Taktik AS Normalisasi Arab Saudi-Israel dengan Libatkan Mesir
Kamis, 26 Mei 2022 - 08:07 WIB
Pada tahun 2020, Israel menandatangani kesepakatan dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, yang kemudian dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
Dalam kolom yang diterbitkan di Wall Street Journal pada Maret 2021, mantan penasihat Gedung Putih Jared Kushner—yang memainkan peran penting dalam kesepakatan normalisasi—menulis bahwa normalisasi antara Arab Saudi dan Israel "di depan mata", menyatakan; "Kita menyaksikan sisa-sisa terakhir dari apa yang dikenal sebagai konflik Arab-Israel".
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan mengatakan selama wawancara dengan CNN sebulan kemudian bahwa kesepakatan normalisasi dengan Israel akan sangat membantu dan membawa manfaat luar biasa bagi Timur Tengah. Namun, dia menegaskan bahwa itu tidak dapat terjadi tanpa membahas masalah orang-orang Palestina.
Para pejabat Arab Saudi telah berulang kali mengatakan kerajaan itu tetap berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab, yang mensyaratkan pengakuan Israel atas pembentukan negara Palestina merdeka dalam perbatasan 1967.
Namun, pada November 2020, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) bertemu secara diam-diam dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Kerajaan Arab Saudi tersebut. Pertemuan itu diungkap media Israel, tapi tidak dikonfirmasi pemerintah Riyadh.
Disebut-sebut oleh mantan presiden AS Donald Trump dan para pembantunya sebagai pencapaian diplomatik yang luar biasa, kesepakatan normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel tidak menyelesaikan konflik antara Israel dan Palestina.
Israel terus membangun dan memperluas pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
Dalam kolom yang diterbitkan di Wall Street Journal pada Maret 2021, mantan penasihat Gedung Putih Jared Kushner—yang memainkan peran penting dalam kesepakatan normalisasi—menulis bahwa normalisasi antara Arab Saudi dan Israel "di depan mata", menyatakan; "Kita menyaksikan sisa-sisa terakhir dari apa yang dikenal sebagai konflik Arab-Israel".
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan mengatakan selama wawancara dengan CNN sebulan kemudian bahwa kesepakatan normalisasi dengan Israel akan sangat membantu dan membawa manfaat luar biasa bagi Timur Tengah. Namun, dia menegaskan bahwa itu tidak dapat terjadi tanpa membahas masalah orang-orang Palestina.
Para pejabat Arab Saudi telah berulang kali mengatakan kerajaan itu tetap berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab, yang mensyaratkan pengakuan Israel atas pembentukan negara Palestina merdeka dalam perbatasan 1967.
Namun, pada November 2020, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) bertemu secara diam-diam dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Kerajaan Arab Saudi tersebut. Pertemuan itu diungkap media Israel, tapi tidak dikonfirmasi pemerintah Riyadh.
Disebut-sebut oleh mantan presiden AS Donald Trump dan para pembantunya sebagai pencapaian diplomatik yang luar biasa, kesepakatan normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel tidak menyelesaikan konflik antara Israel dan Palestina.
Israel terus membangun dan memperluas pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
(min)
tulis komentar anda