Erdogan: Turki akan Luncurkan Operasi Anti-Teroris di Suriah
Kamis, 02 Juni 2022 - 06:31 WIB
Ankara menganggap PKK sebagai kelompok teroris, seperti halnya Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan beberapa negara lain, seperti Kanada dan Australia.
“Kami memasuki fase baru tekad kami untuk membentuk zona aman sedalam 30 kilometer di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifaat dan Manbij dari teroris, dan kami akan melakukan hal yang sama ke wilayah lain selangkah demi selangkah,” papar Erdogan, dilansir RT.com.
Presiden Turki juga menuduh Moskow dan Washington gagal memenuhi komitmen mereka dan memaksakan penarikan milisi Kurdi dari wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki.
Perkembangan tersebut telah mendorong Ankara meluncurkan operasi untuk “melindungi bangsa” dan menghilangkan apa yang dianggapnya sebagai ancaman teroris.
Erdogan pertama kali mengumumkan rencananya pekan lalu ketika dia mengatakan, “Turki akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 kilometer yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami.”
Pada pertengahan April, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock.
Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Ankara telah melakukan beberapa operasi militer melawan Kurdi di Suriah utara pada 2016, 2018 dan 2019.
Turki saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.
Milisi Kurdi di Suriah yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG) telah bersekutu dengan AS dalam perjuangan mereka melawan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS).
“Kami memasuki fase baru tekad kami untuk membentuk zona aman sedalam 30 kilometer di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifaat dan Manbij dari teroris, dan kami akan melakukan hal yang sama ke wilayah lain selangkah demi selangkah,” papar Erdogan, dilansir RT.com.
Presiden Turki juga menuduh Moskow dan Washington gagal memenuhi komitmen mereka dan memaksakan penarikan milisi Kurdi dari wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki.
Perkembangan tersebut telah mendorong Ankara meluncurkan operasi untuk “melindungi bangsa” dan menghilangkan apa yang dianggapnya sebagai ancaman teroris.
Erdogan pertama kali mengumumkan rencananya pekan lalu ketika dia mengatakan, “Turki akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 kilometer yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami.”
Pada pertengahan April, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock.
Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Ankara telah melakukan beberapa operasi militer melawan Kurdi di Suriah utara pada 2016, 2018 dan 2019.
Turki saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.
Milisi Kurdi di Suriah yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG) telah bersekutu dengan AS dalam perjuangan mereka melawan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS).
Lihat Juga :
tulis komentar anda