Perang Jihad Islam dan Israel, RS Gaza Kedatangan Pasien Setiap Menit

Senin, 08 Agustus 2022 - 14:37 WIB
Rumah sakit di Gaza kedatangan pasien luka setiap menit setelah perang pecah antara Jihad Islam Palestina dengan militer Israel. Foto/REUTERS
GAZA - Perang sengit antara kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ) dan Israel telah menewaskan 43 orang di Gaza. Perang berakhir dengan gencatan senjata yang mulai berlaku hari Minggu (7/8/2022).

Direktur utama rumah sakit (RS) Gaza, Muhammad Abu Salmiya, memperingatkan banyak krisis yang dihadapi rumah sakit di tengah perang mematikan tersebut.

Rentetan krisis yang dihadapi itu termasuk obat-obatan dan pasokan listrik sangat dibutuhkan untuk terus merawat pasien.



Salmiya mengatakan para korban luka akibat perang tiba setiap menit di rumah sakit Shifa di Kota Gaza.

“Ada krisis obat, krisis obat-obatan, krisis listrik,” kata Salmiya.



Data terbaru dari otoritas medis di Gaza menyatakan korban tewas mencapai 43 orang dan lebih dari 300 orang lainnya terluka.

Perang dimulai sejak Kamis pekan lalu. Korban berjatuhan ketika jet-jet tempur Israel membombardir apa yang yang diklaim militer Zionis sebagai posisi PIJ di Gaza. Kelompok militan itu membalas dengan menembakkan sekitar 580 roket.

Pembangkit listrik satu-satunya Gaza ditutup pada hari Sabtu karena kekurangan bahan bakar, empat hari setelah Israel menutup penyeberangannya dengan wilayah tersebut dengan alasan masalah keamanan.

“Situasinya sangat buruk,” kata Salmiya. “Kami perlu segera membuka perbatasan untuk membawa obat-obatan, (bahan bakar untuk) listrik.”

Diesel untuk pembangkit listrik biasanya diangkut dengan truk dari Mesir atau Israel, yang telah mempertahankan blokade daerah kantong Palestina itu sejak kelompok militan Hamas menguasai Gaza pada 2007.

Menurut proyeksi Kementerian Kesehatan Gaza, pasokan listrik yang menipis akan membuat penghentian layanan kesehatan pada Selasa sore, karena generator listrik kehabisan bahan bakar.

Fasilitas yang berpotensi menyelamatkan jiwa seperti ruang operasi dan ventilator di rumah sakit membutuhkan daya untuk terus beroperasi.

Badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan ada juga kekhawatiran bahwa kekurangan bahan bakar di seluruh wilayah Palestina dapat memengaruhi ambulans.

Sementara itu, seorang juru bicara militer Israel mengatakan ada "keprihatinan mendalam tentang situasi kemanusiaan di Gaza."

Menurut data OCHA, sekitar 2,3 juta penduduk Gaza mengalami kekurangan listrik secara teratur dan bulan lalu hanya menerima rata-rata 11 jam listrik per hari.

Badan PBB itu memperingatkan pada Sabtu pekan lalu bahwa tanpa dorongan untuk pasokan listrik, Gaza akan segera melihat pengurangan pasokan air dari sumur dan pabrik desalinasi.

Ahad Ferwana, warga Gaza, mengatakan warga menjadi sakit ketika pasokan air terputus.

"Pemadaman listrik memengaruhi semua bidang kehidupan di Jalur Gaza,” katanya kepada AFP, yang dilansir Senin (8/8/2022).

“Ini mengganggu kehidupan masyarakat terutama di bawah panas terik yang melanda wilayah tersebut,” katanya.

“Itu memaksa orang untuk meninggalkan rumah mereka, yang membahayakan hidup mereka karena pemboman yang terus berlanjut.”
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More