Inilah Penyebab Rusia dan Ukraina di Ambang Perang
Sabtu, 22 Januari 2022 - 00:55 WIB
Tetapi Rusia dan Ukraina berpisah secara linguistik, historis dan, yang paling penting, secara politik.
Putin, bagaimanapun, telah berulang kali mengeklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah "satu orang", bagian dari "peradaban Rusia" yang juga mencakup negara tetangga; Belarusia. Ukraina menolak klaimnya.
Ukraina mengalami dua revolusi pada 2005 dan 2014, keduanya menolak supremasi Rusia dan mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Putin sangat marah dengan prospek pangkalan NATO di sebelah perbatasannya dan mengatakan Ukraina bergabung dengan aliansi transatlantik yang dipimpin AS akan menandai perlintasan "garis merah".
Mendukung Separatis
Setelah Revolusi Martabat Ukraina 2014, yang diwarnai protes selama berbulan-bulan akhirnya menggulingkan presiden Ukraina pro-Moskow Viktor Yanukovych, Putin menggunakan kekosongan kekuasaan untuk menganeksasi Crimea dan mendukung separatis di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk.
Kremlin menolak narasi aneksasi Crimea. Mereka bersikeras, Crimea dengan mayoritas suara memilih pisah dengan Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk juga memisahkan diri dari Ukraina dengan masing-masing mendirikan "Republik Rakyat" yang otoriter dan lemah secara ekonomi.
Kedua wilayah itu menerapkan kembali hukuman mati. Mereka menjalankan lusinan kamp konsentrasi di mana para pembangkang disiksa dan dieksekusi.
Profesor Ihor Kozlovsky dari Universitas Negeri Donetsk menghabiskan hampir 700 hari di kamp konsentrasi serta penjara, dan mengatakan dia disiksa oleh separatis dan perwira Rusia yang menceritakan kembali klaim Putin tentang “peradaban Rusia”.
Putin, bagaimanapun, telah berulang kali mengeklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah "satu orang", bagian dari "peradaban Rusia" yang juga mencakup negara tetangga; Belarusia. Ukraina menolak klaimnya.
Ukraina mengalami dua revolusi pada 2005 dan 2014, keduanya menolak supremasi Rusia dan mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Putin sangat marah dengan prospek pangkalan NATO di sebelah perbatasannya dan mengatakan Ukraina bergabung dengan aliansi transatlantik yang dipimpin AS akan menandai perlintasan "garis merah".
Mendukung Separatis
Setelah Revolusi Martabat Ukraina 2014, yang diwarnai protes selama berbulan-bulan akhirnya menggulingkan presiden Ukraina pro-Moskow Viktor Yanukovych, Putin menggunakan kekosongan kekuasaan untuk menganeksasi Crimea dan mendukung separatis di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk.
Kremlin menolak narasi aneksasi Crimea. Mereka bersikeras, Crimea dengan mayoritas suara memilih pisah dengan Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk juga memisahkan diri dari Ukraina dengan masing-masing mendirikan "Republik Rakyat" yang otoriter dan lemah secara ekonomi.
Kedua wilayah itu menerapkan kembali hukuman mati. Mereka menjalankan lusinan kamp konsentrasi di mana para pembangkang disiksa dan dieksekusi.
Profesor Ihor Kozlovsky dari Universitas Negeri Donetsk menghabiskan hampir 700 hari di kamp konsentrasi serta penjara, dan mengatakan dia disiksa oleh separatis dan perwira Rusia yang menceritakan kembali klaim Putin tentang “peradaban Rusia”.
tulis komentar anda