Ukraina Andalkan Drone TB2 Turki Hadapi Militer Rusia yang Canggih
Sabtu, 26 Februari 2022 - 12:04 WIB
KIEV - Ketika invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut, militer Kiev mengandalkan pesawat tak berawak (UAV) atau drone TB2 Bayraktars buatan Turki. Taktik Kiev tersebut diremehkan para pakar militer.
Halaman Facebook Angkatan Bersenjata Ukraina mengumumkan bahwa pasukannya meluncurkan TB2 Bayraktars buatan Turki, kendaraan udara tak berawak taktis berukuran sedang yang dapat membawa rudal anti-tank, saat militer Rusia memulai invasinya pada Kamis dini hari lalu.
Menurut situs pabrikan drone tersebut, UAV TB2 dapat terbang hingga 138 mil per jam dan dapat membawa empat amunisi pintar, atau hingga 330 pon. Itu juga dapat membawa muatan ISR.
Drone ini memiliki panjang sekitar 39 kaki dengan lebar sayap 21 kaki dengan ketinggian operasional 18.000 kaki. Situs itu juga memberikan gambaran tentang apa kemampuan dan kekurangannya di medan perang.
TB2 Bayraktars telah dikerahkan dalam beberapa konflik dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Turki telah menggunakan sistem tersebut untuk melawan pasukan Suriah dan Kurdi di Timur Tengah.
Itu juga digunakan oleh militer Azerbaijan melawan pasukan Armenia dalam Perang Nagorno-Karabakh pada tahun 2020, di mana UAV itu menjadi bintang karena keberhasilannya menargetkan sistem dan tank pertahanan udara Armenia, sebagian besar peralatannya buatan Uni Soviet dengan usia yang lebih tua.
Tetapi hasilnya akan berbeda ketika drone TB2 digunakan untuk melawan militer yang lebih modern dan canggih seperti yang dioperasikan Rusia saat ini.
“Kami belajar dari Nagorno-Karabakh bahwa ketika negara-negara memiliki kapasitas untuk mengoperasikan drone bersenjata di medan perang, dan pertahanan udara kurang menjadi perhatian, drone dapat memainkan peran penting dalam perang anti-armor,” kata Michael Horowitz, pakar militer dan profesor di Universitas Pennsylvania.
Drone TB2 memang terbukti berguna dalam konflik Nagorno-Karabakh pada tahun 2020 dan di Suriah, namun ia sekarang menghadapi musuh yang jauh lebih cakap.
Mark Cancian, seorang penasihat senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), baru-baru ini menulis dalam sebuah opini untuk Breaking Defense, Sabtu (26/2/2022) bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina akan memberikan wawasan tentang kegunaan tank modern di medan perang, aspek peperangan daratan yang telah dipertanyakan oleh beberapa ahli setelah Perang Nagorno-Karabakh.
Reuters, mengutip penelitian dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London, melaporkan bahwa Rusia diperkirakan memiliki 2.840 tank tempur utama.
“Ini berbeda karena Anda memiliki dua lawan yang memiliki militer yang lebih canggih daripada yang Anda miliki di Nagorno-Karabakh,” kata Cancian dalam sebuah wawancara.
“Rusia, tentu saja, memiliki militer kelas atas.”
Sam Bendett, seorang ahli militer Rusia yang bekerja sebagai penasihat kelompok think tank CNA, mengatakan; "Militer Rusia telah mengeklaim bahwa Bayraktars tidak selalu menjadi ancaman besar bagi kekuatan seperti Rusia, karena radar peringatan dini canggih Rusia, kemampuan peperangan elektronik, dan pertahanan udara berlapisnya.”
Rusia menghadapi lebih banyak perlawanan dari pasukan Ukraina daripada yang diperkirakan, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin masih memiliki kekuatan tempur yang belum dimanfaatkan.
Bendett mencatat bahwa keberhasilan drone TB2 di Suriah dan Nagorno-Karabakh datang melawan sistem pertahanan udara buatan Soviet yang lebih tua karena terbang rendah dan tidak dibangun untuk kecepatan, yang membuatnya lebih rentan terhadap sistem pertahanan udara canggih.
Amerika Serikat dan sekutunya juga telah menyediakan pasukan Ukraina dengan sistem rudal Javelin untuk bertahan melawan tank Rusia.
“Agar mereka dapat melihat Bayraktars dari jauh, mereka dapat mengidentifikasinya lebih cepat, dan mereka dapat meluncurkan beberapa jenis tindakan balasan untuk melawannya,” kata Bendett.
Media pemerintah Rusia mengatakan pada Kamis bahwa militer Moskow telah menembak jatuh empat TB2, meskipun klaim keberhasilan di Ukraina dari kedua sisi konflik sulit dibuktikan pada saat ini.
Ukraina membeli enam UAV TB2 dari pembuat drone Turki Baykar seharga USD69 juta pada 2019. Drone pertama dikirim ke Angkatan Laut Ukraina pada Juli tahun lalu.
Pada bulan Oktober, UAV itu digunakan melawan separatis pro-Moskow di wilayah Donbass timur Ukraina, pertama kali digunakan oleh militer Ukraina dalam pertempuran.
