Penerbangan Haji Langsung dari Israel ke Arab Saudi Diusulkan untuk Normalisasi
Selasa, 28 Juni 2022 - 21:11 WIB
RIYADH - Penerbangan haji langsung dari Israel ke Arab Saudi menjadi salah satu item yang sedang dipertimbangkan dalam pembicaraan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) menjelang perjalanan Presiden Joe Biden ke Timur Tengah bulan depan.
Tujuan dari diskusi, yang telah berlangsung selama beberapa pekan adalah memudahkan Riyadh menuju hubungan normal dengan Israel.
Tim Biden dikatakan panik untuk membuat perjalanan presiden AS itu sukses. Setelah bersumpah menjadikan Arab Saudi sebagai "negara paria" dan menganggap Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman bertanggung jawab atas pembunuhan 2018 jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi, Biden sangat menyadari perlunya membenarkan pembalikan kebijakan kontroversialnya.
Pengamat mengatakan, memberi Israel hadiah normalisasi dengan Arab Saudi akan sangat membantu presiden yang tertekan untuk melakukan hal itu.
"Jelas bahwa dimensi Saudi-Israel merupakan bagian integral dari perjalanan itu," ungkap David Makovsky dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, seperti dilaporkan Financial Times.
"Dan itu memberi presiden prisma tertentu untuk mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan," ujar dia.
Penerbangan langsung untuk jamaah haji dari Israel ke Arab Saudi adalah proposal yang mudah dicapai, dan tim Biden percaya itu adalah sesuatu yang dapat dibicarakan selama diskusi tanpa banyak perlawanan dari Riyadh.
Warga muslim Palestina Israel saat ini diharuskan terbang ke Arab Saudi melalui Amman di Yordania jika akan menunaikan ibadah haji.
Satu-satunya pilihan sebelumnya adalah perjalanan 1.000 mil melalui jalan darat dari Israel ke Arab Saudi.
Namun, menggunakan ide penerbangan semacam itu sebagai cara membangun jembatan antara Riyadh dan Tel-Aviv serta membuka Arab Saudi untuk prospek normalisasi penuh mengabaikan penderitaan rakyat Palestina. Kebijakan itu akan dilihat sebagai kudeta besar bagi negara apartheid Israel.
Kemungkinan lain yang menjadi perhatian tim Biden adalah transfer dua pulau strategis di Selat Tiran dari Mesir ke Arab Saudi, langkah yang membutuhkan persetujuan Israel berdasarkan perjanjian damai 1979 dengan Mesir.
Washington percaya bahwa menyelesaikan kesepakatan dapat membangun kepercayaan di antara para pihak dan menciptakan pembukaan hubungan yang lebih hangat antara Israel dan Arab Saudi.
Riyadh memimpin Inisiatif Perdamaian Arab 2002 yang menawarkan kepada Israel formula komprehensif untuk perdamaian berdasarkan norma-norma internasional.
Sebagai imbalan atas penarikan penuh Israel dari semua wilayah yang diduduki selama Perang Enam Hari Juni 1967, negara-negara Arab menawarkan normalisasi penuh hubungan diplomatik dengan negara pendudukan dan pengakuan haknya untuk hidup dalam perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.
Inisiatif tersebut mendapat pukulan telak ketika Israel menolak mengakhiri pendudukan militer ilegalnya di tanah Palestina.
Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji dia akan membuat negara-negara Arab menormalkan hubungan dengan Israel di bawah status quo, yang berarti dengan persyaratan yang menguntungkan Israel, tanpa menyerahkan wilayah apa pun kembali atau mengizinkan berdirinya negara Palestina.
Kehadiran mantan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Januari 2017 membuka jalan untuk mengubah apa yang dulunya merupakan fantasi sayap kanan Israel menjadi kenyataan.
Tujuan dari diskusi, yang telah berlangsung selama beberapa pekan adalah memudahkan Riyadh menuju hubungan normal dengan Israel.
Tim Biden dikatakan panik untuk membuat perjalanan presiden AS itu sukses. Setelah bersumpah menjadikan Arab Saudi sebagai "negara paria" dan menganggap Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman bertanggung jawab atas pembunuhan 2018 jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi, Biden sangat menyadari perlunya membenarkan pembalikan kebijakan kontroversialnya.
Pengamat mengatakan, memberi Israel hadiah normalisasi dengan Arab Saudi akan sangat membantu presiden yang tertekan untuk melakukan hal itu.
"Jelas bahwa dimensi Saudi-Israel merupakan bagian integral dari perjalanan itu," ungkap David Makovsky dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, seperti dilaporkan Financial Times.
"Dan itu memberi presiden prisma tertentu untuk mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan," ujar dia.
Penerbangan langsung untuk jamaah haji dari Israel ke Arab Saudi adalah proposal yang mudah dicapai, dan tim Biden percaya itu adalah sesuatu yang dapat dibicarakan selama diskusi tanpa banyak perlawanan dari Riyadh.
Warga muslim Palestina Israel saat ini diharuskan terbang ke Arab Saudi melalui Amman di Yordania jika akan menunaikan ibadah haji.
Satu-satunya pilihan sebelumnya adalah perjalanan 1.000 mil melalui jalan darat dari Israel ke Arab Saudi.
Namun, menggunakan ide penerbangan semacam itu sebagai cara membangun jembatan antara Riyadh dan Tel-Aviv serta membuka Arab Saudi untuk prospek normalisasi penuh mengabaikan penderitaan rakyat Palestina. Kebijakan itu akan dilihat sebagai kudeta besar bagi negara apartheid Israel.
Kemungkinan lain yang menjadi perhatian tim Biden adalah transfer dua pulau strategis di Selat Tiran dari Mesir ke Arab Saudi, langkah yang membutuhkan persetujuan Israel berdasarkan perjanjian damai 1979 dengan Mesir.
Washington percaya bahwa menyelesaikan kesepakatan dapat membangun kepercayaan di antara para pihak dan menciptakan pembukaan hubungan yang lebih hangat antara Israel dan Arab Saudi.
Riyadh memimpin Inisiatif Perdamaian Arab 2002 yang menawarkan kepada Israel formula komprehensif untuk perdamaian berdasarkan norma-norma internasional.
Sebagai imbalan atas penarikan penuh Israel dari semua wilayah yang diduduki selama Perang Enam Hari Juni 1967, negara-negara Arab menawarkan normalisasi penuh hubungan diplomatik dengan negara pendudukan dan pengakuan haknya untuk hidup dalam perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.
Inisiatif tersebut mendapat pukulan telak ketika Israel menolak mengakhiri pendudukan militer ilegalnya di tanah Palestina.
Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji dia akan membuat negara-negara Arab menormalkan hubungan dengan Israel di bawah status quo, yang berarti dengan persyaratan yang menguntungkan Israel, tanpa menyerahkan wilayah apa pun kembali atau mengizinkan berdirinya negara Palestina.
Kehadiran mantan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Januari 2017 membuka jalan untuk mengubah apa yang dulunya merupakan fantasi sayap kanan Israel menjadi kenyataan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda