Oxfam Kutuk G7 karena Membuat Jutaan Orang Kelaparan di Dunia
Rabu, 29 Juni 2022 - 07:02 WIB
“Mereka dapat membatalkan utang negara-negara miskin atau menagih keuntungan berlebih dari perusahaan makanan dan energi,” ujar dia, atau “melarang biofuel” yang mengalihkan tanaman yang dapat digunakan untuk makanan demi menghasilkan energi.
“Yang terpenting, mereka bisa mengatasi ketimpangan ekonomi dan kerusakan iklim yang mendorong kelaparan ini. Mereka gagal melakukan semua ini, meskipun memiliki kekuatan untuk melakukannya,” ujar dia.
Lawson mencatat saat dunia menghadapi krisis kelaparan terburuk "dalam satu generasi," orang kaya telah melihat keuntungan mereka melonjak pada saat yang sama.
“Keuntungan perusahaan telah melonjak selama Covid-19 dan jumlah miliarder telah meningkat lebih banyak dalam 24 bulan daripada yang terjadi dalam 23 tahun,” papar dia.
Dia menegaskan, industri makanan saja telah menghasilkan 62 miliarder baru dan menyebut darurat kelaparan sebagai “bisnis besar”.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) memohon kepada negara-negara G7 untuk "bertindak sekarang atau rekor kelaparan akan terus meningkat dan jutaan orang lainnya akan menghadapi kelaparan".
Pekan lalu, WFP menyatakan punya rencana "yang paling ambisius dalam sejarah WFP" dan membutuhkan USD22,2 miliar untuk “menyelamatkan nyawa dan membangun ketahanan bagi 152 juta orang pada tahun 2022.”
Tidak jelas dari mana mereka memperoleh angka itu, karena negara-negara G7 sendiri telah mengatakan 323 juta orang berada di ambang kelaparan karena krisis pangan yang mengerikan tahun ini, dengan 950 juta diperkirakan akan kelaparan total pada 2022.
Sementara negara-negara G7 enggan membuka dompet mereka untuk mengatasi kelaparan dunia, puluhan miliar dolar telah dijanjikan dalam bantuan ekonomi dan mematikan ke Ukraina, di mana perang telah mengganggu panen gandum yang biasanya menyumbang seperlima dari "grade tinggi" gandum dan 7% dari semua gandum.
“Yang terpenting, mereka bisa mengatasi ketimpangan ekonomi dan kerusakan iklim yang mendorong kelaparan ini. Mereka gagal melakukan semua ini, meskipun memiliki kekuatan untuk melakukannya,” ujar dia.
Lawson mencatat saat dunia menghadapi krisis kelaparan terburuk "dalam satu generasi," orang kaya telah melihat keuntungan mereka melonjak pada saat yang sama.
“Keuntungan perusahaan telah melonjak selama Covid-19 dan jumlah miliarder telah meningkat lebih banyak dalam 24 bulan daripada yang terjadi dalam 23 tahun,” papar dia.
Dia menegaskan, industri makanan saja telah menghasilkan 62 miliarder baru dan menyebut darurat kelaparan sebagai “bisnis besar”.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) memohon kepada negara-negara G7 untuk "bertindak sekarang atau rekor kelaparan akan terus meningkat dan jutaan orang lainnya akan menghadapi kelaparan".
Pekan lalu, WFP menyatakan punya rencana "yang paling ambisius dalam sejarah WFP" dan membutuhkan USD22,2 miliar untuk “menyelamatkan nyawa dan membangun ketahanan bagi 152 juta orang pada tahun 2022.”
Tidak jelas dari mana mereka memperoleh angka itu, karena negara-negara G7 sendiri telah mengatakan 323 juta orang berada di ambang kelaparan karena krisis pangan yang mengerikan tahun ini, dengan 950 juta diperkirakan akan kelaparan total pada 2022.
Sementara negara-negara G7 enggan membuka dompet mereka untuk mengatasi kelaparan dunia, puluhan miliar dolar telah dijanjikan dalam bantuan ekonomi dan mematikan ke Ukraina, di mana perang telah mengganggu panen gandum yang biasanya menyumbang seperlima dari "grade tinggi" gandum dan 7% dari semua gandum.
Lihat Juga :
tulis komentar anda