Presiden Ini Bersumpah Berantas Pelecehan Seks, tapi Dia Jadi Tertuduh
Senin, 09 Mei 2022 - 08:25 WIB
SAN JOSE - Presiden terpilih Costa Rica , Rodrigo Chaves, bersumpah akan memberantas pelecehan seksual terhadap perempuan saat diambil sumpah jabatan pada hari Minggu. Ironisnya, dia justru dituduh telah melecehkan dua perempuan secara seksual.
Selain agenda pemberantasan pelecehan seksual, Presiden Chaves juga berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi negaranya.
Ketika organisasi feminis memprotes di dekatnya, ekonom sayap kanan itu mengatakan komitmen politik pertama dari masa jabatan empat tahunnya adalah untuk memberantas diskriminasi dan pelecehan gender.
"Kami tidak akan mentoleransi pelecehan yang mereka (perempuan) derita setiap hari dan di semua bidang masyarakat," katanya kepada Kongres setelah dilantik untuk memimpin salah satu negara demokrasi paling stabil di Amerika Latin.
"Tidak mungkin perempuan kita takut berjalan sendirian di jalan, merasa takut di rumah mereka sendiri, di tempat kerja, di taman, di konser," ujarnya, seperti dikutip AFP, Senin (9/5/2022).
Chaves (60) diselidiki atas pengaduan pelecehan seksual yang diajukan oleh dua perempuan saat dia menjadi pejabat senior di Bank Dunia, tempat dia bekerja selama 30 tahun.
Dia diturunkan pangkatnya karena tuduhan tersebut, dan kemudian mengundurkan diri.
Bulan lalu, Chaves menawarkan permintaan maaf yang tulus kepada dua penuduh, bawahan mudanya, setelah sebelumnya mengatakan bahwa dugaan pelecehan itu hanyalah lelucon yang disalahartikan karena perbedaan budaya.
Lusinan wanita hari Minggu memprotes di dekat kursi Kongres menentang kekerasan gender dan upah yang tidak setara di negara di mana aborsi diperbolehkan hanya jika nyawa wanita itu dalam bahaya.
"Kami memberi tahu negara dan presiden terpilih bahwa kami ada di sini. Bahwa kami akan waspada," kata Sharo Rosales dari gerakan Women in Action mengatakan kepada media lokal.
Chaves mengambil alih kekuasaan ketika ekonomi negara yang sedang menurun, dengan meningkatnya utang luar negeri sekitar 70 persen dari PDB, tingkat kemiskinan 23 persen, pengangguran hampir 14 persen, dan korupsi sektor publik.
Dia bersumpah untuk memperbaiki negara. "Kami tidak hanya akan membersihkan rumah. Kami akan membangunnya kembali!" katanya
Pariwisata, salah satu penggerak ekonomi utama negara itu, terpukul keras oleh pandemi virus corona, dan negara berpenduduk 5,2 juta orang itu mengalami peningkatan pengangguran.
"Jika kelas politik gagal sekali lagi, negara kita bisa berantakan," kata Chaves.
Dia sebelumnya telah berjanji untuk meningkatkan persyaratan kesepakatan yang dicapai Costa Rica dengan IMF untuk pinjaman lebih dari USD1,7 miliar.
Ekonom, yang menjabat enam bulan sebagai menteri keuangan dalam pemerintahan yang lengser, memenangkan pemilu putaran kedua atas mantan presiden Jose Maria Figueres—yang tersandung skandal korupsi.
Raja Spanyol Felipe VI menghadiri upacara di Kongres di San Jose, bersama dengan kepala negara atau pemerintahan lainnya dan delegasi dari hampir 100 negara.
Lihat Juga: Australia Ungkap Jaringan Aplikasi Ghost yang Digunakan Kelompok Kriminal di Seluruh Dunia
Selain agenda pemberantasan pelecehan seksual, Presiden Chaves juga berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi negaranya.
Ketika organisasi feminis memprotes di dekatnya, ekonom sayap kanan itu mengatakan komitmen politik pertama dari masa jabatan empat tahunnya adalah untuk memberantas diskriminasi dan pelecehan gender.
"Kami tidak akan mentoleransi pelecehan yang mereka (perempuan) derita setiap hari dan di semua bidang masyarakat," katanya kepada Kongres setelah dilantik untuk memimpin salah satu negara demokrasi paling stabil di Amerika Latin.
"Tidak mungkin perempuan kita takut berjalan sendirian di jalan, merasa takut di rumah mereka sendiri, di tempat kerja, di taman, di konser," ujarnya, seperti dikutip AFP, Senin (9/5/2022).
Chaves (60) diselidiki atas pengaduan pelecehan seksual yang diajukan oleh dua perempuan saat dia menjadi pejabat senior di Bank Dunia, tempat dia bekerja selama 30 tahun.
Dia diturunkan pangkatnya karena tuduhan tersebut, dan kemudian mengundurkan diri.
Bulan lalu, Chaves menawarkan permintaan maaf yang tulus kepada dua penuduh, bawahan mudanya, setelah sebelumnya mengatakan bahwa dugaan pelecehan itu hanyalah lelucon yang disalahartikan karena perbedaan budaya.
Lusinan wanita hari Minggu memprotes di dekat kursi Kongres menentang kekerasan gender dan upah yang tidak setara di negara di mana aborsi diperbolehkan hanya jika nyawa wanita itu dalam bahaya.
"Kami memberi tahu negara dan presiden terpilih bahwa kami ada di sini. Bahwa kami akan waspada," kata Sharo Rosales dari gerakan Women in Action mengatakan kepada media lokal.
Chaves mengambil alih kekuasaan ketika ekonomi negara yang sedang menurun, dengan meningkatnya utang luar negeri sekitar 70 persen dari PDB, tingkat kemiskinan 23 persen, pengangguran hampir 14 persen, dan korupsi sektor publik.
Dia bersumpah untuk memperbaiki negara. "Kami tidak hanya akan membersihkan rumah. Kami akan membangunnya kembali!" katanya
Pariwisata, salah satu penggerak ekonomi utama negara itu, terpukul keras oleh pandemi virus corona, dan negara berpenduduk 5,2 juta orang itu mengalami peningkatan pengangguran.
"Jika kelas politik gagal sekali lagi, negara kita bisa berantakan," kata Chaves.
Dia sebelumnya telah berjanji untuk meningkatkan persyaratan kesepakatan yang dicapai Costa Rica dengan IMF untuk pinjaman lebih dari USD1,7 miliar.
Ekonom, yang menjabat enam bulan sebagai menteri keuangan dalam pemerintahan yang lengser, memenangkan pemilu putaran kedua atas mantan presiden Jose Maria Figueres—yang tersandung skandal korupsi.
Raja Spanyol Felipe VI menghadiri upacara di Kongres di San Jose, bersama dengan kepala negara atau pemerintahan lainnya dan delegasi dari hampir 100 negara.
Lihat Juga: Australia Ungkap Jaringan Aplikasi Ghost yang Digunakan Kelompok Kriminal di Seluruh Dunia
(min)
tulis komentar anda