NATO Sepakat Lawan Rudal Berkemampuan Nuklir Rusia yang Kian Canggih
Kamis, 18 Juni 2020 - 12:07 WIB
BRUSSELS - Para Menteri Pertahanan (Menhan) NATO menyepakati tiga langkah yang ditujukan untuk melawan rudal-rudal Rusia berkemampuan nuklir yang terus bertambah dan semakin canggih.
Kesepakatan para Menhan negara-negara Pakta Pertahanan Ataltik Utara itu tercapai pada Rabu (17/6/2020), hari pertama pertemuan dua hari. Pertemuan berlangsung melalui teleconference yang aman karena pandemi virus corona baru (Covid-19).
"Paket seimbang elemen politik dan militer termasuk upaya untuk memperkuat pertahanan udara dan rudal aliansi yang terintegrasi serta kemampuan canggihnya, dan mengadaptasi intelijen dan latihan NATO," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg merinci kesepakatan tersebut.
"Sejumlah sekutu telah mengumumkan mereka memperoleh sistem pertahanan udara dan rudal baru, termasuk baterai Patriot dan baterai (Surface to Air Missile Platform/Terrain), dan sekutu juga berinvestasi dalam platform baru seperti pesawat tempur generasi kelima," lanjut Stoltenberg, seperti dikutip dari Air Force Magazine, Kamis (18/6/2020). (Baca: Putin: Ungguli AS, Rusia Mampu Tangkal Senjata Hipersonik Musuh )
Pengumuman kesepakatan NATO itu sebagai respons atas keputusan Rusia tahun lalu yang ingin mengerahkan rudal SSC-8. Stoltenberg mengatakan, rudal seluler berkemampuan ganda itu sulit dideteksi dan dapat mencapai kota-kota Eropa dengan waktu peringatan yang sedikit.
"Mereka juga menurunkan ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir," ujarnya, yang mencatat penempatan rudal SSC-8 menyebabkan berakhirnya Perjanjian INF.
Selain itu, kata Stolteberg, kendaraan luncur hipersonik Rusia kini beroperasi, dan negara tersebut memodernisasi rudal balistik antarbenua. Tak hanya itu, Moskow juga telah menguji sistem rudal balistik yang diluncurkan dari udara, dan sedang mengembangkan rudal jelajah berkekuatan nuklir.
"Kami juga telah melihat pola retorika nuklir Rusia selama bertahun-tahun, yang bertujuan mengintimidasi dan mengancam sekutu NATO," kata Stoltenberg. "Perilaku Rusia sangat tidak stabil dan berbahaya."
Komentar itu muncul sehari setelah dua pesawat jet tempur siluman F-22 Raptor Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) atau USAF yang didukung oleh pesawat tanker KC-135 dan pesawat E-3 AWACS, mencegat dua formasi pesawat pembom berkemampuan nuklir milik Rusia di lepas pantai Alaska.
Kurang dari seminggu sebelumnya, jet-jet tempur Raptor AS juga mencegat dua formasi pesawat pembom Rusia yang terbang di lepas pantai Alaska. Sedangkan pesawat tempur Rusia mencegat pesawat pembom B-52H AS yang beroperasi di wilayah udara internasional di atas Laut Baltik pada 15 Juni. (Baca juga: Trump: AS Akan Kalahkan Rusia dan China dengan Rudal Super Duper )
Kelompok Perencanaan Nuklir NATO juga bertemu dan memutuskan tidak akan mengerahkan rudal nuklir berbasis darat baru di Eropa, meskipun akan mempertahankan sikap pencegahan dan postur pertahanan aliansi.
“Pengaturan berbagi nuklir NATO telah melayani kami dengan baik selama beberapa dekade. Mengizinkan kami membentuk landasan bersama dalam masalah nuklir," kata Stoltenberg. "Penangkal nuklir NATO di Eropa tetap penting untuk perdamaian dan kebebasan di Eropa."
