Dewan Eropa: NATO Masuk Konflik Ukraina Berarti Perang Dunia III
Senin, 14 Maret 2022 - 19:38 WIB
Presiden Komisi Eropa juga mengatakan dia telah “secara teratur” berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi, dan “sejarah hubungan kami” membantu kedua pemimpin memahami sudut pandang satu sama lain, bahkan jika mereka “tidak berbagi”.
Michel percaya, bagaimanapun, bahwa itu bukan kata-kata, tetapi "perubahan dalam keseimbangan kekuatan" yang dapat berkontribusi pada kemajuan dalam negosiasi di masa depan.
Dia menambahkan Eropa tidak boleh meninggalkan peran mediator dalam konflik dan “mengalihdayakan” peran tersebut ke kekuatan luar, baik itu Amerika Serikat (AS) atau China.
Ketika ditanya apakah Rusia harus menghadapi “keadilan internasional” atas apa yang disebut Kiev dan negara-negara Barat sebagai invasi ke Ukraina, Michel mengatakan tidak ada hukum tanpa keadilan internasional.
Namun dia mengatakan “terserah organisasi internasional untuk mengatakan” apakah Moskow harus memberi jawaban untuk apa pun.
Michel juga mengatakan UE berusaha mendukung (Ukraina) sebanyak mungkin tanpa memperparah konflik. Dia menambahkan bahwa Eropa telah "melanggar" tabunya sendiri dengan memberi Ukraina bantuan militer USD1 miliar.
Namun, Eropa tidak dapat memberikan Kiev semua yang diinginkannya, katanya, terutama ketika Ukraina bergabung dengan UE.
“Perluasan (anggota UE) adalah masalah sensitif, di mana tidak semua negara Eropa memiliki pendapat yang sama,” uajr dia, seraya menambahkan bahwa kepentingan negara lain yang telah memasuki jalur keanggotaan, seperti Serbia, Albania, dan Montenegro, harus dipertimbangkan juga.
Michel mencatat bahwa perjanjian asosiasi yang ditandatangani Ukraina dan Uni Eropa pada 2014 “memiliki potensi besar yang diremehkan.”
Komentarnya muncul di tengah aksi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan pengakuan Rusia atas kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Michel percaya, bagaimanapun, bahwa itu bukan kata-kata, tetapi "perubahan dalam keseimbangan kekuatan" yang dapat berkontribusi pada kemajuan dalam negosiasi di masa depan.
Dia menambahkan Eropa tidak boleh meninggalkan peran mediator dalam konflik dan “mengalihdayakan” peran tersebut ke kekuatan luar, baik itu Amerika Serikat (AS) atau China.
Ketika ditanya apakah Rusia harus menghadapi “keadilan internasional” atas apa yang disebut Kiev dan negara-negara Barat sebagai invasi ke Ukraina, Michel mengatakan tidak ada hukum tanpa keadilan internasional.
Namun dia mengatakan “terserah organisasi internasional untuk mengatakan” apakah Moskow harus memberi jawaban untuk apa pun.
Michel juga mengatakan UE berusaha mendukung (Ukraina) sebanyak mungkin tanpa memperparah konflik. Dia menambahkan bahwa Eropa telah "melanggar" tabunya sendiri dengan memberi Ukraina bantuan militer USD1 miliar.
Namun, Eropa tidak dapat memberikan Kiev semua yang diinginkannya, katanya, terutama ketika Ukraina bergabung dengan UE.
“Perluasan (anggota UE) adalah masalah sensitif, di mana tidak semua negara Eropa memiliki pendapat yang sama,” uajr dia, seraya menambahkan bahwa kepentingan negara lain yang telah memasuki jalur keanggotaan, seperti Serbia, Albania, dan Montenegro, harus dipertimbangkan juga.
Michel mencatat bahwa perjanjian asosiasi yang ditandatangani Ukraina dan Uni Eropa pada 2014 “memiliki potensi besar yang diremehkan.”
Komentarnya muncul di tengah aksi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan pengakuan Rusia atas kemerdekaan republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Lihat Juga :
tulis komentar anda