Korban Tewas Banjir Malaysia Sentuh Angka 46 Jiwa
Minggu, 26 Desember 2021 - 09:00 WIB
KUALA LUMPUR - Korban tewas akibat banjir terburuk di Malaysia dalam beberapa tahun terakhir naik menjadi 46 jiwa, Sabtu (25/12/2021). Hingga kini, lima orang dilaporkan masih hilang dan terus dilakukan upaya pencarian terhadap mereka.
Inspektur Jenderal Polisi Acryl Sani Abdullah Sani mengatakan, jumlah korban tewas naik menjadi 46 orang karena lebih banyak mayat ditemukan, dengan mayoritas kematian di negara bagian Selangor dan Pahang. "Masih ada lima orang yang hilang. Kami berharap mereka segera ditemukan," katanya dalam konferensi pers, seperti dikutip AFP.
Dia mengatakan 54.532 orang masih berada di lebih dari 300 pusat evakuasi di tujuh negara bagian, dan 68 jalan tetap ditutup karena banjir. Ia juga mengimbau agar masyarakat barhati-hati karena sejumlah sungai masih meluap.
“Tim penyelamat menggunakan backhoe dan truk untuk memindahkan barang-barang yang berserakan di jalan-jalan di luar rumah penduduk,” kata Acryl Sani.
Hujan deras berhari-hari menyebabkan sungai meluap selama akhir pekan lalu, membanjiri kota, memutus jalan utama, dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi. Selangor - negara bagian Malaysia yang paling padat penduduknya dan terkaya, menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena dampaknya.
Dilaporkan pula banyak bagian di ibu kota negara bagian yang dilanda banjir. Akibatnya, sejumlah warga terdampar di rumah mereka tanpa makanan selama berhari-hari, sebelum dievakuasi dengan kapal dalam operasi penyelamatan yang kacau balau.
Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim sebelumnya mendesak pemerintah untuk mengadakan penyelidikan publik, menyusul tanggapan pemerintah atas banjir yang dikritik secara luas.
“Koordinasi yang buruk antara badan-badan pemerintah dan pengerahan militer yang tertunda mengubah respons terhadap bencana alam menjadi bencana kemanusiaan,” katanya.
Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob telah mengakui bahwa ada "kelemahan", tetapi menjanjikan perbaikan di masa depan. Ia juga telah memerintah semua menteri dalam kabinetnya untuk menunda libur akhir tahun dan fokus menangani pemulihan pasca banjir.
Malaysia dilanda banjir setiap tahun selama musim hujan, dari November hingga Februari. Tetapi banjir di akhir pekan adalah yang terburuk sejak 2014. Pemanasan global telah dikaitkan dengan banjir yang semakin parah di Malaysia.
Inspektur Jenderal Polisi Acryl Sani Abdullah Sani mengatakan, jumlah korban tewas naik menjadi 46 orang karena lebih banyak mayat ditemukan, dengan mayoritas kematian di negara bagian Selangor dan Pahang. "Masih ada lima orang yang hilang. Kami berharap mereka segera ditemukan," katanya dalam konferensi pers, seperti dikutip AFP.
Dia mengatakan 54.532 orang masih berada di lebih dari 300 pusat evakuasi di tujuh negara bagian, dan 68 jalan tetap ditutup karena banjir. Ia juga mengimbau agar masyarakat barhati-hati karena sejumlah sungai masih meluap.
“Tim penyelamat menggunakan backhoe dan truk untuk memindahkan barang-barang yang berserakan di jalan-jalan di luar rumah penduduk,” kata Acryl Sani.
Hujan deras berhari-hari menyebabkan sungai meluap selama akhir pekan lalu, membanjiri kota, memutus jalan utama, dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi. Selangor - negara bagian Malaysia yang paling padat penduduknya dan terkaya, menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena dampaknya.
Dilaporkan pula banyak bagian di ibu kota negara bagian yang dilanda banjir. Akibatnya, sejumlah warga terdampar di rumah mereka tanpa makanan selama berhari-hari, sebelum dievakuasi dengan kapal dalam operasi penyelamatan yang kacau balau.
Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim sebelumnya mendesak pemerintah untuk mengadakan penyelidikan publik, menyusul tanggapan pemerintah atas banjir yang dikritik secara luas.
“Koordinasi yang buruk antara badan-badan pemerintah dan pengerahan militer yang tertunda mengubah respons terhadap bencana alam menjadi bencana kemanusiaan,” katanya.
Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob telah mengakui bahwa ada "kelemahan", tetapi menjanjikan perbaikan di masa depan. Ia juga telah memerintah semua menteri dalam kabinetnya untuk menunda libur akhir tahun dan fokus menangani pemulihan pasca banjir.
Malaysia dilanda banjir setiap tahun selama musim hujan, dari November hingga Februari. Tetapi banjir di akhir pekan adalah yang terburuk sejak 2014. Pemanasan global telah dikaitkan dengan banjir yang semakin parah di Malaysia.
(esn)
tulis komentar anda