Mahasiswa Indonesia di Rusia Siasati Beragam Kendala akibat Sanksi Barat
Senin, 30 Mei 2022 - 18:31 WIB
MOSKOW - Faiz Arsyad, mahasiswa asal Bekasi yang tengah menjalani pendidikan Master (S2) di Rusia berbagi pengalamannya di tengah invansi Rusia terhadap Ukraina yang masih berlanjut.
Menurut Faiz, situasi serta kondisi di Rusia saat ini masih aman terkendali. Ia masih bisa melakukan segala aktivitas seperti biasa, seperti kuliah, berorganisasi, belanja, dan bekerja.
“Jadi kalau untuk kondisi keamanan sebenarnya masih aman-aman saja bahkan di perbatasan Ukraina pun sebenarnya aman. Pemerintah menerapkan kebijakan yang terbukti dapat menstabilkan kondisi keamanan Negara,” ujar Faiz pada SINDOnews.
Dia menambahkan, “Untuk perkuliahan pun sejauh ini masih berlangsung seperti biasa, masih belajar, mendapatkan tugas, dan kerja kelompok. Hanya saja, dosen disini selalu mengingatkan untuk selalu berhati-hati di mana pun berada, karena tidak ada yang tau nanti akan seperti apa.”
Mahasiswa yang berkuliah di HSE University Moskow, Jurusan Ekonomi Pertanian dan Kebijakan Ekonomi ini, mengatakan dampak yang dirasakan masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Rusia adalah kenaikan harga.
Beragam bank yang berada di Rusia juga tidak bisa digunakan karena adanya sanksi yang diberikan.
“Dampak yang saya rasakan sebagai mahasiswa tentunya adalah kenaikan harga, sebagai contoh misalnya minyak 1 liter, dulu masih bisa didapatkan dengan harga 74 rubel, sekarang harganya sudah menjadi lebih dari 100 rubel. Kedua, kesulitan dalam mengambil uang dikarenakan layanan Kartu ATM berlogo Mastercard dan Visa tidak bisa digunakan lagi di Rusia,” papar Faiz.
Faiz, mengungkapkan dirinya kebingungan untuk bisa mendapatkan sejumlah uang yang diperlukan guna mencukupi kebutuhan pribadi di Rusia karena sistem ATM terkena sanksi.
Namun terdapat inisiatif dari beberapa mahasiswa yang berada di Indonesia atau Rusia dengan membuka jasa tukar rubel ke rupiah atau sebaliknya yang terbukti dapat mengatasi masalah tersebut.
Kendala Jaringan Internet
Faiz, menuturkan terjadi kendala di jaringan internet hingga aplikasi yang tidak bisa diakses warga Rusia, karena sejumlah perusahaan melakukan penutupan akses layanan di negara tersebut.
"Layanan internet yang tidak bisa dibuka seperti Instagram, Twitter, Linkedin dan Facebook. Kami bisa mengaksesnya asalkan dengan menggunakan VPN. Itupun tidak bisa lama, paling juga 10-20 menit,” ungkap Faiz.
"Sebenarnya, yang melakukan banned (sanksi) itu bukan dari pihak Rusia tetapi dari aplikasinya sendiri bahkan saya cukup kaget ya seperti kita ketahui Rusia adalah salah satu pengguna Media Sosial terbesar di dunia tetapi sekarang tidak bisa diakses,” papar Faiz.
Kesulitan Pangan
Akibat invansi Rusia ke Ukraina sejumlah pemasok bahan pangan yang seharusnya bisa mengimpor pangan ke Rusia, sempat agak sedikit terhambat.
Tepung dan gula menjadi bahan pangan yang sempat sulit di dapatkan oleh warga dan mahasiswa yang tinggal di Rusia.
Namun, menurut Faiz, stok pangan beras masih tersedia di supermarket di Rusia walaupun dengan harga yang berbeda.
“Sebenarnya bisa dibilang beberapa bahan makanan memang sempat kesulitan terutama buah (pisang), tepung, gula. Tapi untungnya beras tidak langka, hanya harganya saja yang mengalami peningkatan dari 44 Rubel menjadi lebih dari 80 Rubel perkilo. Selain itu, saat ini beberapa restoran makanan cepat saji juga ditangguhkan operasionalnya di Rusia,” pungkas Faiz.
