Iran Bersiap Eksekusi Agen Mossad yang Terlibat Pembunuhan Soleimani
Selasa, 09 Juni 2020 - 15:22 WIB
TEHERAN - Otoritas berwenang Iran bersiap untuk mengeksekusi mati seorang warga setempat yang dinyatakan sebagai agen CIA Amerika Serikat (AS) dan Mossad Israel. Mata-mata itulah yang membocorkan keberadaan komandan Pasukan Quds, Jenderal Qasem Soleimani , sehingga memudahkan serangan drone Amerika di Baghdad Januari lalu.
Jenderal top Iran itu tewas bersama para milisi Irak pro-Teheran di dekat Bandara Internasional Baghdad setelah diserang rudal yang ditembakkan oleh pesawat nirawak atau drone AS pada 3 Januari 2020. Teheran membalas dengan menembakkan beberapa rudal balistik di pangkalan Irak yang menyebabkan ratusan tentara Amerika menderita gegar otak.
Juru bicara otoritas kehakiman Iran, Gholamhossein Esmaili, mengumumkan bahwa warga negara Republik Islam Iran bernama Mahmoud Mousavi-Majd akan dieksekusi mati karena memberikan informasi kepada CIA perihal keberadaan Soleimani.
"Mahmoud Mousavi-Majd, salah satu mata-mata untuk CIA dan (dinas intelijen Israel) Mossad telah dijatuhi hukuman mati. Dia memberikan (informasi) keberadaan martir (Qasem) Soleimani kepada musuh-musuh kita," kata Esmaili pada konferensi pers yang disiarkan stasiun televisi setempat, Selasa (9/6/2020), seperti dikutip Sputniknews. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Pernyataan itu muncul setelah majalah Newsweek mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan pada akhir Maret bahwa hanya sedikit orang yang tahu tentang pembunuhan Soleimani oleh pesawat nirawak AS, MQ-9 Reaper, di Irak awal tahun ini.
Menurut sumber, pembunuhan Soleimani dilakukan dalam kerahasiaan sedemikian rupa sehingga bahkan satelit mata-mata militer AS sendiri, yang disebut "national technical means (NTM)", tidak tahu tentang posisi drone.
Salah satu sumber menyatakan bahwa tidak ada trek GPS pada MQ-9 Reaper saat menuju ke Bandara Internasional Baghdad, juga tidak ada indikasi penerbangannya diberikan ke sistem radar yang bertugas mengidentifikasi "pesawat yang ramah".
Serangan yang menewaskan Jenderal Soleimani diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Serangan itu semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Teheran dan Washington.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
Jenderal top Iran itu tewas bersama para milisi Irak pro-Teheran di dekat Bandara Internasional Baghdad setelah diserang rudal yang ditembakkan oleh pesawat nirawak atau drone AS pada 3 Januari 2020. Teheran membalas dengan menembakkan beberapa rudal balistik di pangkalan Irak yang menyebabkan ratusan tentara Amerika menderita gegar otak.
Juru bicara otoritas kehakiman Iran, Gholamhossein Esmaili, mengumumkan bahwa warga negara Republik Islam Iran bernama Mahmoud Mousavi-Majd akan dieksekusi mati karena memberikan informasi kepada CIA perihal keberadaan Soleimani.
"Mahmoud Mousavi-Majd, salah satu mata-mata untuk CIA dan (dinas intelijen Israel) Mossad telah dijatuhi hukuman mati. Dia memberikan (informasi) keberadaan martir (Qasem) Soleimani kepada musuh-musuh kita," kata Esmaili pada konferensi pers yang disiarkan stasiun televisi setempat, Selasa (9/6/2020), seperti dikutip Sputniknews. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Pernyataan itu muncul setelah majalah Newsweek mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan pada akhir Maret bahwa hanya sedikit orang yang tahu tentang pembunuhan Soleimani oleh pesawat nirawak AS, MQ-9 Reaper, di Irak awal tahun ini.
Menurut sumber, pembunuhan Soleimani dilakukan dalam kerahasiaan sedemikian rupa sehingga bahkan satelit mata-mata militer AS sendiri, yang disebut "national technical means (NTM)", tidak tahu tentang posisi drone.
Salah satu sumber menyatakan bahwa tidak ada trek GPS pada MQ-9 Reaper saat menuju ke Bandara Internasional Baghdad, juga tidak ada indikasi penerbangannya diberikan ke sistem radar yang bertugas mengidentifikasi "pesawat yang ramah".
Serangan yang menewaskan Jenderal Soleimani diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Serangan itu semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Teheran dan Washington.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
(mas)
tulis komentar anda