Soal Biolab di Ukraina, WHO Buat Pengakuan Mengejutkan

Jum'at, 11 Maret 2022 - 14:18 WIB
loading...
Soal Biolab di Ukraina, WHO Buat Pengakuan Mengejutkan
Soal biolab di Ukraina, WHO membuat pengakuan mengejutkan. Foto/Ilustrasi
A A A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan Ukraina untuk menghancurkan patogen dengan tingkat ancaman tinggi yang ditempatkan di laboratorium kesehatan masyarakat negara itu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah "setiap potensi tumpahan" yang akan menyebarkan penyakit di antara penduduk.

Hal itu diungkapkan WHO dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Jumat (11/3/2022)

Pakar biosekuriti mengatakan pergerakan pasukan Rusia ke Ukraina dan pemboman kota-kotanya telah meningkatkan risiko lolosnya patogen penyebab penyakit, jika salah satu fasilitas itu rusak.



Seperti banyak negara lain, Ukraina memiliki laboratorium kesehatan masyarakat yang meneliti cara mengurangi ancaman penyakit berbahaya yang menyerang hewan dan manusia termasuk, yang terbaru, COVID-19 . Laboratoriumnya telah menerima dukungan dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan WHO.

Menanggapi pertanyaan dari Reuters tentang pekerjaannya dengan Ukraina sebelum dan selama invasi Rusia, WHO mengatakan dalam email bahwa mereka telah berkolaborasi dengan laboratorium kesehatan masyarakat Ukraina selama beberapa tahun untuk mempromosikan praktik keamanan yang membantu mencegah "pelepasan patogen yang tidak disengaja atau disengaja."

"Sebagai bagian dari pekerjaan ini, WHO telah sangat merekomendasikan kepada Kementerian Kesehatan di Ukraina dan badan-badan lain yang bertanggung jawab untuk menghancurkan patogen ancaman tinggi untuk mencegah potensi tumpahan," kata badan PBB itu seperti dilansir dari Channel News Asia.

WHO tidak mengatakan kapan telah membuat rekomendasi atau memberikan secara spesifik tentang jenis patogen atau racun yang disimpan di laboratorium Ukraina. Badan tersebut juga tidak menjawab pertanyaan tentang apakah rekomendasinya telah dikerjakan.



Pejabat Ukraina di Kiev dan di kedutaan mereka di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1116 seconds (0.1#10.140)