Menurut Faiz, situasi serta kondisi di Rusia saat ini masih aman terkendali. Ia masih bisa melakukan segala aktivitas seperti biasa, seperti kuliah, berorganisasi, belanja, dan bekerja.
“Jadi kalau untuk kondisi keamanan sebenarnya masih aman-aman saja bahkan di perbatasan Ukraina pun sebenarnya aman. Pemerintah menerapkan kebijakan yang terbukti dapat menstabilkan kondisi keamanan Negara,” ujar Faiz pada SINDOnews.
Dia menambahkan, “Untuk perkuliahan pun sejauh ini masih berlangsung seperti biasa, masih belajar, mendapatkan tugas, dan kerja kelompok. Hanya saja, dosen disini selalu mengingatkan untuk selalu berhati-hati di mana pun berada, karena tidak ada yang tau nanti akan seperti apa.”
Mahasiswa yang berkuliah di HSE University Moskow, Jurusan Ekonomi Pertanian dan Kebijakan Ekonomi ini, mengatakan dampak yang dirasakan masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Rusia adalah kenaikan harga.
Beragam bank yang berada di Rusia juga tidak bisa digunakan karena adanya sanksi yang diberikan.
“Dampak yang saya rasakan sebagai mahasiswa tentunya adalah kenaikan harga, sebagai contoh misalnya minyak 1 liter, dulu masih bisa didapatkan dengan harga 74 rubel, sekarang harganya sudah menjadi lebih dari 100 rubel. Kedua, kesulitan dalam mengambil uang dikarenakan layanan Kartu ATM berlogo Mastercard dan Visa tidak bisa digunakan lagi di Rusia,” papar Faiz.
Faiz, mengungkapkan dirinya kebingungan untuk bisa mendapatkan sejumlah uang yang diperlukan guna mencukupi kebutuhan pribadi di Rusia karena sistem ATM terkena sanksi.
Namun terdapat inisiatif dari beberapa mahasiswa yang berada di Indonesia atau Rusia dengan membuka jasa tukar rubel ke rupiah atau sebaliknya yang terbukti dapat mengatasi masalah tersebut.
Kendala Jaringan Internet
Faiz, menuturkan terjadi kendala di jaringan internet hingga aplikasi yang tidak bisa diakses warga Rusia, karena sejumlah perusahaan melakukan penutupan akses layanan di negara tersebut.
"Layanan internet yang tidak bisa dibuka seperti Instagram, Twitter, Linkedin dan Facebook. Kami bisa mengaksesnya asalkan dengan menggunakan VPN. Itupun tidak bisa lama, paling juga 10-20 menit,” ungkap Faiz.
"Sebenarnya, yang melakukan banned (sanksi) itu bukan dari pihak Rusia tetapi dari aplikasinya sendiri bahkan saya cukup kaget ya seperti kita ketahui Rusia adalah salah satu pengguna Media Sosial terbesar di dunia tetapi sekarang tidak bisa diakses,” papar Faiz.
Kesulitan Pangan
Akibat invansi Rusia ke Ukraina sejumlah pemasok bahan pangan yang seharusnya bisa mengimpor pangan ke Rusia, sempat agak sedikit terhambat.
Tepung dan gula menjadi bahan pangan yang sempat sulit di dapatkan oleh warga dan mahasiswa yang tinggal di Rusia.
Namun, menurut Faiz, stok pangan beras masih tersedia di supermarket di Rusia walaupun dengan harga yang berbeda.
“Sebenarnya bisa dibilang beberapa bahan makanan memang sempat kesulitan terutama buah (pisang), tepung, gula. Tapi untungnya beras tidak langka, hanya harganya saja yang mengalami peningkatan dari 44 Rubel menjadi lebih dari 80 Rubel perkilo. Selain itu, saat ini beberapa restoran makanan cepat saji juga ditangguhkan operasionalnya di Rusia,” pungkas Faiz.
(sya)
tulis komentar anda