Pangeran Mohammed bin Salman: Wanita Arab Saudi Tak Perlu Pakai Abaya Hitam
Senin, 21 Februari 2022 - 09:00 WIB
RIYADH - Putra Mahkota Mohammed bin Salman menegaskan bahwa para wanita Arab Saudi tidak perlu mengenakan abaya hitam. Mereka bebas mengenakan busana yang sopan dan terhormat.
"Wanita di Arab Saudi tidak perlu mengenakan penutup kepala atau abaya hitam—jubah longgar, panjang penuh yang melambangkan kesalehan Islam—selama pakaian mereka layak dan penuh hormat,” kata Pangeran Mohammed, calon raja yang reformis.
Sejak naiknya kekuasaan Pangeran Mohammed sebagai putra mahkota, negara tersebut telah menyaksikan perluasan hak-hak perempuan. Contohnya, mengizinkan perempuan menghadiri acara olahraga publik dan bercampur dengan pria. Selain itu, para perempuan juga diizinkan mengemudikan mobil di jalan raya.
Reformasi tersebut dipuji sebagai bukti tren progresif baru menuju modernisasi di negara yang selama ini dikenal sangat konservatif.
“Hukumnya sangat jelas dan diatur dalam syariah (hukum Islam): bahwa perempuan memakai pakaian yang sopan dan terhormat, seperti laki-laki,” lanjut Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan televisi CBS yang ditayangkan Minggu (20/2/2022) malam.
“Namun, ini tidak secara khusus menentukan abaya hitam atau penutup kepala hitam. Keputusan sepenuhnya diserahkan kepada wanita untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan terhormat apa yang dia pilih untuk dikenakan.”
Seorang ulama senior Arab Saudi mengatakan bulan lalu bahwa wanita harus berpakaian sopan, tetapi ini tidak mengharuskan mengenakan abaya.
Kendati demikian, masih belum jelas apakah pernyataan putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menandakan perubahan dalam penegakan aturan berpakaian perempuan di negara tersebut.
Arab Saudi tidak memiliki kode hukum tertulis untuk mengikuti teks-teks yang membentuk syariah. Polisi dan pengadilan telah lama memberlakukan aturan berpakaian yang ketat yang mengharuskan wanita Saudi untuk mengenakan abaya dan dalam banyak kasus untuk menutupi rambut dan wajah mereka.
Tetapi negara itu telah menyaksikan iklim baru kebebasan sosial yang berani dengan bangkitnya putra mahkota berusia 32 tahun itu ke tampuk kekuasaan setelah beberapa dekade penguasa tua.
Wanita Saudi telah mulai mengenakan abaya yang lebih berwarna dalam beberapa tahun terakhir, seperti biru muda dan merah muda yang sangat kontras dengan hitam.
Abaya terbuka di atas rok panjang atau jeans juga menjadi lebih umum di beberapa bagian negara tersebut.
Pada tanggal 8 Maret, sekelompok wanita di kota Saudi, Jeddah, memperingati Hari Perempuan Internasional dengan menjalankan salah satu kebebasan yang baru mereka peroleh: hak untuk pergi joging, tanpa memperhatikan penonton yang kebingungan.
Lihat Juga: 5 Tanda Kiamat yang Muncul dari Mekkah, dari Gunung Berlubang hingga Bayangan Kabah Tidak Terlihat
"Wanita di Arab Saudi tidak perlu mengenakan penutup kepala atau abaya hitam—jubah longgar, panjang penuh yang melambangkan kesalehan Islam—selama pakaian mereka layak dan penuh hormat,” kata Pangeran Mohammed, calon raja yang reformis.
Sejak naiknya kekuasaan Pangeran Mohammed sebagai putra mahkota, negara tersebut telah menyaksikan perluasan hak-hak perempuan. Contohnya, mengizinkan perempuan menghadiri acara olahraga publik dan bercampur dengan pria. Selain itu, para perempuan juga diizinkan mengemudikan mobil di jalan raya.
Reformasi tersebut dipuji sebagai bukti tren progresif baru menuju modernisasi di negara yang selama ini dikenal sangat konservatif.
“Hukumnya sangat jelas dan diatur dalam syariah (hukum Islam): bahwa perempuan memakai pakaian yang sopan dan terhormat, seperti laki-laki,” lanjut Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan televisi CBS yang ditayangkan Minggu (20/2/2022) malam.
“Namun, ini tidak secara khusus menentukan abaya hitam atau penutup kepala hitam. Keputusan sepenuhnya diserahkan kepada wanita untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan terhormat apa yang dia pilih untuk dikenakan.”
Seorang ulama senior Arab Saudi mengatakan bulan lalu bahwa wanita harus berpakaian sopan, tetapi ini tidak mengharuskan mengenakan abaya.
Kendati demikian, masih belum jelas apakah pernyataan putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menandakan perubahan dalam penegakan aturan berpakaian perempuan di negara tersebut.
Arab Saudi tidak memiliki kode hukum tertulis untuk mengikuti teks-teks yang membentuk syariah. Polisi dan pengadilan telah lama memberlakukan aturan berpakaian yang ketat yang mengharuskan wanita Saudi untuk mengenakan abaya dan dalam banyak kasus untuk menutupi rambut dan wajah mereka.
Tetapi negara itu telah menyaksikan iklim baru kebebasan sosial yang berani dengan bangkitnya putra mahkota berusia 32 tahun itu ke tampuk kekuasaan setelah beberapa dekade penguasa tua.
Wanita Saudi telah mulai mengenakan abaya yang lebih berwarna dalam beberapa tahun terakhir, seperti biru muda dan merah muda yang sangat kontras dengan hitam.
Abaya terbuka di atas rok panjang atau jeans juga menjadi lebih umum di beberapa bagian negara tersebut.
Pada tanggal 8 Maret, sekelompok wanita di kota Saudi, Jeddah, memperingati Hari Perempuan Internasional dengan menjalankan salah satu kebebasan yang baru mereka peroleh: hak untuk pergi joging, tanpa memperhatikan penonton yang kebingungan.
Lihat Juga: 5 Tanda Kiamat yang Muncul dari Mekkah, dari Gunung Berlubang hingga Bayangan Kabah Tidak Terlihat
(min)
tulis komentar anda