Penikam Salman Rushdie: Dia Menyerang Islam, Saya Baca Novel Ayat-ayat Setan
Kamis, 18 Agustus 2022 - 08:35 WIB
NEW YORK - Hadi Matar (24), pria yang menikam Salman Rushdie sang novelis "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan", mengaku telah membaca beberapa halaman novel tersebut. Menurutnya, Rushdie adalah sosok yang menyerang Islam dan kepercayaan Muslim.
Matar membuat pengakuan dalam sebuah wawancara video dari balik jeruji besi di Penjara Chautauqua County di mana dia ditahan atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan.
“Saya membaca beberapa halaman. Saya tidak membaca semuanya dari depan ke belakang,” katanya kepada The New York Post tentang novel "Ayat-Ayat Setan" karya Rushdie.
Novel itulah yang membuat pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomenei mengeluarkan fatwa mati untuk Rushdie.
Rushdie (75), novelis asal India namun telah menjadi warga negara Inggris, diserang di atas panggung di sebuah acara sastra pada hari Jumat saat dia akan memberikan kuliah di Chautauqua Institution.
Polisi mengatakan bahwa dia ditikam setidaknya 10 kali di leher dan dada. Dia menderita kerusakan hati, serta saraf di lengan dan matanya terputus.
Menurut agennya, Rushdie tetap dirawat di rumah sakit tetapi sekarang dapat berbicara dengan keluarganya.
Matar, yang merupakan warga New Jersey, kaget ketika Rushdie masih selamat. “Ketika saya mendengar dia selamat, saya terkejut, saya kira...,” katanya kepada New York Post, yang dilansir Kamis (18/8/2022).
Matar mengaku memuji Ayatollah Ruhollah Khomeini yang mengeluarkan fatwa mati untuk Rushdie. Namun, dia tidak mengatakan apakah fatwa itu yang mengilhami serangannya.
“Saya menghormati Ayatollah..Saya pikir dia orang yang hebat. Sejauh itu yang akan saya katakan tentang itu,” kata Matar.
Dia kemudian menyangkal bahwa dia telah melakukan kontak dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Dia mengatakan dirinya pergi ke acara Rushdie setelah melihatnya diiklankan selama musim dingin.
“Saya tidak suka orangnya. Saya tidak berpikir dia orang yang sangat baik. Saya tidak menyukainya. Saya tidak terlalu menyukainya," katanya tentang Rushdie.
“Dia adalah seseorang yang menyerang Islam, dia menyerang iman mereka, sistem kepercayaan.”
Meskipun tidak banyak membaca tulisan Rushdie, tersangka, yang mengaku tidak bersalah atas tuduhan terhadapnya, mengatakan bahwa dia telah menonton kuliahnya di YouTube.
“Saya melihat banyak kuliah. Saya tidak suka orang yang tidak jujur seperti itu," katanya.
Dia mengatakan kepada New York Post bahwa sehari sebelum serangan, dia naik bus ke Buffalo dan kemudian Lyft ke Chautauqua, di mana Chautauqua Institution berbasis di lebih dari 2,00 hektare.
"Ini tempat yang bagus," katanya. “Saya cukup banyak berkeliaran. Tidak melakukan sesuatu secara khusus, hanya berjalan-jalan," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa dia tidur di halaman pada Kamis malam sebelum serangan terjadi pada hari berikutnya.
Matar membuat pengakuan dalam sebuah wawancara video dari balik jeruji besi di Penjara Chautauqua County di mana dia ditahan atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan.
“Saya membaca beberapa halaman. Saya tidak membaca semuanya dari depan ke belakang,” katanya kepada The New York Post tentang novel "Ayat-Ayat Setan" karya Rushdie.
Novel itulah yang membuat pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomenei mengeluarkan fatwa mati untuk Rushdie.
Rushdie (75), novelis asal India namun telah menjadi warga negara Inggris, diserang di atas panggung di sebuah acara sastra pada hari Jumat saat dia akan memberikan kuliah di Chautauqua Institution.
Polisi mengatakan bahwa dia ditikam setidaknya 10 kali di leher dan dada. Dia menderita kerusakan hati, serta saraf di lengan dan matanya terputus.
Menurut agennya, Rushdie tetap dirawat di rumah sakit tetapi sekarang dapat berbicara dengan keluarganya.
Matar, yang merupakan warga New Jersey, kaget ketika Rushdie masih selamat. “Ketika saya mendengar dia selamat, saya terkejut, saya kira...,” katanya kepada New York Post, yang dilansir Kamis (18/8/2022).
Matar mengaku memuji Ayatollah Ruhollah Khomeini yang mengeluarkan fatwa mati untuk Rushdie. Namun, dia tidak mengatakan apakah fatwa itu yang mengilhami serangannya.
“Saya menghormati Ayatollah..Saya pikir dia orang yang hebat. Sejauh itu yang akan saya katakan tentang itu,” kata Matar.
Dia kemudian menyangkal bahwa dia telah melakukan kontak dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Dia mengatakan dirinya pergi ke acara Rushdie setelah melihatnya diiklankan selama musim dingin.
“Saya tidak suka orangnya. Saya tidak berpikir dia orang yang sangat baik. Saya tidak menyukainya. Saya tidak terlalu menyukainya," katanya tentang Rushdie.
“Dia adalah seseorang yang menyerang Islam, dia menyerang iman mereka, sistem kepercayaan.”
Meskipun tidak banyak membaca tulisan Rushdie, tersangka, yang mengaku tidak bersalah atas tuduhan terhadapnya, mengatakan bahwa dia telah menonton kuliahnya di YouTube.
“Saya melihat banyak kuliah. Saya tidak suka orang yang tidak jujur seperti itu," katanya.
Dia mengatakan kepada New York Post bahwa sehari sebelum serangan, dia naik bus ke Buffalo dan kemudian Lyft ke Chautauqua, di mana Chautauqua Institution berbasis di lebih dari 2,00 hektare.
"Ini tempat yang bagus," katanya. “Saya cukup banyak berkeliaran. Tidak melakukan sesuatu secara khusus, hanya berjalan-jalan," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa dia tidur di halaman pada Kamis malam sebelum serangan terjadi pada hari berikutnya.
(min)
tulis komentar anda