Setelah Menghina Raja Salman, Hizbullah Gelar Konferensi Oposisi Arab Saudi
Kamis, 13 Januari 2022 - 20:42 WIB
BEIRUT - Kelompok Hizbullah Lebanon menjadi tuan rumah konferensi untuk tokoh-tokoh oposisi Arab Saudi di selatan Beirut pada hari Rabu. Konferensi ini hanya berselang beberapa hari setelah pemimpin kelompok itu, Hassan Nasrallah, menghina Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dengan menyebutnya "teroris".
Tindakan terbaru Hizbullah ini kemungkinan akan kembali membuat marah kerajaan kaya minyak tersebut.
Pertemuan para tokoh oposisi Saudi terjadi ketika pemerintah Lebanon berusaha memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi yang mencapai titik terendah.
Pada Oktober lalu, Kerajaan Arab Saudi itu menarik duta besarnya dari Beirut dan melarang semua impor Lebanon.
Pejabat tinggi Hizbullah, Hashem Safieddine, mengatakan Arab Saudi harus menghentikan kebijakannya untuk "menindas" orang lain serta campur tangan dalam urusan internal Lebanon.
Selain tokoh-tokoh oposisi Saudi, konferensi juga dihadiri anggota pemberontak Houthi Yaman yang saat ini diperangi pasukan Koalisi Arab pimpinan Saudi.
Konferensi itu juga dimaksudkan untuk memperingati ulang tahun ulama Syiah Arab Saudi yang berpengaruh Nimr al-Nimr, yang dieksekusi mati pada Januari 2016 dalam eksekusi massal 47 orang di kerajaan itu.
Al-Nimr adalah seorang kritikus pemerintah yang vokal dan pemimpin utama protes kelompok Syiah di Arab Saudi timur pada 2011 menuntut hak yang lebih besar di negara mayoritas Sunni dan perlakuan yang adil.
Di antara tokoh Saudi yang kurang dikenal yang menghadiri konferensi tersebut adalah Fouad Ibrahim, Abbas Sadeq, Hamzah al-Hassan dan Sheikh Jasem Mahmoud Ali yang mengecam keluarga Kerajaan Saudi atas kematian al-Nimr.
Beberapa menit setelah Safieddine menyelesaikan pidatonya, Duta Besar Saudi untuk Lebanon Waleed Bukhari men-tweet: "Kebenaran yang menyakitkan adalah bahwa teroris Hizbullah bertindak di atas negara.”
Selama konferensi, seorang pendukung kelompok Hizbullah membentangkan poster Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dengan kata-kata Arab yang berbunyi: "Bin Salman adalah seorang teroris".
Langkah Saudi untuk menarik duta besarnya dari Beirut dan melarang impor Lebanon sebagai respons atas komentar menteri kabinet Lebanon yang mengatakan dalam wawancara televisi bahwa perang di Yaman sia-sia dan menyebutnya sebagai agresi oleh koalisi pimpinan Saudi.
Pada awal Desember lalu, Menteri Informasi Lebanon George Kordahi, yang membuat komentar sebelum dia mengambil pekerjaan sebagai menteri, mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, langkahnya tidak meredakan ketegangan hubungan dan perang kata-kata antara Hizbullah dan pejabat Saudi terus berlanjut.
Presiden Lebanon Michel Aoun, sekutu politik kelompok Hizbullah, telah memisahkan diri dari serangan verbal oleh para pemimpin Hizbullah terhadap Kerajaan Arab Saudi.
Pada akhir Desember, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dalam pidatonya meminta Lebanon untuk mengakhiri kendali teroris Hizbullah atas Lebanon.
Akar dari krisis ini adalah persaingan regional yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dengan Iran dan kegelisahan Saudi tentang pengaruh Hizbullah yang meningkat di Lebanon.
