Rusia: AS Merasa Memiliki Status Istimewa di Seluruh Dunia
Sabtu, 22 Januari 2022 - 19:35 WIB
JENEWA - Rusia menyindir Amerika Serikat (AS) yang merasa memiliki status istimewa di seluruh dunia sebagai penegak hukum dan penjaga ketertiban. Sindiran ini disampaikan setelah Washington mempertanyakan kehadiran pasukan penjaga perdamaian Rusia dan sekutunya di Kazakhstan baru-baru ini.
Sindiran itu disampaikan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov saat konferensi pers pada hari Jumat, tak lama setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Jenewa.
Kedua diplomat tersebut telah membahas sejumlah perkembangan politik baru-baru ini. Lavrov mengatakan dia telah menuntut penjelasan atas komentar yang dibuat Blinken tentang kehadiran pasukan penjaga perdamaian Rusia di Kazakhstan di bawah naungan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), di mana Rusia dan Kazakhstan adalah anggotanya.
"Mengenai 'lingkup pengaruh', saya meminta Antony Blinken untuk menjelaskannya," kata Lavrov kepada wartawan, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (22/1/2022).
“Setelah presiden Kazakhstan meminta bantuan dari CSTO dalam menekan teroris, berdasarkan bab CSTO untuk bantuan, ada tuntutan agar Kazakhstan menjelaskan mengapa ia melakukan apa yang dilakukannya," lanjut Lavrov.
"Ini menggambarkan bahwa Barat yakin akan status istimewanya sendiri. Mereka diizinkan untuk melakukan segalanya, dan yang lain tidak diizinkan untuk melakukan apa pun. Lihat bagaimana Uni Eropa berperilaku," paparnya.
Ketika kerusuhan massal pecah di Kazakhstan awal bulan ini, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengeklaim bahwa perusuh adalah “teroris asing” dan meminta bantuan dari CSTO, aliansi militer yang dipimpin Rusia, untuk meredam protes.
Beberapa ribu tentara, sebagian besar Rusia, dikirim ke negara itu untuk menjaga fasilitas strategis.
Pada 7 Januari, Blinken memperingatkan bahwa ini bisa menjadi tanda bahwa Moskow memiliki ambisi militer di Kazakhstan, dengan mengatakan, “satu pelajaran dari sejarah baru-baru ini adalah bahwa begitu orang Rusia berada di rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi.”
Namun, minggu lalu, organisasi tersebut menyatakan bahwa misi tersebut telah berhasil dan pasukan mulai menarik diri. Pemerintah Kazakhstan mengumumkan bahwa setidaknya 225 orang tewas dalam protes tersebut, dan lebih dari 4.500 orang terluka.
Lavrov dan Blinken bertemu pada hari Jumat di Jenewa dengan tujuan menyelesaikan ketegangan yang meningkat atas keamanan Eropa, khususnya mengenai Ukraina.
Para pejabat Barat telah menyuarakan ketakutan selama berbulan-bulan bahwa Rusia dapat merencanakan invasi yang akan segera terjadi terhadap tetangganya, yang telah dibantah oleh Kremlin.
Moskow, sementara itu, telah menyerukan jaminan tertulis bahwa NATO, blok militer yang dipimpin AS, tidak akan ekspansi ke Ukraina atau Georgia, sebuah kesepakatan yang para pemimpin Amerika katakan tidak mungkin.
Sindiran itu disampaikan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov saat konferensi pers pada hari Jumat, tak lama setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Jenewa.
Kedua diplomat tersebut telah membahas sejumlah perkembangan politik baru-baru ini. Lavrov mengatakan dia telah menuntut penjelasan atas komentar yang dibuat Blinken tentang kehadiran pasukan penjaga perdamaian Rusia di Kazakhstan di bawah naungan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), di mana Rusia dan Kazakhstan adalah anggotanya.
"Mengenai 'lingkup pengaruh', saya meminta Antony Blinken untuk menjelaskannya," kata Lavrov kepada wartawan, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (22/1/2022).
“Setelah presiden Kazakhstan meminta bantuan dari CSTO dalam menekan teroris, berdasarkan bab CSTO untuk bantuan, ada tuntutan agar Kazakhstan menjelaskan mengapa ia melakukan apa yang dilakukannya," lanjut Lavrov.
"Ini menggambarkan bahwa Barat yakin akan status istimewanya sendiri. Mereka diizinkan untuk melakukan segalanya, dan yang lain tidak diizinkan untuk melakukan apa pun. Lihat bagaimana Uni Eropa berperilaku," paparnya.
Ketika kerusuhan massal pecah di Kazakhstan awal bulan ini, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengeklaim bahwa perusuh adalah “teroris asing” dan meminta bantuan dari CSTO, aliansi militer yang dipimpin Rusia, untuk meredam protes.
Beberapa ribu tentara, sebagian besar Rusia, dikirim ke negara itu untuk menjaga fasilitas strategis.
Pada 7 Januari, Blinken memperingatkan bahwa ini bisa menjadi tanda bahwa Moskow memiliki ambisi militer di Kazakhstan, dengan mengatakan, “satu pelajaran dari sejarah baru-baru ini adalah bahwa begitu orang Rusia berada di rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi.”
Namun, minggu lalu, organisasi tersebut menyatakan bahwa misi tersebut telah berhasil dan pasukan mulai menarik diri. Pemerintah Kazakhstan mengumumkan bahwa setidaknya 225 orang tewas dalam protes tersebut, dan lebih dari 4.500 orang terluka.
Lavrov dan Blinken bertemu pada hari Jumat di Jenewa dengan tujuan menyelesaikan ketegangan yang meningkat atas keamanan Eropa, khususnya mengenai Ukraina.
Para pejabat Barat telah menyuarakan ketakutan selama berbulan-bulan bahwa Rusia dapat merencanakan invasi yang akan segera terjadi terhadap tetangganya, yang telah dibantah oleh Kremlin.
Moskow, sementara itu, telah menyerukan jaminan tertulis bahwa NATO, blok militer yang dipimpin AS, tidak akan ekspansi ke Ukraina atau Georgia, sebuah kesepakatan yang para pemimpin Amerika katakan tidak mungkin.
(min)
tulis komentar anda