Sindir AS, Lavrov Sebut Serangan Terhadap WHO Dipolitisasi
Minggu, 26 April 2020 - 10:09 WIB
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, angkat bicara terkait serangan terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurutnya, serangan terhadap WHO tersebut untuk menutupi ketidakmampuan sejumlah negara dalam menanggapi pandemi COVID-19.
Lavrov mengatakan beberapa negara berusaha untuk membenarkan respons tidak memadai mereka terhadap pandemi virus Corona baru itu dengan menyerang WHO.
"Saya tidak ada keinginan untuk bersatu dipolitisasi. Saya melihat tanda-tanda politisasi dalam serangan terhadap WHO," kata Lavrov.
"Menurut pendapat saya, serangan itu adalah manifestasi dari keinginan untuk memaafkan tindakan tertentu yang sudah terlambat, terlalu tidak memadai," tambahnya seperti dikutip dari CGTN, Minggu (25/4/2020).
Dikatakan oleh Lavrov, WHO tidak sempurna tetapi memenuhi perannya bertindak sebagai badan terkemuka dan koordinator dalam bidang perawatan kesehatan.
"Ya, (badan) itu tidak sempurna. Tidak ada yang sempurna, kutipan dari film Hollywood 'Some Like It Hot' kata," ujarnya.
"Aktivitas WHO ditentukan oleh negara-negara anggotanya," Lavrov menambahkan. "Mereka belum memiliki keluhan tentang hal itu sampai saat ini," tukasnya.
Pernyataan Lavrov ini datang di tengah serangan oleh Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain terhadap WHO atas penanganan pandemi COVID-19. Presiden AS Donald Trump menangguhkan pendanaan untuk WHO. Keputusan itu memicu kecaman di seluruh dunia, karena banyak politisi dan pemimpin organisasi internasional menyerukan solidaritas dalam perjuangan global melawan COVID-19.
Di sisi lain, laporan investigasi oleh Washington Post mengatakan awal bulan ini bahwa penolakan Trump dan responsnya dalam 70 hari pertama wabah yang kritis telah menyebabkan AS menderita melalui situasi yang dapat dikurangi dengan tindakan tegas.
AS memiliki total 960.896 kasus infeksi terjadi di AS dengan 54.265 orang meninggal dan 118.162 sembuh menurut data worldometers.info.
Lavrov mengatakan beberapa negara berusaha untuk membenarkan respons tidak memadai mereka terhadap pandemi virus Corona baru itu dengan menyerang WHO.
"Saya tidak ada keinginan untuk bersatu dipolitisasi. Saya melihat tanda-tanda politisasi dalam serangan terhadap WHO," kata Lavrov.
"Menurut pendapat saya, serangan itu adalah manifestasi dari keinginan untuk memaafkan tindakan tertentu yang sudah terlambat, terlalu tidak memadai," tambahnya seperti dikutip dari CGTN, Minggu (25/4/2020).
Dikatakan oleh Lavrov, WHO tidak sempurna tetapi memenuhi perannya bertindak sebagai badan terkemuka dan koordinator dalam bidang perawatan kesehatan.
"Ya, (badan) itu tidak sempurna. Tidak ada yang sempurna, kutipan dari film Hollywood 'Some Like It Hot' kata," ujarnya.
"Aktivitas WHO ditentukan oleh negara-negara anggotanya," Lavrov menambahkan. "Mereka belum memiliki keluhan tentang hal itu sampai saat ini," tukasnya.
Pernyataan Lavrov ini datang di tengah serangan oleh Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain terhadap WHO atas penanganan pandemi COVID-19. Presiden AS Donald Trump menangguhkan pendanaan untuk WHO. Keputusan itu memicu kecaman di seluruh dunia, karena banyak politisi dan pemimpin organisasi internasional menyerukan solidaritas dalam perjuangan global melawan COVID-19.
Di sisi lain, laporan investigasi oleh Washington Post mengatakan awal bulan ini bahwa penolakan Trump dan responsnya dalam 70 hari pertama wabah yang kritis telah menyebabkan AS menderita melalui situasi yang dapat dikurangi dengan tindakan tegas.
AS memiliki total 960.896 kasus infeksi terjadi di AS dengan 54.265 orang meninggal dan 118.162 sembuh menurut data worldometers.info.
(ber)
tulis komentar anda