Gawat! Prajurit Perempuan AS Dipaksa Komandan Lepas Jilbab
Rabu, 27 April 2022 - 21:12 WIB
NEW YORK - Nasib buruk menimpa seorang prajurit perempuan Angkatan Darat Amerika Serikat (AS). Dalam sebuah kesempatan, dia dipermalukan komandannya. Tidak hanya diintimidasi yang mengarah pada kekerasan fisik, sang prajurit muslimah itu juga dipaksa melepas jilbabnya di hadapan banyak orang.
Perlakuan mengerikan itu diterima Sersan Cecilia Valdovinos, prajurit Batalyon Dukungan Brigade ke-704 Angkatan Darat AS (US Army). Valdovinos merupakan mualaf pada 2016 silam. Dia mendapatkan izin dari komandan brigade Kolonel David Zinn pada Juni 2018 untuk mengenakan jilbab selama bertugas di militer.
Intimidasi dan pemaksaan melepas jilbab itu terjadi pada 2019 silam ketika dirinya berada di sebuah kapel di Fort Carson, Colorado untuk pengarahan pencegahan bunuh diri. Saat itu, mendadak datang komandannya, Sersan Mayor Kerstin Montoya.
Menurut laporan The Army Times, Montoya tiba-tiba mencengkeram lengan Valdovinos dan menarik keluar dari ruangan. Yang membuat syok, sang komandan memaksanya melepaskan jilbab di hadapan orang lain.
“Bagi saya, itu sama saja dengan meminta seseorang untuk meninggalkan atasan mereka,” kata Valdovinos, dikutip dari The New York Post, Rabu (27/4/2022).
Montoya beralibi tindakannya sesuai prosedur. Dia mengklaim rambut Valdovinos tak sesuai standar US Army ketika mengenakan jilbab. Valdovinos terpaksa menuruti perintah itu untuk menghindari konsekuensi "melawan perintah atasan".
Namun diskriminasi itu tak dapat diterima. Dia lantas membuat pengajuan ke Military Equal Opportunity (MEO). Namun apa yang terjadi. Dia justru mendapatkan sanksi. Pangkat Valdovinos diturunkan menjadi spesialis (Spc) atau setara kopral tanpa alasan detail.
Pendiri dan Presiden Yayasan Kebebasan Beragama Militer (MRFF) yang membantu Cecilia Valdovinos dalam kasusnya, Mikey Weinstein, menyindir Montoya punya penglihatan tembus pandang karena bisa melihat rambut seseorang di balik jilbab.
Perlakuan mengerikan itu diterima Sersan Cecilia Valdovinos, prajurit Batalyon Dukungan Brigade ke-704 Angkatan Darat AS (US Army). Valdovinos merupakan mualaf pada 2016 silam. Dia mendapatkan izin dari komandan brigade Kolonel David Zinn pada Juni 2018 untuk mengenakan jilbab selama bertugas di militer.
Intimidasi dan pemaksaan melepas jilbab itu terjadi pada 2019 silam ketika dirinya berada di sebuah kapel di Fort Carson, Colorado untuk pengarahan pencegahan bunuh diri. Saat itu, mendadak datang komandannya, Sersan Mayor Kerstin Montoya.
Menurut laporan The Army Times, Montoya tiba-tiba mencengkeram lengan Valdovinos dan menarik keluar dari ruangan. Yang membuat syok, sang komandan memaksanya melepaskan jilbab di hadapan orang lain.
“Bagi saya, itu sama saja dengan meminta seseorang untuk meninggalkan atasan mereka,” kata Valdovinos, dikutip dari The New York Post, Rabu (27/4/2022).
Montoya beralibi tindakannya sesuai prosedur. Dia mengklaim rambut Valdovinos tak sesuai standar US Army ketika mengenakan jilbab. Valdovinos terpaksa menuruti perintah itu untuk menghindari konsekuensi "melawan perintah atasan".
Namun diskriminasi itu tak dapat diterima. Dia lantas membuat pengajuan ke Military Equal Opportunity (MEO). Namun apa yang terjadi. Dia justru mendapatkan sanksi. Pangkat Valdovinos diturunkan menjadi spesialis (Spc) atau setara kopral tanpa alasan detail.
Pendiri dan Presiden Yayasan Kebebasan Beragama Militer (MRFF) yang membantu Cecilia Valdovinos dalam kasusnya, Mikey Weinstein, menyindir Montoya punya penglihatan tembus pandang karena bisa melihat rambut seseorang di balik jilbab.
Lihat Juga :
tulis komentar anda