Menlu Rusia Minta Para Pemimpin Barat Periksa Hati Nurani
Selasa, 05 April 2022 - 05:25 WIB
MOSKOW - Para pemimpin Barat harus memeriksa hati nurani mereka sendiri sebelum menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kejahatan perang. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia , Sergei Lavrov, Senin (4/4/2022).
Ditanya pada konferensi pers tentang komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Lavrov mengatakan, Barat harus terlebih dahulu mempertimbangkan tindakannya sendiri di Irak dan Libya. "Tidak semuanya baik-baik saja dengan hati nurani politisi Amerika," kata Lavrov, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Lavrov, Moskow akan mengadakan konferensi pers di kemudian hari untuk menunjukkan bahwa tuduhan Barat yang menuding tentara Rusia membunuh warga sipil di Ukraina utara adalah salah.
Lavrov mengatakan misi Rusia untuk PBB akan mengadakan konferensi pers di New York dengan "materi paling rinci untuk menunjukkan sifat sebenarnya dari insiden di Bucha."
Sebelumnya, Biden kembali menuduh Putin melakukan kejahatan perang dan menyerukan pengadilan. Tuduhan Biden ini menambah kecaman global atas pembunuhan warga sipil di kota Bucha di Ukraina ketika lebih banyak gambar grafis dari kematian mereka muncul di media.
"Anda melihat apa yang terjadi di Bucha," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih. "Ini menjamin dia adalah penjahat perang," lanjut Biden, seperti dikutip dari Reuters.
Penemuan kuburan massal dan mayat terikat ditembak dari jarak dekat di Bucha, di luar Kiev, sebuah kota yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina dari pasukan Rusia, tampaknya akan memicu AS dan Eropa untuk menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Moskow.
"Kami harus mengumpulkan informasi. Kami harus terus menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk melanjutkan pertempuran. Dan, kami harus mendapatkan semua detailnya, sehingga ini bisa menjadi kenyataan, mengadakan pengadilan kejahatan perang," papar Biden.
Kremlin dengan tegas membantah tuduhan terkait pembunuhan warga sipil Ukraina, termasuk di Bucha, di mana dikatakan kuburan dan mayat telah direkayasa oleh Ukraina untuk menodai Rusia.
Ditanya pada konferensi pers tentang komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Lavrov mengatakan, Barat harus terlebih dahulu mempertimbangkan tindakannya sendiri di Irak dan Libya. "Tidak semuanya baik-baik saja dengan hati nurani politisi Amerika," kata Lavrov, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Lavrov, Moskow akan mengadakan konferensi pers di kemudian hari untuk menunjukkan bahwa tuduhan Barat yang menuding tentara Rusia membunuh warga sipil di Ukraina utara adalah salah.
Lavrov mengatakan misi Rusia untuk PBB akan mengadakan konferensi pers di New York dengan "materi paling rinci untuk menunjukkan sifat sebenarnya dari insiden di Bucha."
Sebelumnya, Biden kembali menuduh Putin melakukan kejahatan perang dan menyerukan pengadilan. Tuduhan Biden ini menambah kecaman global atas pembunuhan warga sipil di kota Bucha di Ukraina ketika lebih banyak gambar grafis dari kematian mereka muncul di media.
"Anda melihat apa yang terjadi di Bucha," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih. "Ini menjamin dia adalah penjahat perang," lanjut Biden, seperti dikutip dari Reuters.
Penemuan kuburan massal dan mayat terikat ditembak dari jarak dekat di Bucha, di luar Kiev, sebuah kota yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina dari pasukan Rusia, tampaknya akan memicu AS dan Eropa untuk menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Moskow.
"Kami harus mengumpulkan informasi. Kami harus terus menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk melanjutkan pertempuran. Dan, kami harus mendapatkan semua detailnya, sehingga ini bisa menjadi kenyataan, mengadakan pengadilan kejahatan perang," papar Biden.
Kremlin dengan tegas membantah tuduhan terkait pembunuhan warga sipil Ukraina, termasuk di Bucha, di mana dikatakan kuburan dan mayat telah direkayasa oleh Ukraina untuk menodai Rusia.
(esn)
tulis komentar anda