Mariupol Terkepung Tanpa Air dan Listrik, Bocah 6 Tahun Meninggal karena Dehidrasi
Rabu, 09 Maret 2022 - 11:41 WIB
MARIUPOL - Pihak berwenang Ukraina mengatakan pada Selasa (8/3/2022), seorang bocah perempuang berusia 6 tahun telah meninggal sendirian karena dehidrasi di reruntuhan rumahnya, di Mariupol. Sebelumnya, serangan Rusia menghancurkan rumah anak malang itu dan juga menewaskan ibunya.
"Kami tidak dapat mengatakan berapa lama warga Mariupol kami yang kecil dan kuat telah berjuang untuk hidupnya. Kami tidak dapat membayangkan berapa banyak penderitaan yang harus ditanggung oleh seorang anak yang tidak bersalah," kata Walikota Vadym Boichenko, seperti dikutip dari Reuters.
Dalam sebuah posting online, ia menyebutkan nama depan gadis itu: Tanya. "Pada menit-menit terakhir hidupnya, dia sendirian, kelelahan, ketakutan, sangat haus. Ini hanyalah salah satu dari banyak cerita dari Mariupol, yang telah diblokade selama delapan hari," urainya.
Pemboman berat Rusia selama seminggu terakhir telah memutus pasokan air, panas dan listrik di kota pelabuhan berpenduduk sekitar 400.000 orang dan mencegah layanan darurat mencapai banyak tempat yang telah diserang, kata dewan kota.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, tidak dapat diterima bahwa seorang anak bisa mati dengan cara seperti itu di abad ke-21. "Pada 2022, karena dehidrasi," katanya dalam pidato video. Ia menyamakan krisis kemanusiaan di beberapa kota Ukraina dengan kondisi yang diciptakan oleh invasi Nazi selama Perang Dunia II.
Pada Selasa pagi, kantor hak asasi manusia PBB telah mencatat setidaknya 406 warga sipil tewas di Ukraina sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, tetapi dikatakan angka sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Kematian anak itu tidak dapat segera dikonfirmasi secara independen oleh Reuters. Pejabat Rusia tidak segera tersedia untuk memberikan komentar pada hari libur umum.
Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" yang dirancang untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya. Ia membantah menargetkan warga sipil.
"Kami tidak dapat mengatakan berapa lama warga Mariupol kami yang kecil dan kuat telah berjuang untuk hidupnya. Kami tidak dapat membayangkan berapa banyak penderitaan yang harus ditanggung oleh seorang anak yang tidak bersalah," kata Walikota Vadym Boichenko, seperti dikutip dari Reuters.
Baca Juga
Dalam sebuah posting online, ia menyebutkan nama depan gadis itu: Tanya. "Pada menit-menit terakhir hidupnya, dia sendirian, kelelahan, ketakutan, sangat haus. Ini hanyalah salah satu dari banyak cerita dari Mariupol, yang telah diblokade selama delapan hari," urainya.
Pemboman berat Rusia selama seminggu terakhir telah memutus pasokan air, panas dan listrik di kota pelabuhan berpenduduk sekitar 400.000 orang dan mencegah layanan darurat mencapai banyak tempat yang telah diserang, kata dewan kota.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, tidak dapat diterima bahwa seorang anak bisa mati dengan cara seperti itu di abad ke-21. "Pada 2022, karena dehidrasi," katanya dalam pidato video. Ia menyamakan krisis kemanusiaan di beberapa kota Ukraina dengan kondisi yang diciptakan oleh invasi Nazi selama Perang Dunia II.
Pada Selasa pagi, kantor hak asasi manusia PBB telah mencatat setidaknya 406 warga sipil tewas di Ukraina sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, tetapi dikatakan angka sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Kematian anak itu tidak dapat segera dikonfirmasi secara independen oleh Reuters. Pejabat Rusia tidak segera tersedia untuk memberikan komentar pada hari libur umum.
Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" yang dirancang untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya. Ia membantah menargetkan warga sipil.
(esn)
tulis komentar anda