Zelensky: Larang Semua Warga Rusia Datang ke Negara-negara Barat Setahun
Selasa, 09 Agustus 2022 - 16:08 WIB
KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut sanksi anti-Rusia saat ini "lemah". Dia mendesak Barat harus memberlakukan embargo penuh pada semua impor energi dari Rusia dan larangan perjalanan pada semua warga Rusia setidaknya selama satu tahun.
Seruan itu diungkapkan kepada Washington Post pada Senin (8/8/2022). Diwawancarai di dalam kantornya yang berbenteng di Kiev, Zelensky mengatakan, “Sanksi paling penting adalah menutup perbatasan, karena warga Rusia mengambil tanah orang lain.”
“Warga Rusia harus hidup di dunia mereka sendiri sampai mereka mengubah filosofi mereka,” tegas dia.
Dia menambahkan, "Jenis warga Rusia apa pun ... buat mereka pergi ke Rusia."
Menurut dia, hukuman kolektif adalah satu-satunya cara. “Mereka akan mengerti kalau begitu. Mereka akan berkata, '(Perang) ini tidak ada hubungannya dengan kami. Seluruh penduduk tidak bisa dimintai pertanggungjawaban, bukan?’ Bisa. Penduduk memilih pemerintah ini dan mereka tidak melawannya, tidak berdebat dengannya, tidak meneriakinya,” papar dia.
Pemimpin Ukraina bersikeras ini adalah "satu-satunya cara untuk mempengaruhi" Presiden Rusia Vladimir Putin.
Berbicara kepada Post seolah-olah dia sedang berbicara kepada publik Rusia, dia menambahkan, “Anda memberi tahu seluruh dunia bahwa mereka harus hidup dengan aturan Anda. Lalu pergi dan tinggal di sana.”
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, Kanada, Uni Eropa (UE), Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Australia telah mengembargo ratusan individu, perusahaan, dan organisasi Rusia atas apa yang mereka sebut “invasi” ke Ukraina.
Pada April tahun ini, Rusia telah menjadi negara yang paling banyak terkena sanksi di dunia, melampaui gabungan Iran, Venezuela, Myanmar, dan Kuba.
Presiden AS Joe Biden mengklaim embargo akan menghancurkan ekonomi Rusia. Namun Biden kemudian menyalahkan Putin atas inflasi dan meroketnya harga gas di AS.
Wawancara Zelensky dilakukan ketika Gedung Putih mengumumkan akan mengirim lagi senjata dan perlengkapan militer senilai USD1 miliar ke Kiev, bersama dengan USD4,5 miliar uang tunai untuk menopang pemerintah Ukraina.
Dia bersumpah, “Segera setelah Ukraina mendapatkan kekuatan dan sarana yang cukup, kami akan mengambil alih semua wilayah kami.”
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Seruan itu diungkapkan kepada Washington Post pada Senin (8/8/2022). Diwawancarai di dalam kantornya yang berbenteng di Kiev, Zelensky mengatakan, “Sanksi paling penting adalah menutup perbatasan, karena warga Rusia mengambil tanah orang lain.”
“Warga Rusia harus hidup di dunia mereka sendiri sampai mereka mengubah filosofi mereka,” tegas dia.
Baca Juga
Dia menambahkan, "Jenis warga Rusia apa pun ... buat mereka pergi ke Rusia."
Menurut dia, hukuman kolektif adalah satu-satunya cara. “Mereka akan mengerti kalau begitu. Mereka akan berkata, '(Perang) ini tidak ada hubungannya dengan kami. Seluruh penduduk tidak bisa dimintai pertanggungjawaban, bukan?’ Bisa. Penduduk memilih pemerintah ini dan mereka tidak melawannya, tidak berdebat dengannya, tidak meneriakinya,” papar dia.
Pemimpin Ukraina bersikeras ini adalah "satu-satunya cara untuk mempengaruhi" Presiden Rusia Vladimir Putin.
Berbicara kepada Post seolah-olah dia sedang berbicara kepada publik Rusia, dia menambahkan, “Anda memberi tahu seluruh dunia bahwa mereka harus hidup dengan aturan Anda. Lalu pergi dan tinggal di sana.”
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, Kanada, Uni Eropa (UE), Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Australia telah mengembargo ratusan individu, perusahaan, dan organisasi Rusia atas apa yang mereka sebut “invasi” ke Ukraina.
Pada April tahun ini, Rusia telah menjadi negara yang paling banyak terkena sanksi di dunia, melampaui gabungan Iran, Venezuela, Myanmar, dan Kuba.
Presiden AS Joe Biden mengklaim embargo akan menghancurkan ekonomi Rusia. Namun Biden kemudian menyalahkan Putin atas inflasi dan meroketnya harga gas di AS.
Wawancara Zelensky dilakukan ketika Gedung Putih mengumumkan akan mengirim lagi senjata dan perlengkapan militer senilai USD1 miliar ke Kiev, bersama dengan USD4,5 miliar uang tunai untuk menopang pemerintah Ukraina.
Dia bersumpah, “Segera setelah Ukraina mendapatkan kekuatan dan sarana yang cukup, kami akan mengambil alih semua wilayah kami.”
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(sya)
tulis komentar anda