi.
Berbeda dengan penilaian McCaffrey, Rusia terus mengungkapkan keyakinannya pada kemampuannya untuk berhasil dalam "operasi militer khusus"-nya.
Ivan Nechayev, wakil direktur Departemen Informasi dan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan dalam jumpa pers bahwa tujuan negaranya di Ukraina akan tercapai.
"Hanya ketika [tujuan Rusia] tercapai, akan mungkin untuk menjamin perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan itu," katanya.
Tidak segera jelas berapa kerugian peralatan Ukraina dalam perang dibandingkan dengan Rusia. Layanan Penelitian Kongres AS mengatakan dalam sebuah laporan pada akhir Juni bahwa pejabat militer Ukraina Volodymyr Karpenko memperkirakan bahwa beberapa unit Angkatan Bersenjata Ukraina menderita kerugian hingga setengah dari peralatan mereka.
(min)
tulis komentar anda