Pasukan Ukraina di Mariupol Tolak Menyerah, tapi Minta Jaminan Keamanan

Kamis, 21 April 2022 - 15:05 WIB
Mariupol, kota pelabuhan di Ukraina, di ambang diambil alih total oleh pasukan Rusia. Foto/REUTERS
MARIUPOL - Pasukan Ukraina pembela terakhir kota Mariupol yang hancur menolak untuk menyerah pada militer Rusia. Namun, mereka meminta jaminan dari para pemimpin dunia.

Mariupol telah dikepung sejak invasi dimulai 24 Februari telah di ambang diambil alih total kendalinya oleh pasukan Rusia.

Kota pelabuhan Ukraina itu dilanda penembakan yang nyaris tanpa henti, yang memaksa sebagian besar dari 450.000 penduduknya mengungsi.



Kemarin, Moskow mengeluarkan seruan lain agar para pembela kota itu menyerah.



Tetapi ultimatum itu berlalu dan pasukan Ukraina tetap menolak menyerah, bersembunyi di pabrik baja Azovstal yang luas.

Menurut seorang penasihat wali kota setempat, pabrik itu juga tempat perlindungan bagi sekitar 2.000 warga sipil. Namun, jumlah pasti orang yang berlindung di sana belum bisa diverifikasi.

Seorang komandan Ukraina di pabrik itu mengeluarkan permohonan bantuan yang putus asa kemarin, menuduh Rusia gagal memenuhi janji untuk mengizinkan warga sipil keluar kota dengan aman.

"Saya ingin menyerukan kepada semua [pemimpin] dunia beradab untuk bergabung dengan jaminan keamanan," kata wakil komandan Resimen Azov sayap kanan, Kapten Sviatoslav Palamar, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Kamis (21/4/2022).

"Warga sipil di dalam pabrik itu takut karena penembakan terus-menerus," ujarnya.

“Kami memohon agar kami dapat mengumpulkan mayat-mayat, sehingga warga sipil dapat dengan tenang keluar dari Azovstal.”

Tetapi koridor kemanusiaan diduga telah dibuka kembali, di mana pihak berwenang Ukraina melaporkan hari ini bahwa empat bus telah meninggalkan Mariupol.

"Empat bus evakuasi berhasil meninggalkan kota kemarin melalui koridor kemanusiaan," kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk dalam sebuah pernyataan di media sosial.

Dia menambahkan bahwa evakuasi wanita, anak-anak dan orang tua akan dilanjutkan hari ini.

Mariupol telah menjadi simbol perlawanan sengit Ukraina yang tak terduga sejak pasukan Rusia menginvasi negara pecahan Soviet itu pada 24 Februari.

Merebut Mariupol akan memberi Rusia jembatan darat antara semenanjung Crimea—wilayah yang melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia pada 2014—, dan dua wilayah yang dikuasai separatis pro-Moskow di timur Ukraina.

Saat pertempuran berkecamuk di timur dan selatan Ukraina, pemimpin Dewan Eropa Charles Michel mengunjungi Kiev dan berjanji bahwa Uni Eropa akan melakukan segala yang mungkin untuk membantu negara itu memenangkan perang.

"Anda tidak sendiri. Kami bersama Anda,” kata Michel saat konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Zelensky mengatakan negaranya masih tidak memiliki cukup senjata untuk melawan invasi Rusia, meskipun banyak bantuan militer dari sekutu Barat sudah mengalir ke Kiev.

Menjelang kedatangan Michel, Pentagon mengatakan Ukraina telah menerima pesawat-pesawat tempur untuk meningkatkan angkatan udaranya—tetapi kemudian mengoreksi pernyataan itu, dengan mengatakan hanya suku cadang pesawat yang telah dikirimkan.

Washington telah berulang kali bersumpah untuk melakukan apa saja untuk membantu Kiev tanpa memicu konflik langsung dengan Rusia yang bersenjata nuklir.

Kemarin, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia "kagum" dengan perlawanan Ukraina.

“Mereka lebih tangguh dan lebih bangga dari yang saya kira,” katanya."Senjata dan amunisi Barat mengalir setiap hari," ujarnya.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More