Pisah dari Georgia, Ossetia Selatan Referendum Gabung Rusia 17 Juli
Sabtu, 14 Mei 2022 - 05:41 WIB
TBILISI - Pemimpin wilayah Georgia yang memisahkan diri di Ossetia Selatan menetapkan 17 Juli sebagai tanggal referendum untuk bergabung dengan Rusia .
“Anatoly Bibilov menandatangani dekrit tentang mengadakan referendum di Republik Ossetia Selatan,” kata kantornya dalam sebuah pernyataan hari Jumat, yang dilansir AFP, Sabtu (14/5/2022).
Kantor Bibilov menyebut referendum itu merupakan aspirasi bersejarah rakyatnya untuk bergabung dengan Rusia.
Ossetia Selatan berada di pusat perang Rusia-Georgia pada tahun 2008 setelah Kremlin mengakui wilayah tersebut—bersama dengan wilayah separatis lainnya, Abkhazia—sebagai negara merdeka dan menempatkan pangkalan militer di sana.
“Kami akan pulang,” kata Bibilov di aplikasi perpesanan Telegram. "Waktunya telah tiba untuk bersatu sekali dan untuk selamanya."
“Osetia Selatan dan Rusia akan bersama. Ini adalah awal dari cerita baru yang besar,” imbuh pemimpin yang akan lengser tersebut.
Bibilov kalah dalam pemilu awal bulan ini. Rusia telah menyatakan harapan pemimpin yang akan datang, Alan Gagloev, akan menjaga kesinambungan dalam hubungan dengan Moskow.
Pengumuman tanggal referendum itu datang pada hari ke-79 operasi militer Rusia di Ukraina, di mana ribuan orang tewas dan lebih dari enam juta orang melarikan diri dari negara yang pro-Barat tersebut.
Wilayah separatis pro-Moskow di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk, juga telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan Rusia.
Serangan skala penuh di Ukraina telah memicu curahan solidaritas di Georgia.
Georgia sebelumnya mengecam rencana Ossetia Selatan karena hendak mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Pada bulan Agustus 2008, Rusia melancarkan serangan terhadap Georgia yang memerangi milisi pro-Rusia di Ossetia Selatan, setelah mereka menembaki desa-desa Georgia.
Pertempuran berakhir lima hari kemudian dengan gencatan senjata yang dimediasi Uni Eropa tetapi merenggut lebih dari 700 nyawa dan membuat puluhan ribu etnis Georgia mengungsi.
“Anatoly Bibilov menandatangani dekrit tentang mengadakan referendum di Republik Ossetia Selatan,” kata kantornya dalam sebuah pernyataan hari Jumat, yang dilansir AFP, Sabtu (14/5/2022).
Kantor Bibilov menyebut referendum itu merupakan aspirasi bersejarah rakyatnya untuk bergabung dengan Rusia.
Ossetia Selatan berada di pusat perang Rusia-Georgia pada tahun 2008 setelah Kremlin mengakui wilayah tersebut—bersama dengan wilayah separatis lainnya, Abkhazia—sebagai negara merdeka dan menempatkan pangkalan militer di sana.
“Kami akan pulang,” kata Bibilov di aplikasi perpesanan Telegram. "Waktunya telah tiba untuk bersatu sekali dan untuk selamanya."
“Osetia Selatan dan Rusia akan bersama. Ini adalah awal dari cerita baru yang besar,” imbuh pemimpin yang akan lengser tersebut.
Bibilov kalah dalam pemilu awal bulan ini. Rusia telah menyatakan harapan pemimpin yang akan datang, Alan Gagloev, akan menjaga kesinambungan dalam hubungan dengan Moskow.
Pengumuman tanggal referendum itu datang pada hari ke-79 operasi militer Rusia di Ukraina, di mana ribuan orang tewas dan lebih dari enam juta orang melarikan diri dari negara yang pro-Barat tersebut.
Wilayah separatis pro-Moskow di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk, juga telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan Rusia.
Serangan skala penuh di Ukraina telah memicu curahan solidaritas di Georgia.
Georgia sebelumnya mengecam rencana Ossetia Selatan karena hendak mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Pada bulan Agustus 2008, Rusia melancarkan serangan terhadap Georgia yang memerangi milisi pro-Rusia di Ossetia Selatan, setelah mereka menembaki desa-desa Georgia.
Pertempuran berakhir lima hari kemudian dengan gencatan senjata yang dimediasi Uni Eropa tetapi merenggut lebih dari 700 nyawa dan membuat puluhan ribu etnis Georgia mengungsi.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda