Kritik Mohammed bin Salman, Joki Wanita Pertama Arab Saudi Diancam Dihabisi
Kamis, 24 Februari 2022 - 12:04 WIB
Sementara ancaman melalui panggilan telepon berhenti setahun yang lalu, pelecehan dan ancaman pedas melalui media sosial terus berlanjut dan konstan.
"Orang-orang meminta untuk mengambil kewarganegaraan saya. Anda bangun di pagi hari dan hal pertama yang Anda baca adalah, 'Kami akan membunuh Anda'. Ini adalah harga yang harus Anda bayar hanya untuk mengucapkan kata-kata Anda. Saya akan dipenjara jika saya pergi ke Saudi," ujarnya.
Dia mengeklaim suku Al-Huwaitat-nya telah dipindahkan dari desa-desa yang menjadi rumah bagi lebih dari 25.000 orang untuk membersihkan ruang bagi Neom, sebuah kota baru yang akan dibangun di provinsi Tabuk di barat laut Arab Saudi.
Putra mahkota pertama kali mengungkapkan rencana untuk kota tersebut pada tahun 2017, dengan bagian pertama akan selesai pada tahun 2025.
“Mereka [rezim] telah mengambilnya dari tanah mereka [suku Al-Huwaitat], mengusir mereka dan memulai proyek Neom,” kata Alhwaiti.
“Satu orang terbunuh di depan kamera karena dia menolak untuk pindah dari desanya. Mereka memenjarakan 70 pria dari desa yang sama karena menolak pindah. Suku saya telah tinggal di daerah itu sejak tahun 1400.”
Alhwaiti, yang telah tinggal di Inggris sejak 2011, mengatakan dia sebelumnya bekerja sebagai supervisor untuk pelajar dan kemudian di staf sumber daya manusia (HRD) saat bekerja di kedutaan Saudi di London.
Dia menjelaskan dia bekerja untuk Alwaleed bin Talal Al Saud, seorang pengusaha miliarder Saudi yang merupakan bagian dari keluarga kerajaan, dari 2004 hingga 2011, di mana bangsawan itu mensponsori dirinya dalam menunggang kuda.
Alhwaiti menyimpulkan bahwa kecuali "rezim lengser", dia tidak akan pernah kembali ke Saudi. Dia mengatakan itu menyedihkan bahwa dia tidak bisa kembali ke tanah airnya.
“Tidak ada keadilan, tidak ada demokrasi, tidak ada hak asasi manusia,” katanya. “Anda tidak aman di sana. Anda tidak dapat mengungkapkan pikiran Anda."
"Orang-orang meminta untuk mengambil kewarganegaraan saya. Anda bangun di pagi hari dan hal pertama yang Anda baca adalah, 'Kami akan membunuh Anda'. Ini adalah harga yang harus Anda bayar hanya untuk mengucapkan kata-kata Anda. Saya akan dipenjara jika saya pergi ke Saudi," ujarnya.
Dia mengeklaim suku Al-Huwaitat-nya telah dipindahkan dari desa-desa yang menjadi rumah bagi lebih dari 25.000 orang untuk membersihkan ruang bagi Neom, sebuah kota baru yang akan dibangun di provinsi Tabuk di barat laut Arab Saudi.
Putra mahkota pertama kali mengungkapkan rencana untuk kota tersebut pada tahun 2017, dengan bagian pertama akan selesai pada tahun 2025.
“Mereka [rezim] telah mengambilnya dari tanah mereka [suku Al-Huwaitat], mengusir mereka dan memulai proyek Neom,” kata Alhwaiti.
“Satu orang terbunuh di depan kamera karena dia menolak untuk pindah dari desanya. Mereka memenjarakan 70 pria dari desa yang sama karena menolak pindah. Suku saya telah tinggal di daerah itu sejak tahun 1400.”
Alhwaiti, yang telah tinggal di Inggris sejak 2011, mengatakan dia sebelumnya bekerja sebagai supervisor untuk pelajar dan kemudian di staf sumber daya manusia (HRD) saat bekerja di kedutaan Saudi di London.
Dia menjelaskan dia bekerja untuk Alwaleed bin Talal Al Saud, seorang pengusaha miliarder Saudi yang merupakan bagian dari keluarga kerajaan, dari 2004 hingga 2011, di mana bangsawan itu mensponsori dirinya dalam menunggang kuda.
Alhwaiti menyimpulkan bahwa kecuali "rezim lengser", dia tidak akan pernah kembali ke Saudi. Dia mengatakan itu menyedihkan bahwa dia tidak bisa kembali ke tanah airnya.
“Tidak ada keadilan, tidak ada demokrasi, tidak ada hak asasi manusia,” katanya. “Anda tidak aman di sana. Anda tidak dapat mengungkapkan pikiran Anda."
tulis komentar anda