Jurnalis TV Georgia Hendak Dihabisi karena Menghina Putin
Kamis, 18 Juni 2020 - 11:21 WIB
Juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov, menyebut tuduhan rencana pembunuhan itu tidak masuk akal. Sedangkan Kadyrov membantah klaim bahwa dirinya yang memerintahkan pembunuhan tersebut.
"Percayalah, jika seseorang bertindak atas perintah saya, dia akan menyelesaikannya, dan jika sebuah misi harus diselesaikan dengan tenang, tidak ada yang tidak akan mempelajarinya," katanya dalam sebuah posting di saluran Telegram.
Dia mengatakan bahwa jurnalis itu harus berlutut dan meminta maaf."Atau, saya ulangi bahwa dia akan tetap menjadi musuh saya," ujarnya.
Rusia dan Georgia telah lama berselisih tentang upaya Tbilisi untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Uni Eropa dan NATO. NATO pernah melancarkan perang singkat namun berdarah pada Agustus 2008 di wilayah separatis Georgia pro-Moskow di Ossetia Selatan dan Abkhazia. Di dua wilayah itulah pasukan Rusia dituduh menduduki petak-petak wilayah Georgia dan membom sasaran militer dan sipil. Rusia menarik diri dari Georgia setelah gencatan senjata yang dimediasi Uni Eropa.
Setelah perang, Moskow mengakui kedua wilayah separatis sebagai negara merdeka dan menempatkan pangkalan militer permanen di sana. Sedangkan Georgia bereaksi dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia. (Simak juga video: Unair Surabaya, BIN, dan BNPB Klaim Temukan Vaksin Covid-19 )
"Percayalah, jika seseorang bertindak atas perintah saya, dia akan menyelesaikannya, dan jika sebuah misi harus diselesaikan dengan tenang, tidak ada yang tidak akan mempelajarinya," katanya dalam sebuah posting di saluran Telegram.
Dia mengatakan bahwa jurnalis itu harus berlutut dan meminta maaf."Atau, saya ulangi bahwa dia akan tetap menjadi musuh saya," ujarnya.
Rusia dan Georgia telah lama berselisih tentang upaya Tbilisi untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Uni Eropa dan NATO. NATO pernah melancarkan perang singkat namun berdarah pada Agustus 2008 di wilayah separatis Georgia pro-Moskow di Ossetia Selatan dan Abkhazia. Di dua wilayah itulah pasukan Rusia dituduh menduduki petak-petak wilayah Georgia dan membom sasaran militer dan sipil. Rusia menarik diri dari Georgia setelah gencatan senjata yang dimediasi Uni Eropa.
Setelah perang, Moskow mengakui kedua wilayah separatis sebagai negara merdeka dan menempatkan pangkalan militer permanen di sana. Sedangkan Georgia bereaksi dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia. (Simak juga video: Unair Surabaya, BIN, dan BNPB Klaim Temukan Vaksin Covid-19 )
(min)
tulis komentar anda