Der Spiegel Ungkap Jerman Tidak Mempercayai Zelensky
Senin, 06 Juni 2022 - 18:38 WIB
BERLIN - Jerman ragu-ragu dalam mengirim tank ke Ukraina untuk melawan pasukan Rusia karena “alasan historis.” Pernyataan itu diungkapkan sumber pemerintah Jerman kepada majalah Der Spiegel.
Menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya, ada kekhawatiran dalam pemerintahan Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa Kiev bisa menjadi terlalu percaya diri jika mencapai serangkaian kemenangan, dan mungkin meluncurkan serangan ke wilayah Rusia.
“Perkembangan seperti itu akan berarti bahwa tank-tank Jerman akan sekali lagi berada di dalam Rusia,” tulis Der Spiegel pada Jumat, dalam referensi yang jelas tentang invasi Nazi Jerman ke Uni Soviet pada tahun 1941.
Ketakutan bahwa persenjataan Jerman dapat dikirim ke Rusia itu menyoroti ketidakpercayaan tertentu di Berlin terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
“Dan itu juga merupakan alasan mengapa industri pertahanan di Jerman belum diizinkan untuk mengirimkan tank tempur,” klaim laporan itu, dilansir RT.com pada Senin (6/6/2022).
Sejauh ini, tank hanya dipasok ke pemerintah Kiev oleh Polandia dan Republik Ceko, bukan eksportir senjata utama seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.
“Meskipun embargo tank tidak pernah dibahas di tingkat NATO, kesepakatan tidak resmi tentang masalah ini telah dicapai antara Washington, London dan Paris, dan Jerman tidak akan pernah menjadi negara pertama yang mengirimkan tank ke Ukraina karena alasan historis,” papar sumber tersebut.
Laporan Der Spiegel mengutip para politisi dan analis yang menuduh Scholz terlalu lambat membantu Ukraina dengan senjata untuk melawan Rusia.
Penulis laporan juga mengutip desas-desus bahwa kanselir Jerman telah dipaksa ke dalam setiap konsesi yang dia buat sejauh ini atas bantuan militer, tetapi kemudian masih menunda pengiriman.
Sejak akhir Februari, ketika serangan militer Rusia di Ukraina dimulai, Berlin hanya memasok senjata ringan ke Kiev, dan jumlah pengiriman telah berkurang seiring waktu.
Welt am Sonntag melaporkan hanya dua pengiriman Jerman yang tiba di Ukraina antara 30 Maret dan 26 Mei.
Pengiriman senjata berat, termasuk 30 kendaraan antipesawat Gepard, tujuh howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000 dan empat sistem roket multi-peluncur MARS II, telah diumumkan Berlin, tetapi belum terwujud.
Scholz mengklaim pekan lalu bahwa Jerman juga akan mengirim salah satu senjata paling modernnya yakni sistem pertahanan udara IRIS-T kepada pemerintah Kiev.
Namun, Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan tidak memiliki stok perangkat keras yang disebutkan , dan pertanyaan itu harus ditujukan kepada produsen.
Menurut laporan media, Ukraina hanya bisa berharap mendapatkan sistem itu pada November.
“Itu mungkin sudah terlambat, karena penilaian yang bocor oleh intelijen Jerman menunjukkan pasukan Rusia dapat menguasai semua wilayah Donbas pada bulan Agustus,” ungkap Der Spiegel.
Rusia menyerang negara Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya, ada kekhawatiran dalam pemerintahan Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa Kiev bisa menjadi terlalu percaya diri jika mencapai serangkaian kemenangan, dan mungkin meluncurkan serangan ke wilayah Rusia.
“Perkembangan seperti itu akan berarti bahwa tank-tank Jerman akan sekali lagi berada di dalam Rusia,” tulis Der Spiegel pada Jumat, dalam referensi yang jelas tentang invasi Nazi Jerman ke Uni Soviet pada tahun 1941.
Ketakutan bahwa persenjataan Jerman dapat dikirim ke Rusia itu menyoroti ketidakpercayaan tertentu di Berlin terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
“Dan itu juga merupakan alasan mengapa industri pertahanan di Jerman belum diizinkan untuk mengirimkan tank tempur,” klaim laporan itu, dilansir RT.com pada Senin (6/6/2022).
Sejauh ini, tank hanya dipasok ke pemerintah Kiev oleh Polandia dan Republik Ceko, bukan eksportir senjata utama seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.
“Meskipun embargo tank tidak pernah dibahas di tingkat NATO, kesepakatan tidak resmi tentang masalah ini telah dicapai antara Washington, London dan Paris, dan Jerman tidak akan pernah menjadi negara pertama yang mengirimkan tank ke Ukraina karena alasan historis,” papar sumber tersebut.
Laporan Der Spiegel mengutip para politisi dan analis yang menuduh Scholz terlalu lambat membantu Ukraina dengan senjata untuk melawan Rusia.
Penulis laporan juga mengutip desas-desus bahwa kanselir Jerman telah dipaksa ke dalam setiap konsesi yang dia buat sejauh ini atas bantuan militer, tetapi kemudian masih menunda pengiriman.
Sejak akhir Februari, ketika serangan militer Rusia di Ukraina dimulai, Berlin hanya memasok senjata ringan ke Kiev, dan jumlah pengiriman telah berkurang seiring waktu.
Welt am Sonntag melaporkan hanya dua pengiriman Jerman yang tiba di Ukraina antara 30 Maret dan 26 Mei.
Pengiriman senjata berat, termasuk 30 kendaraan antipesawat Gepard, tujuh howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000 dan empat sistem roket multi-peluncur MARS II, telah diumumkan Berlin, tetapi belum terwujud.
Scholz mengklaim pekan lalu bahwa Jerman juga akan mengirim salah satu senjata paling modernnya yakni sistem pertahanan udara IRIS-T kepada pemerintah Kiev.
Namun, Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan tidak memiliki stok perangkat keras yang disebutkan , dan pertanyaan itu harus ditujukan kepada produsen.
Menurut laporan media, Ukraina hanya bisa berharap mendapatkan sistem itu pada November.
“Itu mungkin sudah terlambat, karena penilaian yang bocor oleh intelijen Jerman menunjukkan pasukan Rusia dapat menguasai semua wilayah Donbas pada bulan Agustus,” ungkap Der Spiegel.
Rusia menyerang negara Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda