Waspada, Ancaman Gelombang Kedua Covid-19 di Depan Mata

Selasa, 23 Juni 2020 - 12:02 WIB
Petugas menyemprotkan disinfektan di fasilitas umum di Beijing, China, kemarin. Foto/Reuters
LONDON - Gelombang kedua Covid-19 menjadi ancaman yang sangat nyata. Berbagai langkah dilakukan beberapa negara untuk mencegah munculnya gelombang kedua.

Selandia Baru menerapkan kebijakan melarang kapal pesiar berlabuh di negara tersebut. Mereka masih mengamankan wilayah perbatasannya untuk menghindari munculnya kasus baru dari warga asing. “Kita memperpanjang larangan kapal pesiar masuk ke Selandia Baru,” kata Perdana Menteri Jacinda Ardern dilansir Reuters.

Negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, memilih memperpanjang status darurat selama empat pekan hingga 19 Juli. Saat bersamaan, jumlah kasus virus corona (Covid-19) juga terus bertambah.



Negara bagian Victoria juga melarang perkumpulan lebih dari 10 orang di luar rumah. Itu dilakukan setelah banyak atau peningkatan sebanyak dua digit. Jumlah kasus di negara bagian itu mencapai 1.836 orang atau seperempat dari kasus di seluruh Australia. (Baca: Peneliti: Penguncian Ketat Telah Menyelamatkan 3 Juta Orang di Eropa)

Peningkatan jumlah kasus di Victoria memicu negara bagian lain seperti Australia Barat tetap akan menutup perbatasan. “Masyarakat tidak perlu menggunakan masker karena transmisi lokal sangat rendah,” kata Deputi Kepala Medis Australia, Nick Coatsworth, dilansir Reuters. Dia hanya menyarankan agar masyarakat menghindari berpelukan dan mencium.

Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria Jenny Mikakos mengatakan, kasus baru sebanyak 210 orang karena penularan berbasis komunitas, baik karena pesta keluarga, makan siang, dan makan malam bersama setelah pelonggaran pada 1 Juni lalu. “Kita memberikan perhatian terhadap peningkatan jumlah kasus dalam beberapa hari terakhir. Situasi ini sangat serius,” kata Mikakos. (Lihat videonya: Geliat Cafe di Masa Pandemi Covid-19)

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan lonjakan kasus Covid-19 terbesar di dunia dalam satu hari pada Minggu (21/6/2020). Berdasarkan catatan WHO, kasus positif virus corona di seluruh dunia mencapai 183.020 orang. Andil terbesar adalah Brasil yang melaporkan 54.771 kasus, Amerika Serikat dengan 36.617 kasus, serta India dengan 15.413 kasus.

Secara keseluruhan jumlah kasus positif Covid-19 sedunia mencapai 8,7 juta. Adapun jumlah kematian, menurut WHO, melampaui 461.000 orang. Dari total kematian akibat Covid-19, Brasil mencatat angka terbanyak kedua di dunia setelah AS. Pada Minggu (21/6/2020), Kementerian Kesehatan Brasil mengumumkan 641 orang telah meninggal dunia akibat virus corona selama 24 jam terakhir. Dengan demikian, jumlah kematian di Brasil mencapai 50.617 orang. Jumlah kasus positif Covid-19 di Brasil lebih dari satu juta. Masyarakat adat adalah bagian masyarakat yang paling parah terkena dampak Covid-19 di Brasil. (Baca juga: Menko PMK Sebut Penanganan Corona Masih Terkendali)

Di tengah kondisi ini, ribuan pendukung dan penentang Presiden Jair Bolsonaro turun ke jalan pada Minggu (21/6/2020). Para demonstran antipemerintah menyerukan agar Bolsonaro dimakzulkan setelah seorang mantan ajudannya ditangkap pada Kamis (18/6/2020). Di sisi lain, para pendukungnya berargumen bahwa Kongres dan Mahkamah Agung mencoba membatasi wewenang sang presiden.

Karantina wilayah alias lockdown tidak diberlakukan di Brasil. Negara bagian dan kota-kota menerapkan kebijakan masing-masing. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More