Turki Siap Jadi Tuan Rumah Perundingan Baru Rusia dan Ukraina
Selasa, 31 Mei 2022 - 17:50 WIB
“Vladimir Putin menggarisbawahi kesiapan pihak Rusia untuk memfasilitasi transit barang maritim tanpa hambatan dalam koordinasi dengan mitra Turki. Ini juga berlaku untuk ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina,” papar pernyataan pemerintah Turki.
Turki telah mengambil sikap netral secara eksplisit dalam permusuhan yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina yang pecah pada akhir Februari.
Ankara telah mempertahankan hubungan dengan kedua belah pihak, tidak bergabung dengan sanksi Barat terhadap Moskow dan berusaha mengambil peran sebagai mediator dalam konflik tersebut.
Pada akhir Maret, Turki menjadi tuan rumah pembicaraan tingkat tinggi Rusia-Ukraina yang pada akhirnya gagal menghasilkan terobosan apa pun, meskipun kedua pihak mengisyaratkan kemajuan tertentu.
Sejak itu, proses negosiasi terhenti, dengan Kiev dan Moskow saling menyalahkan atas kurangnya kemajuan.
Rusia menyerang negara tetangga tersebut menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada tahun 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Turki telah mengambil sikap netral secara eksplisit dalam permusuhan yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina yang pecah pada akhir Februari.
Ankara telah mempertahankan hubungan dengan kedua belah pihak, tidak bergabung dengan sanksi Barat terhadap Moskow dan berusaha mengambil peran sebagai mediator dalam konflik tersebut.
Pada akhir Maret, Turki menjadi tuan rumah pembicaraan tingkat tinggi Rusia-Ukraina yang pada akhirnya gagal menghasilkan terobosan apa pun, meskipun kedua pihak mengisyaratkan kemajuan tertentu.
Sejak itu, proses negosiasi terhenti, dengan Kiev dan Moskow saling menyalahkan atas kurangnya kemajuan.
Rusia menyerang negara tetangga tersebut menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada tahun 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda