Penistaan Ayat Alquran Hanya Tuduhan, Ini Sebab Manajer Pabrik Dibakar Hidup-hidup

Senin, 06 Desember 2021 - 08:43 WIB
Gadis cilik Pakistan ikut demo mengecam pembunuhan brutal massa buruh terhadap manajer pabrik asal Sri Lanka. Foto/Economic Times
ISLAMABAD - Massa buruh di Pakistan telah membakar hidup-hidup manajer pabrik asal Sri Lanka hingga tewas atas tuduhan telah menistakan ayat Alquran . Itu hanya tuduhan mentah dari dua tersangka utama yang dendam kerap dicaci maki korban karena kinerja mereka buruk.

Korban, Priyantha Diyawadana Kumara (49), dibunuh secara brutal oleh massa buruh pabrik pada Jumat pekan lalu. Korban diamuk atas tuduhan menurunkan poster berisi ayat Alquran di dinding bangunan pabrik.



Poster yang diturunkan itu sebenarnya poster Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP), partai terlarang di Pakistan yang terkenal radikal.



Dua tersangka utama, Farhan Idrees dan Usman Rasheed, mengaku sering dicaci korban karena hasil kerja yang buruk dan tidak disiplin. Mereka lantas menghasut rekan-rekan buruh mereka untuk membunuh korban dengan dalih "penistaan agama".

Pengakuan kedua tersangka itu disampaikan kepada polisi yang menyelidiki kasus amuk massa tersebut.

Korban selama ini dikenal sebagai seorang insinyur tekstil dengan kualifikasi terbaik. Dia dikenal tegas dalam menegakkan disiplin.

Kedua tersangka dalam wawancara dengan stasiun televisi lokal di tempat pembunuhan mengeklaim bahwa mereka membunuh "penista agama".

Rinciannya detailnya, pada 3 Desember, Priyantha Kumara diseret keluar pabrik ke jalan, ditendang, disiksa, dan dipukuli dengan batang dan tongkat besi oleh ratusan buruh atas tuduhan penistaan agama. Kemudian, dia dibakar hidup-hidup hingga meninggal.

Menurut rincian penyelidikan, Kumara telah mencopot poster Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) dari dinding bangunan pabrik sebelum memplester bangunan tersebut.

Pencopotan poster itu menjadi kesempatan bagi para tersangka yang sakit hati kepada korban untuk menyelesaikan masalah dengan menyebarkan desas-desus bahwa korban telah melakukan penistaan agama.



Insiden itu mengundang kecaman masyarakat internasional yang menyerukan Perdana Menteri Imran Khan dan pemerintah di Punjab untuk mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku.

Segera setelah pembunuhan manajer pabrik di Sialkot, yang dikenal sebagai pusat industri negara itu, Perdana Menteri Imran Khan dalam sebuah tweet meyakinkan keadilan kepada keluarga Priyantha Kumara dengan mengatakan bahwa dia secara pribadi memantau penyelidikan.

Dalam tweet lain, PM Khan menginformasikan bahwa dia telah berbicara dengan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan menyampaikan kemarahan dan rasa malu bangsa Pakistan kepada rakyat Sri Lanka atas pembunuhan main hakim sendiri terhadap Priyantha Diyawadana di Sialkot.

"Saya memberi tahu dia bahwa 100 lebih orang ditangkap dan meyakinkannya bahwa mereka akan dituntut dengan hukum yang berat," tulis PM Khan.

Enam orang lagi ditangkap pada hari Minggu karena diduga terlibat dalam pembunuhan tanpa pengadilan terhadap Priyantha Kumara.

Laporan Informasi Pertama (FIR) didaftarkan terhadap 900 pekerja Rajco Industries di Sialkot. Ratusan orang terancam hukuman yang diatur dalam Undang-Undang Anti-Terorisme.

Para petinggi pabrik mengatakan mereka tidak berdaya di depan massa karena kekurangan personel.

Menurut Petugas Kepolisian Daerah (DPO) setempat, Omar Saeed Malik, razia masih terus dilakukan untuk menangkap lebih banyak tersangka. "Lebih dari 300 pekerja pabrik telah diidentifikasi dalam rekaman CCTV karena terlibat dalam tindakan berdarah dan tim polisi telah dibentuk untuk menemukan mereka," katanya.

Sehari sebelumnya, Ketua Menteri Punjab Buzdar telah menyatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.

Istri Kumara yang berduka, Niroshi Dasaniyake, telah memohon kepada para pemimpin Pakistan dan Sri Lanka untuk menegakkan keadilan bagi suaminya yang terbunuh.

“Suami saya adalah pria yang tidak bersalah. Saya mengetahui dari berita bahwa setelah bekerja di luar negeri begitu lama dia telah dibunuh secara brutal. Saya melihat di internet betapa tidak manusiawi pembunuhan itu. Saya memohon kepada presiden Sri Lanka dan perdana menteri dan presiden Pakistan untuk melakukan penyelidikan yang adil sehingga suami saya dan dua anak kami mendapatkan keadilan," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Gulf News, Senin (6/12/2021).

Kumara dan keluarganya telah tinggal di Sialkot selama tujuh tahun terakhir.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More