Tak Hanya Tentara, Warga Sipil Ukraina Juga Bersiap Hadapi Invasi Rusia
Rabu, 26 Januari 2022 - 16:54 WIB
Pangkalan Angkatan Bersenjata Teritorial baru yang bermunculan di seluruh negeri adalah hasil dari undang-undang yang diperkenalkan selama putaran ketegangan sebelumnya tahun lalu. Eskalasi terbaru telah memicu tanggapan serupa, dengan Pemerintah Ukraina mengumumkan undang-undang baru yang mengizinkan penggunaan senapan berburu dalam tindakan pertahanan teritorial.
Menurut Mykola Levchencko, seorang perwira cadangan, banyak orang yang dilatihnya telah membeli senjata dan amunisi pribadi, sering kali diimpor dari Amerika Serikat, Israel, atau Turki.
Vasily, seorang mayor di Pasukan Teritorial di Izyum, sebuah kota dekat Kharkiv, percaya bahwa Rusia akan menghadapi kekuatan terlatih yang dapat melindungi kota-kota utama. “Banyak penduduk lokal memiliki pengalaman garis depan. Mereka siap secara psikologis untuk pertempuran jika terjadi invasi,” katanya.
Banyak rekrutan terbaru Pasukan Pertahanan Teritorial berbicara tentang rasa kewajiban. “Saya berjanji kepada keluarga saya bahwa saya akan melindungi mereka,” kata Roman, seorang rekrutan berusia 27 tahun dari Izyum. Dia sekarang percaya ada risiko invasi yang jauh lebih tinggi – sekitar 50 persen – dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Mykola Levchencko, seorang perwira cadangan, banyak orang yang dilatihnya telah membeli senjata dan amunisi pribadi, sering kali diimpor dari Amerika Serikat, Israel, atau Turki.
Vasily, seorang mayor di Pasukan Teritorial di Izyum, sebuah kota dekat Kharkiv, percaya bahwa Rusia akan menghadapi kekuatan terlatih yang dapat melindungi kota-kota utama. “Banyak penduduk lokal memiliki pengalaman garis depan. Mereka siap secara psikologis untuk pertempuran jika terjadi invasi,” katanya.
Banyak rekrutan terbaru Pasukan Pertahanan Teritorial berbicara tentang rasa kewajiban. “Saya berjanji kepada keluarga saya bahwa saya akan melindungi mereka,” kata Roman, seorang rekrutan berusia 27 tahun dari Izyum. Dia sekarang percaya ada risiko invasi yang jauh lebih tinggi – sekitar 50 persen – dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda