Vrindavan, Kota Suci Ribuan Janda India untuk Bertahan Hidup

Sabtu, 19 Februari 2022 - 12:29 WIB
Uang itu tidak hanya digunakan untuk membangun rumah kelompok bagi para janda, tetapi juga untuk mendanai pensiun dan menyediakan pelatihan kerja dan perawatan medis.

Sementara beberapa dari perubahan ini terjadi di seluruh India, mereka paling terlihat di Vrindavan.

Kota ini adalah labirin jalan-jalan sempit dan kuil-kuil batu pasir yang agung. Sepanjang hari, ribuan peziarah berkumpul untuk berdoa di bawah patung dewa raksasa.

Diyakini bahwa para janda telah berkumpul di kota itu sejak Chaitanya Mahaprabhu, tokoh reformis sosial Bengali abad ke-16, membawa sekelompok dari mereka ke sana untuk melarikan diri dari suttee.

Suttee merupakan praktik yang sekarang dilarang, di mana para janda Hindu membakar diri mereka sendiri di atas tumpukan kayu pemakaman suami mereka.

Selama bertahun-tahun, para janda di Vrindavan, yang dianggap sebagai rumah masa kanak-kanak dewa Hindu Krishna, bertahan hidup dengan menyanyikan lagu-lagu kebaktian di kuil-kuil.

Dengan menyanyikan lagu-lagu puja dewa itu mereka mendapat uang beberapa rupee sehari. Mereka pun mengemis uang dengan memakai baju sari putih.

Warna putih itu penanda bahwa warna telah hilang dari kehidupan mereka.

Tunawisma adalah hal biasa di antara para janda Vrindavan. Beberapa janda tinggal di ambang pintu.

Ketika para janda itu meninggal, pemulung sampah terkadang memasukkan tubuh mereka ke dalam kantong goni dan membuangnya ke Sungai Yamuna, menurut laporan media setempat.

Sementara para janda sering merasa tidak punya tempat lain untuk dituju, perjalanan ke Vrindavan sangat menakutkan.

Sushila Bala Dasi, 62, menangis begitu keras di perjalanan kereta ke kota itu, sehingga penumpang menelepon polisi.

Kondisi para janda menjadi begitu mengerikan sehingga Mahkamah Agung (MA) India memperhatikan keadaan buruk mereka pada 2012.

MA memutuskan bahwa pemerintah harus memberi mereka makanan, perawatan medis, dan tempat sanitasi untuk hidup.

Sejak itu, sejumlah proyek pemerintah telah diperkenalkan, termasuk membangun Krishna Kutir, atau Rumah Krishna, yang menelan biaya USD8 juta dan dibuka Agustus lalu.

Banyak dari 129 janda yang tinggal di sana tiba sendirian, dengan naik kereta api, dari desa-desa yang jaraknya ratusan mil.

Mereka mengenakan pakaian kotor dan sobek, dan beberapa orang datang dengan luka serius akibat kekerasan rumah tangga.

Pada peresmian ashram, Maneka Gandhi, menteri wanita India pada saat itu, mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan perawatan janda.

Meski demikian, dia berharap model Krishna Kutir dapat direplikasi di tempat lain di India. “Kami ingin semua wanita merasa aman,” papar dia.

Vinita Verma, pekerja sosial dari Sulabh International, organisasi yang bekerja dengan para janda, mengatakan dia telah melihat perubahan perlahan dari para janda yang memandang diri mereka sendiri tidak layak dicintai.

Para janda yang dulunya menolak memakai baju selain putih itu kini mau memilih pakaian yang diwarnai biru, jingga, dan merah muda.

“Dulu mereka hanya berpikir putih, tidak ada yang lain,” papar Verma.

“Ketika mereka berdoa, mereka menangis. Ketika mereka sedang memasak, mereka menangis. Sekarang, mereka memiliki nilai,” tutur dia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More