China Ungkap Asal Masalah Ukraina, Beri Resep Stabilitas Langgeng
Jum'at, 08 April 2022 - 17:42 WIB
BEIJING - China mengatakan pada Kamis (7/4/2022) bahwa garis patahan keamanan Eropa telah menyebabkan konflik Rusia-Ukraina saat ini.
Moskow bersikeras salah satu tujuan dari kampanye militer yang sedang berlangsung melawan Kiev adalah membuat Ukraina menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengungkapkan pandangan negaranya tentang masalah ini selama panggilan telepon dengan Emmanuel Bonne, penasihat diplomatik Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Masalah Ukraina berasal dari ketidakseimbangan keamanan Eropa,” ungkap Wang, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China.
“Arsitektur keamanan Eropa yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan harus dibangun kembali berdasarkan prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi. Hanya dengan melakukan itu Eropa benar-benar dapat mencapai perdamaian dan stabilitas yang langgeng,” papar dia.
Wang menambahkan, “Semua pihak harus bekerja untuk menciptakan lingkungan dan kondisi yang diperlukan untuk memajukan pembicaraan damai, alih-alih mengipasi api."
“Seseorang seharusnya tidak menyerukan untuk mencapai gencatan senjata dan menghentikan konflik sambil mengirimkan sejumlah besar senjata dan peralatan canggih untuk lebih meningkatkan pertempuran,” ujar dia, dilansir RT.com.
Negara-negara anggota NATO semakin semangat mempersenjatai Kiev dengan senjata, termasuk sistem rudal anti-tank dan pertahanan udara.
Moskow mengatakan bahwa membanjiri Ukraina dengan senjata justru merusak proses perdamaian yang sedang diupayakan.
Beijing menolak mengutuk kampanye militer Rusia di Ukraina dan, tidak seperti banyak negara, tidak menjatuhkan sanksi pada Moskow.
China bersikeras bahwa tindakan penerapan sanksi mengganggu perdagangan global dan tidak berkontribusi pada penyelesaian konflik.
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman memperingatkan China pada Rabu tentang "tanggapan dari komunitas internasional" jika Beijing mendukung Rusia "dalam bentuk materi apa pun."
Moskow menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia pada republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev mengatakan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Moskow bersikeras salah satu tujuan dari kampanye militer yang sedang berlangsung melawan Kiev adalah membuat Ukraina menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengungkapkan pandangan negaranya tentang masalah ini selama panggilan telepon dengan Emmanuel Bonne, penasihat diplomatik Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Masalah Ukraina berasal dari ketidakseimbangan keamanan Eropa,” ungkap Wang, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China.
“Arsitektur keamanan Eropa yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan harus dibangun kembali berdasarkan prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi. Hanya dengan melakukan itu Eropa benar-benar dapat mencapai perdamaian dan stabilitas yang langgeng,” papar dia.
Wang menambahkan, “Semua pihak harus bekerja untuk menciptakan lingkungan dan kondisi yang diperlukan untuk memajukan pembicaraan damai, alih-alih mengipasi api."
“Seseorang seharusnya tidak menyerukan untuk mencapai gencatan senjata dan menghentikan konflik sambil mengirimkan sejumlah besar senjata dan peralatan canggih untuk lebih meningkatkan pertempuran,” ujar dia, dilansir RT.com.
Negara-negara anggota NATO semakin semangat mempersenjatai Kiev dengan senjata, termasuk sistem rudal anti-tank dan pertahanan udara.
Moskow mengatakan bahwa membanjiri Ukraina dengan senjata justru merusak proses perdamaian yang sedang diupayakan.
Beijing menolak mengutuk kampanye militer Rusia di Ukraina dan, tidak seperti banyak negara, tidak menjatuhkan sanksi pada Moskow.
China bersikeras bahwa tindakan penerapan sanksi mengganggu perdagangan global dan tidak berkontribusi pada penyelesaian konflik.
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman memperingatkan China pada Rabu tentang "tanggapan dari komunitas internasional" jika Beijing mendukung Rusia "dalam bentuk materi apa pun."
Moskow menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Rusia pada republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev mengatakan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)
tulis komentar anda