Jenderal Kiev: Darah Tentara Rusia Akan Banjiri Ukraina jika Nekat Invasi
Senin, 14 Februari 2022 - 11:36 WIB
KIEV - Seorang jenderal tinggi Kiev memperingatkan Kremlin bahwa darah para tentara Rusia akan "membanjiri" Ukraina jika Moskow nekat melakukan invasi militer.
Jenderal Oleksandr Syrskyi, Kepala Angkatan Darat Ukraina, mengeluarkan ancaman itu saat Kremlin terus mengerahkan pasukannya di perbatasan kedua negara.
Janji mengerikan Jenderal Syrskyi menggemakan teriakan para pengunjuk rasa yang berkumpul di Kiev akhir pekan lalu dan bersumpah untuk melawan agresi asing dengan "nafas dan peluru terakhir" mereka.
Media Jerman, Der Spiegel, sebelumnya mengeklaim bahwa mata-mata AS menerima rincian tentang rencana invasi Rusia, yang dilaporkan menetapkan tanggal invasi pada 16 Februari 2022 atau Rabu nanti.
Jenderal Syrskyi, yang saat ini sedang melakukan latihan tempur dengan pasukannya, telah memperingatkan invasi tidak akan menjadi jalan sederhana di tanah Ukraina.
“Angkatan bersenjata Ukraina sudah siap,” kata jenderal 56 tahun itu kepada Sky News, yang dilansir Minggu (13/2/2022).
“Kami mampu dan kami tidak akan menyerahkan satu meter pun tanah Ukraina tanpa perlawanan."
“Kami siap, dan kami memperingatkan mereka 'tidak akan mudah berjalan di taman. Setiap meter dari tanah ini akan dibanjiri darah yang mendudukinya'," paparnya.
"Saya percaya pada anggota layanan Ukraina. Saya percaya pada angkatan bersenjata kami dan saya percaya pada kemenangan kami," imbuh dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa menyerang Ukraina akan menyebabkan "penderitaan manusia yang meluas".
Laporan Gedung Putih mengatakan Biden memperingatkan serangan oleh Moskow juga akan mengurangi posisi Rusia ketika Barat menggantungkan harapan pada diplomasi untuk mencegah perang.
Kedua pemimpin itu dilaporkan telah berbicara selama sekitar satu jam setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron juga berbagi telepon dengan Putin, dengan kekhawatiran akan serangan yang akan segera terjadi.
Warga negara Inggris, Amerika dan Jerman telah diberitahu untuk segera meninggalkan Ukraina karena lebih dari 100.000 tentara Rusia berkumpul di perbatasan.
AS juga telah memerintahkan staf kedutaan non-darurat untuk meninggalkan Ukraina, menyusul penarikan diplomat sebelumnya oleh Amerika dan Inggris.
Penasihat Keamanan Nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan serangan sebelum berakhirnya Olimpiade Musim Dingin pada 20 Februari adalah "prospek yang kredibel".
Dia memperingatkan serangan Rusia di Ukraina dapat dimulai kapan saja dan kemungkinan akan dimulai dengan serangan udara.
"Pasukan baru Rusia tiba di perbatasan dan berada dalam posisi untuk melakukan operasi militer besar di Ukraina kapan saja sekarang, yang dapat mencakup serangan cepat ke kota Kiev atau di bagian lain negara itu," katanya.
Berbicara dari Gedung Putih, dia mengatakan Rusia dapat memilih dalam waktu yang sangat singkat untuk memulai aksi militer besar-besaran terhadap Ukraina, tetapi menekankan AS tidak tahu apakah Putin telah membuat keputusan akhir.
Jenderal Oleksandr Syrskyi, Kepala Angkatan Darat Ukraina, mengeluarkan ancaman itu saat Kremlin terus mengerahkan pasukannya di perbatasan kedua negara.
Janji mengerikan Jenderal Syrskyi menggemakan teriakan para pengunjuk rasa yang berkumpul di Kiev akhir pekan lalu dan bersumpah untuk melawan agresi asing dengan "nafas dan peluru terakhir" mereka.
Media Jerman, Der Spiegel, sebelumnya mengeklaim bahwa mata-mata AS menerima rincian tentang rencana invasi Rusia, yang dilaporkan menetapkan tanggal invasi pada 16 Februari 2022 atau Rabu nanti.
Jenderal Syrskyi, yang saat ini sedang melakukan latihan tempur dengan pasukannya, telah memperingatkan invasi tidak akan menjadi jalan sederhana di tanah Ukraina.
“Angkatan bersenjata Ukraina sudah siap,” kata jenderal 56 tahun itu kepada Sky News, yang dilansir Minggu (13/2/2022).
“Kami mampu dan kami tidak akan menyerahkan satu meter pun tanah Ukraina tanpa perlawanan."
“Kami siap, dan kami memperingatkan mereka 'tidak akan mudah berjalan di taman. Setiap meter dari tanah ini akan dibanjiri darah yang mendudukinya'," paparnya.
"Saya percaya pada anggota layanan Ukraina. Saya percaya pada angkatan bersenjata kami dan saya percaya pada kemenangan kami," imbuh dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa menyerang Ukraina akan menyebabkan "penderitaan manusia yang meluas".
Laporan Gedung Putih mengatakan Biden memperingatkan serangan oleh Moskow juga akan mengurangi posisi Rusia ketika Barat menggantungkan harapan pada diplomasi untuk mencegah perang.
Kedua pemimpin itu dilaporkan telah berbicara selama sekitar satu jam setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron juga berbagi telepon dengan Putin, dengan kekhawatiran akan serangan yang akan segera terjadi.
Warga negara Inggris, Amerika dan Jerman telah diberitahu untuk segera meninggalkan Ukraina karena lebih dari 100.000 tentara Rusia berkumpul di perbatasan.
AS juga telah memerintahkan staf kedutaan non-darurat untuk meninggalkan Ukraina, menyusul penarikan diplomat sebelumnya oleh Amerika dan Inggris.
Penasihat Keamanan Nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan serangan sebelum berakhirnya Olimpiade Musim Dingin pada 20 Februari adalah "prospek yang kredibel".
Dia memperingatkan serangan Rusia di Ukraina dapat dimulai kapan saja dan kemungkinan akan dimulai dengan serangan udara.
"Pasukan baru Rusia tiba di perbatasan dan berada dalam posisi untuk melakukan operasi militer besar di Ukraina kapan saja sekarang, yang dapat mencakup serangan cepat ke kota Kiev atau di bagian lain negara itu," katanya.
Berbicara dari Gedung Putih, dia mengatakan Rusia dapat memilih dalam waktu yang sangat singkat untuk memulai aksi militer besar-besaran terhadap Ukraina, tetapi menekankan AS tidak tahu apakah Putin telah membuat keputusan akhir.
(min)
tulis komentar anda