Yaman, Negaranya Para Habib yang Hancur akibat Perang
Kamis, 02 Desember 2021 - 14:06 WIB
Perang di Yaman pecah tahun 2014, yang awalnya adalah perang saudara antara pasukan pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi dan pasukan pemberontak Houthi. Dalam perkembangannya, pemerintah Hadi mendapat dukungan dari Koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi, sedangkan Houthi mendapat dukungan dari Iran.
Lantaran dukung-mendukung dari asing itulah, negara para habib ini menjadi medan perang proksi Arab Saudi dengan Iran.
Perang dimulai pada September 2014 ketika pasukan Houthi mengambil alih Ibu Kota Yaman, Sanaa, yang diikuti oleh pengambilalihan pemerintah dengan cepat.
Pada 21 Maret 2015, Komite Revolusioner Tertinggi yang dipimpin Houthi mendeklarasikan mobilisasi umum untuk menggulingkan Presiden Hadi dan memperluas kendali ke provinsi-provinsi selatan Yaman.
Pada mulanya, Houthi bersekutu dengan pasukan pro-mantan presiden Ali Abdullah Saleh. Namun, Salah dibunuh pada 4 Desember 2017. Menurut laporan media lokal, Saleh dibunuh pasukan Houthi karena diam-diam melakukan negosiasi dengan kubu pemerintah Hadi.
Pasukan Houthi saat ini menguasai Sanaa dan seluruh Yaman Utara kecuali wilayah Marib. Mereka bentrok dengan pasukan pro-pemerintah Hadi yang didukung Koalisi Arab.
Pada 2017 dibentuk Dewan Transisi Selatan (STC) oleh faksi-faksi separatis anti-Houthi.
Tahun 2018, STC merebut Aden. