Europol Khawatir Senjata Barat di Ukraina Bisa Jatuh ke Tangan Penjahat
Selasa, 31 Mei 2022 - 22:01 WIB
Pejabat itu mengakui Eropa saat ini melihat tingkat kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di jalanan, mirip dengan situasi yang terlihat sejauh ini hanya di negara-negara Amerika Latin.
De Bolle juga mengatakan, “Korupsi di Uni Eropa berada pada skala yang lebih besar dari yang kita duga.”
“Lebih dari separuh organisasi kriminal yang diamati Europol menggunakan jasa pejabat korup dalam satu atau lain cara untuk memfasilitasi bisnis ilegal mereka,” papar kepala Europol tersebut.
“Terkait konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, area utama lain yang menjadi perhatian Europol, selain senjata, adalah perjalanan teroris yang dikenal dan individu ekstremis yang siap menggunakan kekerasan di zona perang,” papar De Bolle.
Dia mengatakan, “Ketika Pusat Kontraterorisme Europol memantau fenomena tersebut dengan sangat cermat, situasinya sangat dinamis dan terfragmentasi.”
“Badan penegak hukum UE sejauh ini tidak dapat menunjukkan dengan tepat jumlah orang-orang seperti itu karena masing-masing negara Eropa memberikan data yang berbeda kepada Europol,” ujar De Bolle.
Menurut penilaian pejabat tersebut, orang-orang yang akan berperang di Ukraina tidak mewakili kelompok yang homogen, melainkan menganut ideologi yang berbeda.
Dia juga mencatat Europol melihat beberapa pejuang ini kembali ke negara asal mereka dengan “kecewa”, setelah melihat secara langsung “kebrutalan perang.”
“Meski Europol telah melihat peningkatan serangan siber di berbagai negara anggota UE sejak Rusia memulai serangannya di Ukraina pada akhir Februari, serangan skala besar yang mempengaruhi semua 27 negara, yang diperkirakan badan tersebut, belum terwujud,” ujar De Bolle kepada wartawan.
Sejak Moskow melancarkan operasi militernya terhadap tetangganya, sejumlah negara anggota UE, serta Inggris dan AS telah secara aktif memasok senjata ke Kiev.
De Bolle juga mengatakan, “Korupsi di Uni Eropa berada pada skala yang lebih besar dari yang kita duga.”
“Lebih dari separuh organisasi kriminal yang diamati Europol menggunakan jasa pejabat korup dalam satu atau lain cara untuk memfasilitasi bisnis ilegal mereka,” papar kepala Europol tersebut.
“Terkait konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, area utama lain yang menjadi perhatian Europol, selain senjata, adalah perjalanan teroris yang dikenal dan individu ekstremis yang siap menggunakan kekerasan di zona perang,” papar De Bolle.
Dia mengatakan, “Ketika Pusat Kontraterorisme Europol memantau fenomena tersebut dengan sangat cermat, situasinya sangat dinamis dan terfragmentasi.”
“Badan penegak hukum UE sejauh ini tidak dapat menunjukkan dengan tepat jumlah orang-orang seperti itu karena masing-masing negara Eropa memberikan data yang berbeda kepada Europol,” ujar De Bolle.
Menurut penilaian pejabat tersebut, orang-orang yang akan berperang di Ukraina tidak mewakili kelompok yang homogen, melainkan menganut ideologi yang berbeda.
Dia juga mencatat Europol melihat beberapa pejuang ini kembali ke negara asal mereka dengan “kecewa”, setelah melihat secara langsung “kebrutalan perang.”
“Meski Europol telah melihat peningkatan serangan siber di berbagai negara anggota UE sejak Rusia memulai serangannya di Ukraina pada akhir Februari, serangan skala besar yang mempengaruhi semua 27 negara, yang diperkirakan badan tersebut, belum terwujud,” ujar De Bolle kepada wartawan.
Sejak Moskow melancarkan operasi militernya terhadap tetangganya, sejumlah negara anggota UE, serta Inggris dan AS telah secara aktif memasok senjata ke Kiev.
Lihat Juga :
tulis komentar anda