“Kami menginginkan hubungan terbaik dengan Arab Saudi tetapi Arab Saudi harus menghentikan kebijakan intimidasi di kawasan ini," kata Safieddine, seperti dikutip Times of Israel, Kamis (13/1/2022).
“Mereka yang menargetkan kami akan mendapat tanggapan," katanya lagi.
Tindakan terbaru Hizbullah ini kemungkinan akan kembali membuat marah kerajaan kaya minyak tersebut.
Pertemuan para tokoh oposisi Saudi terjadi ketika pemerintah Lebanon berusaha memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi yang mencapai titik terendah.
Pada Oktober lalu, Kerajaan Arab Saudi itu menarik duta besarnya dari Beirut dan melarang semua impor Lebanon.
Pejabat tinggi Hizbullah, Hashem Safieddine, mengatakan Arab Saudi harus menghentikan kebijakannya untuk "menindas" orang lain serta campur tangan dalam urusan internal Lebanon.
Selain tokoh-tokoh oposisi Saudi, konferensi juga dihadiri anggota pemberontak Houthi Yaman yang saat ini diperangi pasukan Koalisi Arab pimpinan Saudi.
Konferensi itu juga dimaksudkan untuk memperingati ulang tahun ulama Syiah Arab Saudi yang berpengaruh Nimr al-Nimr, yang dieksekusi mati pada Januari 2016 dalam eksekusi massal 47 orang di kerajaan itu.
Al-Nimr adalah seorang kritikus pemerintah yang vokal dan pemimpin utama protes kelompok Syiah di Arab Saudi timur pada 2011 menuntut hak yang lebih besar di negara mayoritas Sunni dan perlakuan yang adil.
Di antara tokoh Saudi yang kurang dikenal yang menghadiri konferensi tersebut adalah Fouad Ibrahim, Abbas Sadeq, Hamzah al-Hassan dan Sheikh Jasem Mahmoud Ali yang mengecam keluarga Kerajaan Saudi atas kematian al-Nimr.
Beberapa menit setelah Safieddine menyelesaikan pidatonya, Duta Besar Saudi untuk Lebanon Waleed Bukhari men-tweet: "Kebenaran yang menyakitkan adalah bahwa teroris Hizbullah bertindak di atas negara.”
Selama konferensi, seorang pendukung kelompok Hizbullah membentangkan poster Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dengan kata-kata Arab yang berbunyi: "Bin Salman adalah seorang teroris".
Langkah Saudi untuk menarik duta besarnya dari Beirut dan melarang impor Lebanon sebagai respons atas komentar menteri kabinet Lebanon yang mengatakan dalam wawancara televisi bahwa perang di Yaman sia-sia dan menyebutnya sebagai agresi oleh koalisi pimpinan Saudi.
Pada awal Desember lalu, Menteri Informasi Lebanon George Kordahi, yang membuat komentar sebelum dia mengambil pekerjaan sebagai menteri, mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, langkahnya tidak meredakan ketegangan hubungan dan perang kata-kata antara Hizbullah dan pejabat Saudi terus berlanjut.
Presiden Lebanon Michel Aoun, sekutu politik kelompok Hizbullah, telah memisahkan diri dari serangan verbal oleh para pemimpin Hizbullah terhadap Kerajaan Arab Saudi.
Pada akhir Desember, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dalam pidatonya meminta Lebanon untuk mengakhiri kendali teroris Hizbullah atas Lebanon.
Akar dari krisis ini adalah persaingan regional yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dengan Iran dan kegelisahan Saudi tentang pengaruh Hizbullah yang meningkat di Lebanon.
“Kami menginginkan hubungan terbaik dengan Arab Saudi tetapi Arab Saudi harus menghentikan kebijakan intimidasi di kawasan ini," kata Safieddine, seperti dikutip Times of Israel, Kamis (13/1/2022).
“Mereka yang menargetkan kami akan mendapat tanggapan," katanya lagi.
(min)
tulis komentar anda