Pemerintah Ukraina mengisyaratkan ingin membeli 24 drone TB2 lagi, dan sejak itu setuju dengan Turki untuk memproduksi bersama drone di fasilitas di Ukraina.
Halaman Facebook Angkatan Bersenjata Ukraina mengumumkan bahwa pasukannya meluncurkan TB2 Bayraktars buatan Turki, kendaraan udara tak berawak taktis berukuran sedang yang dapat membawa rudal anti-tank, saat militer Rusia memulai invasinya pada Kamis dini hari lalu.
Menurut situs pabrikan drone tersebut, UAV TB2 dapat terbang hingga 138 mil per jam dan dapat membawa empat amunisi pintar, atau hingga 330 pon. Itu juga dapat membawa muatan ISR.
Drone ini memiliki panjang sekitar 39 kaki dengan lebar sayap 21 kaki dengan ketinggian operasional 18.000 kaki. Situs itu juga memberikan gambaran tentang apa kemampuan dan kekurangannya di medan perang.
TB2 Bayraktars telah dikerahkan dalam beberapa konflik dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Turki telah menggunakan sistem tersebut untuk melawan pasukan Suriah dan Kurdi di Timur Tengah.
Itu juga digunakan oleh militer Azerbaijan melawan pasukan Armenia dalam Perang Nagorno-Karabakh pada tahun 2020, di mana UAV itu menjadi bintang karena keberhasilannya menargetkan sistem dan tank pertahanan udara Armenia, sebagian besar peralatannya buatan Uni Soviet dengan usia yang lebih tua.
Tetapi hasilnya akan berbeda ketika drone TB2 digunakan untuk melawan militer yang lebih modern dan canggih seperti yang dioperasikan Rusia saat ini.
“Kami belajar dari Nagorno-Karabakh bahwa ketika negara-negara memiliki kapasitas untuk mengoperasikan drone bersenjata di medan perang, dan pertahanan udara kurang menjadi perhatian, drone dapat memainkan peran penting dalam perang anti-armor,” kata Michael Horowitz, pakar militer dan profesor di Universitas Pennsylvania.
Drone TB2 memang terbukti berguna dalam konflik Nagorno-Karabakh pada tahun 2020 dan di Suriah, namun ia sekarang menghadapi musuh yang jauh lebih cakap.
Mark Cancian, seorang penasihat senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), baru-baru ini menulis dalam sebuah opini untuk Breaking Defense, Sabtu (26/2/2022) bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina akan memberikan wawasan tentang kegunaan tank modern di medan perang, aspek peperangan daratan yang telah dipertanyakan oleh beberapa ahli setelah Perang Nagorno-Karabakh.
Reuters, mengutip penelitian dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London, melaporkan bahwa Rusia diperkirakan memiliki 2.840 tank tempur utama.
“Ini berbeda karena Anda memiliki dua lawan yang memiliki militer yang lebih canggih daripada yang Anda miliki di Nagorno-Karabakh,” kata Cancian dalam sebuah wawancara.
“Rusia, tentu saja, memiliki militer kelas atas.”
Sam Bendett, seorang ahli militer Rusia yang bekerja sebagai penasihat kelompok think tank CNA, mengatakan; "Militer Rusia telah mengeklaim bahwa Bayraktars tidak selalu menjadi ancaman besar bagi kekuatan seperti Rusia, karena radar peringatan dini canggih Rusia, kemampuan peperangan elektronik, dan pertahanan udara berlapisnya.”
Rusia menghadapi lebih banyak perlawanan dari pasukan Ukraina daripada yang diperkirakan, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin masih memiliki kekuatan tempur yang belum dimanfaatkan.
Bendett mencatat bahwa keberhasilan drone TB2 di Suriah dan Nagorno-Karabakh datang melawan sistem pertahanan udara buatan Soviet yang lebih tua karena terbang rendah dan tidak dibangun untuk kecepatan, yang membuatnya lebih rentan terhadap sistem pertahanan udara canggih.
Amerika Serikat dan sekutunya juga telah menyediakan pasukan Ukraina dengan sistem rudal Javelin untuk bertahan melawan tank Rusia.
“Agar mereka dapat melihat Bayraktars dari jauh, mereka dapat mengidentifikasinya lebih cepat, dan mereka dapat meluncurkan beberapa jenis tindakan balasan untuk melawannya,” kata Bendett.
Media pemerintah Rusia mengatakan pada Kamis bahwa militer Moskow telah menembak jatuh empat TB2, meskipun klaim keberhasilan di Ukraina dari kedua sisi konflik sulit dibuktikan pada saat ini.
Ukraina membeli enam UAV TB2 dari pembuat drone Turki Baykar seharga USD69 juta pada 2019. Drone pertama dikirim ke Angkatan Laut Ukraina pada Juli tahun lalu.
Pada bulan Oktober, UAV itu digunakan melawan separatis pro-Moskow di wilayah Donbass timur Ukraina, pertama kali digunakan oleh militer Ukraina dalam pertempuran.
Pemerintah Ukraina mengisyaratkan ingin membeli 24 drone TB2 lagi, dan sejak itu setuju dengan Turki untuk memproduksi bersama drone di fasilitas di Ukraina.
(min)
tulis komentar anda