Para Menhan NATO turut menyerukan China sebagai kekuatan yang tumbuh untuk untuk berpartisipasi dalam perjanjian kontrol senjata global. Sejauh ini, Beijing menolak terikat dalam perjanian semacam itu.
Kesepakatan para Menhan negara-negara Pakta Pertahanan Ataltik Utara itu tercapai pada Rabu (17/6/2020), hari pertama pertemuan dua hari. Pertemuan berlangsung melalui teleconference yang aman karena pandemi virus corona baru (Covid-19).
"Paket seimbang elemen politik dan militer termasuk upaya untuk memperkuat pertahanan udara dan rudal aliansi yang terintegrasi serta kemampuan canggihnya, dan mengadaptasi intelijen dan latihan NATO," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg merinci kesepakatan tersebut.
"Sejumlah sekutu telah mengumumkan mereka memperoleh sistem pertahanan udara dan rudal baru, termasuk baterai Patriot dan baterai (Surface to Air Missile Platform/Terrain), dan sekutu juga berinvestasi dalam platform baru seperti pesawat tempur generasi kelima," lanjut Stoltenberg, seperti dikutip dari Air Force Magazine, Kamis (18/6/2020). (Baca: Putin: Ungguli AS, Rusia Mampu Tangkal Senjata Hipersonik Musuh )
Pengumuman kesepakatan NATO itu sebagai respons atas keputusan Rusia tahun lalu yang ingin mengerahkan rudal SSC-8. Stoltenberg mengatakan, rudal seluler berkemampuan ganda itu sulit dideteksi dan dapat mencapai kota-kota Eropa dengan waktu peringatan yang sedikit.
"Mereka juga menurunkan ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir," ujarnya, yang mencatat penempatan rudal SSC-8 menyebabkan berakhirnya Perjanjian INF.
Selain itu, kata Stolteberg, kendaraan luncur hipersonik Rusia kini beroperasi, dan negara tersebut memodernisasi rudal balistik antarbenua. Tak hanya itu, Moskow juga telah menguji sistem rudal balistik yang diluncurkan dari udara, dan sedang mengembangkan rudal jelajah berkekuatan nuklir.
"Kami juga telah melihat pola retorika nuklir Rusia selama bertahun-tahun, yang bertujuan mengintimidasi dan mengancam sekutu NATO," kata Stoltenberg. "Perilaku Rusia sangat tidak stabil dan berbahaya."
Komentar itu muncul sehari setelah dua pesawat jet tempur siluman F-22 Raptor Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) atau USAF yang didukung oleh pesawat tanker KC-135 dan pesawat E-3 AWACS, mencegat dua formasi pesawat pembom berkemampuan nuklir milik Rusia di lepas pantai Alaska.
Kurang dari seminggu sebelumnya, jet-jet tempur Raptor AS juga mencegat dua formasi pesawat pembom Rusia yang terbang di lepas pantai Alaska. Sedangkan pesawat tempur Rusia mencegat pesawat pembom B-52H AS yang beroperasi di wilayah udara internasional di atas Laut Baltik pada 15 Juni. (Baca juga: Trump: AS Akan Kalahkan Rusia dan China dengan Rudal Super Duper )
Kelompok Perencanaan Nuklir NATO juga bertemu dan memutuskan tidak akan mengerahkan rudal nuklir berbasis darat baru di Eropa, meskipun akan mempertahankan sikap pencegahan dan postur pertahanan aliansi.
“Pengaturan berbagi nuklir NATO telah melayani kami dengan baik selama beberapa dekade. Mengizinkan kami membentuk landasan bersama dalam masalah nuklir," kata Stoltenberg. "Penangkal nuklir NATO di Eropa tetap penting untuk perdamaian dan kebebasan di Eropa."
Para Menhan NATO turut menyerukan China sebagai kekuatan yang tumbuh untuk untuk berpartisipasi dalam perjanjian kontrol senjata global. Sejauh ini, Beijing menolak terikat dalam perjanian semacam itu.
(min)
tulis komentar anda