Apa itu Senjata Kimia dan Dapatkah Rusia Menggunakannya?
Sabtu, 12 Maret 2022 - 08:28 WIB
JAKARTA - Rusia mengadakan pertemuan darurat khusus Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat untuk membahas klaimnya bahwa Ukraina berencana mengembangkan senjata biologis . Tudingan ini telah ditolak oleh Ukraina dan Amerika Serikat (AS) dan menyebutnya sebagai operasi "false flag" - klaim yang dimaksudkan untuk membenarkan kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh Rusia terhadap kota-kota di Ukraina.
Ukraina memang memiliki laboratorium, secara sah, di mana pemerintah mengatakan para ilmuwan telah bekerja untuk melindungi penduduk dari penyakit seperti COVID-19. Mengingat Ukraina sekarang dalam keadaan perang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta Ukraina untuk menghancurkan semua patogen berbahaya di laboratoriumnya .
Jadi apa sebenarnya senjata kimia itu dan apa bedanya dengan senjata biologis?
Dikutip dari BBC, Sabtu (12/3/2022) senjata kimia adalah segala jenis amunisi yang memuat racun atau zat kimia yang menyerang sistem tubuh.
Ada berbagai kategori senjata kimia. Gas yang mampu membuat sesak nafas seperti fosgen menyerang paru-paru dan sistem pernapasan, menyebabkan korban tenggelam dalam sekresi paru-paru mereka. Ada zat yang membuat melepuh, seperti gas mustard, yang membakar kulit dan membutakan orang.
Dan kemudian ada kategori yang paling mematikan dari semuanya: gas saraf, yang mengganggu pesan otak ke otot-otot tubuh. Setetes kecil gas ini bisa berakibat fatal. Kurang dari 0,5 mg gas saraf VX, misalnya, sudah cukup untuk membunuh orang dewasa.
Semua yang disebut bahan kimia ini dapat digunakan dalam peperangan dengan peluru artileri, bom, dan misil. Tetapi semuanya dilarang keras oleh Konvensi Senjata Kimia tahun 1997, yang ditandatangani oleh sebagian besar negara, termasuk Rusia. Pengawas global untuk senjata kimia berada di Den Haag, Belanda, dan disebut OPCW - Organisasi Pelarangan Senjata Kimia - yang memantau penggunaan senjata ini secara tidak sah dan mencoba mencegah proliferasinya.
Senjata kimia ini telah digunakan dalam perang di masa lalu seperti dalam Perang Dunia Pertama, dalam perang Iran-Irak pada 1980-an dan baru-baru ini oleh pemerintah Suriah melawan pasukan pemberontak. Rusia mengatakan telah menghancurkan stok senjata kimia terakhirnya pada 2017 tetapi sejak itu setidaknya ada dua serangan kimia yang dituduhkan kepada Moskow.
Yang pertama adalah serangan Salisbury pada Maret 2018 ketika seorang mantan perwira dan pembelot KGB, Sergei Skripal, diracun bersama putrinya oleh gas saraf Novichok. Rusia membantah bertanggung jawab dan memberikan lebih dari 20 penjelasan berbeda tentang siapa yang bisa melakukannya.
Ukraina memang memiliki laboratorium, secara sah, di mana pemerintah mengatakan para ilmuwan telah bekerja untuk melindungi penduduk dari penyakit seperti COVID-19. Mengingat Ukraina sekarang dalam keadaan perang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta Ukraina untuk menghancurkan semua patogen berbahaya di laboratoriumnya .
Jadi apa sebenarnya senjata kimia itu dan apa bedanya dengan senjata biologis?
Dikutip dari BBC, Sabtu (12/3/2022) senjata kimia adalah segala jenis amunisi yang memuat racun atau zat kimia yang menyerang sistem tubuh.
Ada berbagai kategori senjata kimia. Gas yang mampu membuat sesak nafas seperti fosgen menyerang paru-paru dan sistem pernapasan, menyebabkan korban tenggelam dalam sekresi paru-paru mereka. Ada zat yang membuat melepuh, seperti gas mustard, yang membakar kulit dan membutakan orang.
Dan kemudian ada kategori yang paling mematikan dari semuanya: gas saraf, yang mengganggu pesan otak ke otot-otot tubuh. Setetes kecil gas ini bisa berakibat fatal. Kurang dari 0,5 mg gas saraf VX, misalnya, sudah cukup untuk membunuh orang dewasa.
Semua yang disebut bahan kimia ini dapat digunakan dalam peperangan dengan peluru artileri, bom, dan misil. Tetapi semuanya dilarang keras oleh Konvensi Senjata Kimia tahun 1997, yang ditandatangani oleh sebagian besar negara, termasuk Rusia. Pengawas global untuk senjata kimia berada di Den Haag, Belanda, dan disebut OPCW - Organisasi Pelarangan Senjata Kimia - yang memantau penggunaan senjata ini secara tidak sah dan mencoba mencegah proliferasinya.
Senjata kimia ini telah digunakan dalam perang di masa lalu seperti dalam Perang Dunia Pertama, dalam perang Iran-Irak pada 1980-an dan baru-baru ini oleh pemerintah Suriah melawan pasukan pemberontak. Rusia mengatakan telah menghancurkan stok senjata kimia terakhirnya pada 2017 tetapi sejak itu setidaknya ada dua serangan kimia yang dituduhkan kepada Moskow.
Yang pertama adalah serangan Salisbury pada Maret 2018 ketika seorang mantan perwira dan pembelot KGB, Sergei Skripal, diracun bersama putrinya oleh gas saraf Novichok. Rusia membantah bertanggung jawab dan memberikan lebih dari 20 penjelasan berbeda tentang siapa yang bisa melakukannya.
tulis komentar anda