Taiwan: Invasi Besar-besaran Komunis China Akan Sangat Sulit
Senin, 13 Desember 2021 - 13:59 WIB
BEIJING - Invasi besar-besaran militer komunis China ke Taiwan dengan mendaratkan pasukan dan menduduki pelabuhan serta bandara akan sangat sulit dicapai. Demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Taiwan, Senin (13/12/2021).
Alasannya, Beijing akan mengalami masalah dalam mendaratkan dan memasok pasukan.
Ketegangan antara Taipei dan Beijing—yang mengeklaim pulau yang memerintah sendiri secara demokratis itu sebagai wilayahnya—telah meningkat dalam dua tahun terakhir ketika China meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan untuk menekannya agar menerima pemerintahan China.
Dalam sebuah laporan kepada anggota Parlemen, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapasitas transportasi China saat ini terbatas, tidak akan dapat mendaratkan semua pasukannya sekaligus, dan harus bergantung pada kapal roll-on dan roll-off "non-standar" yang perlu menggunakan fasilitas pelabuhan dan pesawat angkut yang membutuhkan bandara.
“Namun, militer negara ini sangat mempertahankan pelabuhan dan bandara, dan mereka tidak akan mudah diduduki dalam waktu singkat. Operasi pendaratan akan menghadapi risiko yang sangat tinggi,” kata kementerian itu dalam laporannya, yang salinannya telah ditinjau oleh Reuters.
Menurut laporan itu, logistik China juga menghadapi tantangan, karena setiap pasukan pendarat perlu dipasok kembali dengan senjata, makanan, dan obat-obatan melintasi Selat Taiwan yang memisahkan kedua wilayah.
"Militer negara memiliki keuntungan dari Selat Taiwan menjadi parit alami dan dapat menggunakan operasi pencegatan bersama, memotong pasokan militer komunis, sangat mengurangi efektivitas tempur dan daya tahan pasukan pendaratan," imbuh laporan tersebut.
China, sambung kementerian tersebut, juga perlu menjaga beberapa pasukannya sebagai cadangan untuk mencegah pasukan asing bergabung untuk membantu Taiwan dan untuk terus mengawasi daerah-daerah rawan lainnya di perbatasan China, seperti dengan India dan di Laut China Selatan.
Alasannya, Beijing akan mengalami masalah dalam mendaratkan dan memasok pasukan.
Ketegangan antara Taipei dan Beijing—yang mengeklaim pulau yang memerintah sendiri secara demokratis itu sebagai wilayahnya—telah meningkat dalam dua tahun terakhir ketika China meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan untuk menekannya agar menerima pemerintahan China.
Dalam sebuah laporan kepada anggota Parlemen, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapasitas transportasi China saat ini terbatas, tidak akan dapat mendaratkan semua pasukannya sekaligus, dan harus bergantung pada kapal roll-on dan roll-off "non-standar" yang perlu menggunakan fasilitas pelabuhan dan pesawat angkut yang membutuhkan bandara.
“Namun, militer negara ini sangat mempertahankan pelabuhan dan bandara, dan mereka tidak akan mudah diduduki dalam waktu singkat. Operasi pendaratan akan menghadapi risiko yang sangat tinggi,” kata kementerian itu dalam laporannya, yang salinannya telah ditinjau oleh Reuters.
Menurut laporan itu, logistik China juga menghadapi tantangan, karena setiap pasukan pendarat perlu dipasok kembali dengan senjata, makanan, dan obat-obatan melintasi Selat Taiwan yang memisahkan kedua wilayah.
"Militer negara memiliki keuntungan dari Selat Taiwan menjadi parit alami dan dapat menggunakan operasi pencegatan bersama, memotong pasokan militer komunis, sangat mengurangi efektivitas tempur dan daya tahan pasukan pendaratan," imbuh laporan tersebut.
China, sambung kementerian tersebut, juga perlu menjaga beberapa pasukannya sebagai cadangan untuk mencegah pasukan asing bergabung untuk membantu Taiwan dan untuk terus mengawasi daerah-daerah rawan lainnya di perbatasan China, seperti dengan India dan di Laut China Selatan.
tulis komentar anda