Peringatan Keras Rusia: Perang Dunia Ketiga Pakai Nuklir dan Jadi Bencana
Kamis, 03 Maret 2022 - 00:01 WIB
"Kami siap untuk putaran kedua negosiasi, tetapi pihak Ukraina bermain mengulur waktu atas perintah AS," ujar Lavrov.
Dia juga mengatakan, "Barat telah menolak memenuhi tuntutan kami untuk pembentukan arsitektur keamanan Eropa yang baru".
Diplomat top Rusia itu mengacu pada proposal Moskow tentang jaminan keamanan, yang dirilis Kementerian Luar Negeri Rusia pada Desember 2021.
Proposal itu membayangkan komitmen yang mengikat secara hukum oleh Moskow dan Washington untuk tidak mengerahkan senjata dan pasukan di daerah-daerah di mana mereka mungkin menjadi ancaman bagi keamanan nasional satu sama lain.
Sejalan dengan proposal itu, Moskow juga menuntut agar NATO menghentikan ekspansi ke timur menuju perbatasan Rusia dan menghindari mengundang negara-negara pasca-Soviet ke dalam aliansi Barat, atau membuat pangkalan militer di wilayah mereka.
Selain itu, Lavrov menjelaskan Rusia tidak akan mengizinkan Ukraina mendapatkan senjata nuklir, menyindir Presiden Ukraina Zelensky yang mengancam bulan lalu untuk merevisi status non-nuklir Ukraina dan memulai pembicaraan tentang Memorandum Budapest.
Memorandum Budapest tentang Jaminan Keamanan terdiri dari tiga perjanjian politik identik yang ditandatangani pada konferensi Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) di Budapest, Hongaria, pada 5 Desember 1994.
Memorandum tersebut menetapkan jaminan keamanan oleh para penandatangannya mengenai aksesi Belarusia, Kazakhstan, dan Ukraina untuk Non-Proliferasi Nuclear Weapons Treaty.
Memorandum itu awalnya ditandatangani tiga kekuatan nuklir, termasuk Rusia, Inggris, dan AS.
Secara terpisah dalam wawancara Al Jazeera, Lavrov menegaskan Krimea adalah bagian penting dari Rusia dan topik tersebut "tidak dapat didiskusikan".
Dia juga mengatakan, "Barat telah menolak memenuhi tuntutan kami untuk pembentukan arsitektur keamanan Eropa yang baru".
Diplomat top Rusia itu mengacu pada proposal Moskow tentang jaminan keamanan, yang dirilis Kementerian Luar Negeri Rusia pada Desember 2021.
Proposal itu membayangkan komitmen yang mengikat secara hukum oleh Moskow dan Washington untuk tidak mengerahkan senjata dan pasukan di daerah-daerah di mana mereka mungkin menjadi ancaman bagi keamanan nasional satu sama lain.
Sejalan dengan proposal itu, Moskow juga menuntut agar NATO menghentikan ekspansi ke timur menuju perbatasan Rusia dan menghindari mengundang negara-negara pasca-Soviet ke dalam aliansi Barat, atau membuat pangkalan militer di wilayah mereka.
Selain itu, Lavrov menjelaskan Rusia tidak akan mengizinkan Ukraina mendapatkan senjata nuklir, menyindir Presiden Ukraina Zelensky yang mengancam bulan lalu untuk merevisi status non-nuklir Ukraina dan memulai pembicaraan tentang Memorandum Budapest.
Memorandum Budapest tentang Jaminan Keamanan terdiri dari tiga perjanjian politik identik yang ditandatangani pada konferensi Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) di Budapest, Hongaria, pada 5 Desember 1994.
Memorandum tersebut menetapkan jaminan keamanan oleh para penandatangannya mengenai aksesi Belarusia, Kazakhstan, dan Ukraina untuk Non-Proliferasi Nuclear Weapons Treaty.
Memorandum itu awalnya ditandatangani tiga kekuatan nuklir, termasuk Rusia, Inggris, dan AS.
Secara terpisah dalam wawancara Al Jazeera, Lavrov menegaskan Krimea adalah bagian penting dari Rusia dan topik tersebut "tidak dapat didiskusikan".
tulis komentar anda