Ukraina: Invasi Rusia Akan Menghancurkan Eropa
Sabtu, 15 Januari 2022 - 07:50 WIB
JAKARTA - Ketegangan masih menyelimuti wilayah perbatasan Ukraina dengan adanya penumpukan pasukan Rusia . Meski begitu, sejumlah pejabat Moskow mengatakan mereka tidak mempunyai niat untuk melakukan invasi negara tetangganya itu.
Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyebut itu adalah pernyataan menyesatkan.
"Fakta berbicara sendiri: Rusia terus memperkuat armada pasukan, tank, sistem artileri, unit udara dan angkatan laut di sepanjang perbatasan Ukraina dan di wilayah yang diduduki sementara Ukraina," katanya dalam keterangan tertulis yang diberikan diberikan Second Secretary Kedutaan Besar Ukraina Svitlana Kovtun, Jumat (14/1/2022).
"54 batalyon kelompok taktis telah dikerahkan di dekat wilayah Ukraina. Ini berarti lebih dari 106.000 tentara reguler terlatih, 1.500 tank, 3.600 kendaraan tempur lapis baja, dan 1.900 artileri siap meluncurkan operasi militer besar-besaran," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Rusia pada 12 Januari lalu juga sempat melakukan latihan militer di dekat perbatasan Ukraina dengan sekitar 3.000 prajurit dan melibatkan helikopter serangnya.
Menurut Kuleba, Rusia mampu menempatkan lebih banyak pasukan dalam waktu yang sangat singkat hanya dalam beberapa hari. Karenanya Amerika Serikat (AS), NATO dan Uni Eropa (UE) harus berusaha keras untuk memastikan bahwa Rusia mengurangi situasi di sepanjang perbatasan, di bagian Donbas yang diduduki, dan di Crimea.
"Konsekuensi dari invasi baru Rusia ke Ukraina akan menghancurkan Eropa. Ada kebutuhan penting untuk tindakan tegas dan tegas untuk menghindari skenario terburuk," ucapnya.
Menurut Kuleba komunitas internasional perlu mempercepat pekerjaan dalam menyiapkan paket tindakan yang komprehensif untuk mencegah Rusia dari agresi lebih lanjut.
"Ini termasuk tindakan politik, sanksi ekonomi yang sangat efektif terhadap Rusia, dan transfer peralatan militer defensif ke Angkatan Bersenjata Ukraina," kata Kuleba.
Di jalur lain, Ukraina, Prancis, dan Jerman akan melanjutkan keterlibatan mereka dengan Rusia untuk menghidupkan kembali dialog yang bermakna dalam Format Normandia dan Grup Kontak Trilateral.
Titik awal menuju diskusi tentang keamanan di Eropa harus dimulai dengan Rusia menghentikan agresi bersenjatanya terhadap Ukraina, meninggalkan logika perang dan mengimplementasikan komitmennya berdasarkan Perjanjian Minsk dan kesepakatan KTT Normandia Paris 2019.
"Kami siap untuk berdiskusi dengan Rusia semua masalah yang berkaitan dengan penyelesaian damai konflik baik di tingkat empat negara atau di tingkat bilateral, termasuk di tingkat presiden," pungkas Kuleba.
Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyebut itu adalah pernyataan menyesatkan.
"Fakta berbicara sendiri: Rusia terus memperkuat armada pasukan, tank, sistem artileri, unit udara dan angkatan laut di sepanjang perbatasan Ukraina dan di wilayah yang diduduki sementara Ukraina," katanya dalam keterangan tertulis yang diberikan diberikan Second Secretary Kedutaan Besar Ukraina Svitlana Kovtun, Jumat (14/1/2022).
"54 batalyon kelompok taktis telah dikerahkan di dekat wilayah Ukraina. Ini berarti lebih dari 106.000 tentara reguler terlatih, 1.500 tank, 3.600 kendaraan tempur lapis baja, dan 1.900 artileri siap meluncurkan operasi militer besar-besaran," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Rusia pada 12 Januari lalu juga sempat melakukan latihan militer di dekat perbatasan Ukraina dengan sekitar 3.000 prajurit dan melibatkan helikopter serangnya.
Menurut Kuleba, Rusia mampu menempatkan lebih banyak pasukan dalam waktu yang sangat singkat hanya dalam beberapa hari. Karenanya Amerika Serikat (AS), NATO dan Uni Eropa (UE) harus berusaha keras untuk memastikan bahwa Rusia mengurangi situasi di sepanjang perbatasan, di bagian Donbas yang diduduki, dan di Crimea.
"Konsekuensi dari invasi baru Rusia ke Ukraina akan menghancurkan Eropa. Ada kebutuhan penting untuk tindakan tegas dan tegas untuk menghindari skenario terburuk," ucapnya.
Menurut Kuleba komunitas internasional perlu mempercepat pekerjaan dalam menyiapkan paket tindakan yang komprehensif untuk mencegah Rusia dari agresi lebih lanjut.
"Ini termasuk tindakan politik, sanksi ekonomi yang sangat efektif terhadap Rusia, dan transfer peralatan militer defensif ke Angkatan Bersenjata Ukraina," kata Kuleba.
Di jalur lain, Ukraina, Prancis, dan Jerman akan melanjutkan keterlibatan mereka dengan Rusia untuk menghidupkan kembali dialog yang bermakna dalam Format Normandia dan Grup Kontak Trilateral.
Titik awal menuju diskusi tentang keamanan di Eropa harus dimulai dengan Rusia menghentikan agresi bersenjatanya terhadap Ukraina, meninggalkan logika perang dan mengimplementasikan komitmennya berdasarkan Perjanjian Minsk dan kesepakatan KTT Normandia Paris 2019.
"Kami siap untuk berdiskusi dengan Rusia semua masalah yang berkaitan dengan penyelesaian damai konflik baik di tingkat empat negara atau di tingkat bilateral, termasuk di tingkat presiden," pungkas Kuleba.
Baca Juga
(ian)
tulis komentar anda