Diadili Atas Kejahatan Perang, Tentara Rusia Minta Maaf kepada Janda Korban
Jum'at, 20 Mei 2022 - 03:17 WIB
KIEV - Tentara Rusia pertama yang diadili atas kejahatan perang di Ukraina meminta maaf kepada kepada janda korban karena telah membunuh suaminya. Itu dilakukan saat pengadilan di Kiev menggelar sidang kedua kejahatan perang invasi Rusia ke Ukraina.
Vadim Shishimarin, seorang komandan tank Rusia, mengaku bersalah pada hari Rabu karena membunuh warga sipil tak bersenjata berusia 62 tahun, Oleksandr Shelipov, di desa Chupakhivka, Ukraina timur laut pada 28 Februari.
"Saya mengakui kesalahan saya...saya meminta Anda untuk memaafkan saya," katanya kepada janda korban, Kateryna Shelipova, dalama sidang yang digelar pada hari Kamis seperti dikutip dari ABC, Jumat (20/5/2022).
Mengenakan pakaian olahraga dan dengan kepala plontos, Shishimarin berbicara dengan tenang, meski tampak ketakutan dari bilik kaca untuk terdakwa.
Kremlin mengatakan tidak memiliki informasi tentang persidangan itu dan tidak adanya misi diplomatik di Ukraina membatasi kemampuannya untuk memberikan bantuan hukum.
Janda itu mengatakan kepada pengadilan bahwa dia telah mendengar tembakan dari jarak jauh dari halaman rumah mereka dan dia telah memanggil suaminya pada hari dia dibunuh.
"Saya berlari ke suami saya, dia sudah mati. Ditembak di kepala. Saya berteriak, saya berteriak sangat keras," katanya, berbicara dengan aksen pedesaannya.
Dia tampak putus asa dan suaranya bergetar karena emosi.
Vadim Shishimarin, seorang komandan tank Rusia, mengaku bersalah pada hari Rabu karena membunuh warga sipil tak bersenjata berusia 62 tahun, Oleksandr Shelipov, di desa Chupakhivka, Ukraina timur laut pada 28 Februari.
"Saya mengakui kesalahan saya...saya meminta Anda untuk memaafkan saya," katanya kepada janda korban, Kateryna Shelipova, dalama sidang yang digelar pada hari Kamis seperti dikutip dari ABC, Jumat (20/5/2022).
Mengenakan pakaian olahraga dan dengan kepala plontos, Shishimarin berbicara dengan tenang, meski tampak ketakutan dari bilik kaca untuk terdakwa.
Kremlin mengatakan tidak memiliki informasi tentang persidangan itu dan tidak adanya misi diplomatik di Ukraina membatasi kemampuannya untuk memberikan bantuan hukum.
Janda itu mengatakan kepada pengadilan bahwa dia telah mendengar tembakan dari jarak jauh dari halaman rumah mereka dan dia telah memanggil suaminya pada hari dia dibunuh.
"Saya berlari ke suami saya, dia sudah mati. Ditembak di kepala. Saya berteriak, saya berteriak sangat keras," katanya, berbicara dengan aksen pedesaannya.
Dia tampak putus asa dan suaranya bergetar karena emosi.
tulis komentar anda