Biden Ancam Arab Saudi usai Bertemu Pangeran Mohammed bin Salman

Sabtu, 16 Juli 2022 - 07:51 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbincang dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di istana Kerajaan Arab Saudi di Jeddah, Jumat (15/7/2022). Foto/SPA
JEDDAH - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia telah mengkonfrontasi Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atas serangan terhadap para pembangkang, termasuk jurnalis Jamal Khashoggi.

Setelah melakukan pertemuan, Biden melontarkan ancaman kepada Arab Saudi jika mengulang pembunuhan seperti yang dialami Khashoggi.

Kedua pemimpin itu bertemu di istana Kerajaan Arab Saudi di Jeddah pada Jumat. Biden berkunjung ke Arab Saudi—sebuah negara yang pernah dia janjikan akan dijadikan negara "pariah" atas pelanggaran hak asasi manusianya—setelah lawatan ke Israel.

Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) memicu kemarahan global atas pembunuhan jurnalis pembangkang Arab Saudi Jamal Khashoggi di konsulat kerajaan di Istanbul pada 2018. CIA menyimpulkan Pangeran MBS menyetujui pembunuhan itu.





Namun, para pejabat Arab Saudi menyangkal keterlibatan Pangeran Mohammed bin Salman dan mengatakan kematian Khashoggi diakibatkan oleh operasi para agen "nakal".

"Apa yang terjadi pada Khashoggi keterlaluan," kata Biden setelah pertemuan dengan Pangeran Mohammed bin Salman.

Biden kemudian melontarkan ancamannya. "Saya baru saja menjelaskan jika sesuatu terjadi seperti itu lagi, mereka akan mendapatkan respons itu dan banyak lagi," katanya.

Tetapi Biden tidak merinci apa sebenarnya yang dia maksud dengan "respons itu", dan sebelumnya dia menyapa Pangeran Mohammed bin Salman dengan tos tinju.

Pertemuan Biden dan Pangeran Mohammed bin Salman mendorong tunangan Khashoggi untuk menulis pesan kepada Biden di Twitter—dalam apa yang dia bingkai sebagai tanggapan yang dibayangkan dari Khashoggi sendiri—bahwa "darah korban MBS berikutnya ada di tangan Anda".

Terlepas dari kecaman sebelumnya atas pelanggaran hak asasi manusia Arab Saudi, Biden sekarang tampaknya siap untuk terlibat kembali dengan kerajaan—sekutu strategis utama AS, pemasok utama minyak dan pembeli senjata yang rajin.

Washington ingin eksportir minyak mentah terbesar di dunia membuka keran untuk menurunkan harga minyak yang melonjak, yang mengancam peluang Partai Demokrat dalam pemilu paruh waktu November mendatang.

Namun Biden juga mencoba meredam ekspektasi bahwa kunjungan pekan ini ke Timur Tengah akan menghasilkan keuntungan langsung.

"Saya melakukan semua yang saya bisa untuk meningkatkan pasokan untuk Amerika Serikat," katanya, seperti dikutip AFP, Sabtu (16/7/2022)."Hasil nyata, tidak akan terlihat untuk beberapa minggu lagi."
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More