Belarusia Ingin Pasang S-400 Rusia, Alasannya Mengejutkan
Kamis, 02 Desember 2021 - 14:30 WIB
MINSK - Dalam wawancara dengan RIA Novosti, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko merefleksikan dampak sanksi Barat yang dijatuhkan pada negaranya setelah Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) menolak untuk mengakui kemenangannya dalam pemilu presiden 2020.
Dia juga mengomentari ketegangan antara negara tetangga terdekat, Rusia dan Ukraina.
Berbicara tentang apa yang telah dilakukan negaranya untuk mempertahankan diri di tengah hubungan yang tidak stabil dan tegang dengan UE dan rencana NATO untuk ekspansi ke timur, Lukashenko menyebutkan apa yang dibutuhkan Minsk.
"Hari ini kami sepenuhnya menutupi perbatasan kami dengan sistem pertahanan udara kami ... Tetapi agar efektif melawan serangan rudal, kami hanya membutuhkan (sistem pertahanan udara) S-400, dan mungkin S-500," ungkap Lukashenko.
Ketika ditanya kapan Belarusia dapat menerima sistem rudal pertahanan ini, Lukashenko mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan membuat keputusan itu.
Lukashenko juga menyebutkan Belarusia telah memiliki sistem S-400 yang siap tempur di pusat pelatihannya, dan Minsk ingin meminta Moskow meninggalkannya di Belarusia.
Lukashenko menambahkan semua peluncur rudal nuklir antarbenua di Belarusia telah disimpan dan siap digunakan, kecuali satu.
"Mengapa saya menjadi musuh bagi Barat? Bukan karena saya seorang diktator. Karena semua lokasi di mana (rudal) Topol berdiri, kecuali satu, sepenuhnya terpelihara dan masih siap digunakan," papar Lukashenko.
Menurut Lukashenko, mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin berusaha menghancurkan fasilitas peluncuran ini karena tekanan dari Washington.
“Saya bilang tidak. Tapi ketika tekanannya ekstrim sehingga Anda tahu, saya bisa membuktikan dan menunjukkannya, kami meledakkan satu lokasi, itu di hutan, tempatnya tidak hanya 10 sentimeter di sana, (area) itu sangat besar," ungkap Lukashenko.
Menurut Lukashenko, Putin menawarkan bantuan kepada mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko dalam pemulihan Donbass, tetapi Poroshenko menolak karena pengaruh eksternal.
"Dan Putin dengan sepenuh hati mengatakan: baik, apa yang mereka lakukan, kita harus menyelesaikan ini ... Ini (perang) harus berakhir dan Donbass harus dipulihkan. Orang-orang perlu hidup normal ... Saya katakan, jika itu resmi, saya siap berbicara dengan Poroshenko tentang topik ini ... Saya sudah siap pergi, dia (Putin) menggandeng tangan saya: dan (berkata) saya akan membantu memulihkan Donbass. Dan saya akan membantu, beri tahu dia (Poroshenko)," papar Lukashenko.
Presiden Belarusia mengakui dia memiliki hubungan baik dengan Poroshenko dan mengenalnya sebelum dia menjadi presiden Ukraina.
"Saya sarankan Anda mengembalikan Donbass. Putin memberi tahu saya tentang hal itu secara langsung. Saya menekankan ini. Anda tahu, Poroshenko akhirnya setuju. Tetapi setelah sebulan, dalam sebulan, dia mulai melakukan segalanya sebaliknya. Mengapa? Karena orang itu di bawah kendali eksternal," papar Lukashenko.
Dia juga mengomentari ketegangan antara negara tetangga terdekat, Rusia dan Ukraina.
Berbicara tentang apa yang telah dilakukan negaranya untuk mempertahankan diri di tengah hubungan yang tidak stabil dan tegang dengan UE dan rencana NATO untuk ekspansi ke timur, Lukashenko menyebutkan apa yang dibutuhkan Minsk.
"Hari ini kami sepenuhnya menutupi perbatasan kami dengan sistem pertahanan udara kami ... Tetapi agar efektif melawan serangan rudal, kami hanya membutuhkan (sistem pertahanan udara) S-400, dan mungkin S-500," ungkap Lukashenko.
Ketika ditanya kapan Belarusia dapat menerima sistem rudal pertahanan ini, Lukashenko mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan membuat keputusan itu.
Lukashenko juga menyebutkan Belarusia telah memiliki sistem S-400 yang siap tempur di pusat pelatihannya, dan Minsk ingin meminta Moskow meninggalkannya di Belarusia.
Lukashenko menambahkan semua peluncur rudal nuklir antarbenua di Belarusia telah disimpan dan siap digunakan, kecuali satu.
"Mengapa saya menjadi musuh bagi Barat? Bukan karena saya seorang diktator. Karena semua lokasi di mana (rudal) Topol berdiri, kecuali satu, sepenuhnya terpelihara dan masih siap digunakan," papar Lukashenko.
Menurut Lukashenko, mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin berusaha menghancurkan fasilitas peluncuran ini karena tekanan dari Washington.
“Saya bilang tidak. Tapi ketika tekanannya ekstrim sehingga Anda tahu, saya bisa membuktikan dan menunjukkannya, kami meledakkan satu lokasi, itu di hutan, tempatnya tidak hanya 10 sentimeter di sana, (area) itu sangat besar," ungkap Lukashenko.
Menurut Lukashenko, Putin menawarkan bantuan kepada mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko dalam pemulihan Donbass, tetapi Poroshenko menolak karena pengaruh eksternal.
"Dan Putin dengan sepenuh hati mengatakan: baik, apa yang mereka lakukan, kita harus menyelesaikan ini ... Ini (perang) harus berakhir dan Donbass harus dipulihkan. Orang-orang perlu hidup normal ... Saya katakan, jika itu resmi, saya siap berbicara dengan Poroshenko tentang topik ini ... Saya sudah siap pergi, dia (Putin) menggandeng tangan saya: dan (berkata) saya akan membantu memulihkan Donbass. Dan saya akan membantu, beri tahu dia (Poroshenko)," papar Lukashenko.
Presiden Belarusia mengakui dia memiliki hubungan baik dengan Poroshenko dan mengenalnya sebelum dia menjadi presiden Ukraina.
"Saya sarankan Anda mengembalikan Donbass. Putin memberi tahu saya tentang hal itu secara langsung. Saya menekankan ini. Anda tahu, Poroshenko akhirnya setuju. Tetapi setelah sebulan, dalam sebulan, dia mulai melakukan segalanya sebaliknya. Mengapa? Karena orang itu di bawah kendali eksternal," papar Lukashenko.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda