Mulai Berdatangan, Bantuan Gempa Afghanistan Kesulitan Capai Lokasi
Kamis, 23 Juni 2022 - 20:16 WIB
GAYAN - Bantuan untuk korban gempa bumi di Afghanistan mulai berdatangan di wilayah terkecilnegara itupada Kamis (23/6/2022). Namun, komunikasi yang buruk dan kurangnya jalan yang layak menghambat upaya bantuan di negara yang tengah bergulat dengan krisis kemanusiaan.
"Kami tidak dapat menjangkau daerah itu, jaringannya terlalu lemah, kami (sedang) mencoba untuk mendapatkan pembaruan," kata Mohammad Ismail Muawiyah, juru bicara komandan militer Taliban di provinsi Paktika, wilayah yang paling parah dilanda bencana, kepada Reuters, mengacu pada jaringan telepon seperti dikutip dari Channel News Asia.
Gempa berkekuatan 6,1 skala Richter melanda Afghanistan pada Rabu pagi sekitar 160 km sebelah tenggara Kabul, di pegunungan gersang yang dipenuhi pemukiman kecil di dekat perbatasan dengan Pakistan. Sekitar 1.000 orang tewas dan melukai 1.500 lainnya, katanya. Lebih dari 3.000 rumah hancur.
Menurut data pemerintah Amerika Serikat (AS) jumlah korban tersebut menjadikannya gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Sharafat Zaman mengatakan, sekitar 1.000 orang telah diselamatkan dari berbagai daerah yang terkena dampak gempa pada Kamis pagi.
"Bantuan sudah sampai di daerah itu dan terus berlanjut tapi masih dibutuhkan lebih banyak lagi," ujarnya.
Reuters melaporkan Kota Gayan, dekat dengan pusat gempa, mengalami kerusakan signifikan dengan sebagian besar bangunan berdinding lumpur rusak atau runtuh total.
Kota itu, yang hanya memiliki jalan sederhan, ramai dengan tentara Taliban dan ambulans ketika sebuah helikopter yang membawa pasokan bantuan mendarat di dekatnya, menimbulkan pusaran debu yang besar. Sekitar 300 orang duduk di tanah menunggu pasokan.
Operasi penyelamatan itu akan menjadi ujian besar bagi otoritas Islam garis keras Taliban, yang mengambil alih negara itu Agustus lalu setelah dua dekade perang.
Situasi kemanusiaan telah memburuk secara mengkhawatirkan sejak pengambilalihan Taliban, kata pejabat bantuan, dengan negara itu terputus dari banyak bantuan internasional karena sanksi.
Ekonomi Afghanistan telah runtuh, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah seruan untuk membantu pada akhir Maret.
Kekeringan telah merusak produksi pangan dan 9 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan. Beberapa keluarga terpaksa menjual anak-anak dan organ untuk bertahan hidup, katanya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Program Pangan Dunia (WFP) mengirim makanan dan peralatan logistik ke daerah-daerah yang terkena dampak, dengan tujuan awalnya mendukung 3.000 rumah tangga.
"Rakyat Afghanistan sudah menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya menyusul konflik puluhan tahun, kekeringan parah dan penurunan ekonomi," kata Gordon Craig, wakil direktur negara WFP di Afghanistan.
"Gempa bumi hanya akan menambah kebutuhan kemanusiaan yang sudah sangat besar yang mereka tanggung setiap hari," imbuhnya.
Jepang dan Korea Selatan (Korsel) keduanya mengatakan mereka juga berencana untuk mengirim bantuan.
Sebagian besar wilayah Asia Selatan aktif secara seismik karena lempeng tektonik yang dikenal sebagai lempeng India mendorong wilayah utara ke lempeng Eurasia.
Pada tahun 2015, gempa bumi melanda timur laut Afghanistan yang terpencil, menewaskan beberapa ratus orang di Afghanistan dan Pakistan utara di dekatnya.
"Kami tidak dapat menjangkau daerah itu, jaringannya terlalu lemah, kami (sedang) mencoba untuk mendapatkan pembaruan," kata Mohammad Ismail Muawiyah, juru bicara komandan militer Taliban di provinsi Paktika, wilayah yang paling parah dilanda bencana, kepada Reuters, mengacu pada jaringan telepon seperti dikutip dari Channel News Asia.
Gempa berkekuatan 6,1 skala Richter melanda Afghanistan pada Rabu pagi sekitar 160 km sebelah tenggara Kabul, di pegunungan gersang yang dipenuhi pemukiman kecil di dekat perbatasan dengan Pakistan. Sekitar 1.000 orang tewas dan melukai 1.500 lainnya, katanya. Lebih dari 3.000 rumah hancur.
Menurut data pemerintah Amerika Serikat (AS) jumlah korban tersebut menjadikannya gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Sharafat Zaman mengatakan, sekitar 1.000 orang telah diselamatkan dari berbagai daerah yang terkena dampak gempa pada Kamis pagi.
"Bantuan sudah sampai di daerah itu dan terus berlanjut tapi masih dibutuhkan lebih banyak lagi," ujarnya.
Reuters melaporkan Kota Gayan, dekat dengan pusat gempa, mengalami kerusakan signifikan dengan sebagian besar bangunan berdinding lumpur rusak atau runtuh total.
Kota itu, yang hanya memiliki jalan sederhan, ramai dengan tentara Taliban dan ambulans ketika sebuah helikopter yang membawa pasokan bantuan mendarat di dekatnya, menimbulkan pusaran debu yang besar. Sekitar 300 orang duduk di tanah menunggu pasokan.
Operasi penyelamatan itu akan menjadi ujian besar bagi otoritas Islam garis keras Taliban, yang mengambil alih negara itu Agustus lalu setelah dua dekade perang.
Situasi kemanusiaan telah memburuk secara mengkhawatirkan sejak pengambilalihan Taliban, kata pejabat bantuan, dengan negara itu terputus dari banyak bantuan internasional karena sanksi.
Ekonomi Afghanistan telah runtuh, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah seruan untuk membantu pada akhir Maret.
Kekeringan telah merusak produksi pangan dan 9 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan. Beberapa keluarga terpaksa menjual anak-anak dan organ untuk bertahan hidup, katanya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Program Pangan Dunia (WFP) mengirim makanan dan peralatan logistik ke daerah-daerah yang terkena dampak, dengan tujuan awalnya mendukung 3.000 rumah tangga.
"Rakyat Afghanistan sudah menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya menyusul konflik puluhan tahun, kekeringan parah dan penurunan ekonomi," kata Gordon Craig, wakil direktur negara WFP di Afghanistan.
"Gempa bumi hanya akan menambah kebutuhan kemanusiaan yang sudah sangat besar yang mereka tanggung setiap hari," imbuhnya.
Jepang dan Korea Selatan (Korsel) keduanya mengatakan mereka juga berencana untuk mengirim bantuan.
Sebagian besar wilayah Asia Selatan aktif secara seismik karena lempeng tektonik yang dikenal sebagai lempeng India mendorong wilayah utara ke lempeng Eurasia.
Pada tahun 2015, gempa bumi melanda timur laut Afghanistan yang terpencil, menewaskan beberapa ratus orang di Afghanistan dan Pakistan utara di dekatnya.
(ian)
tulis komentar anda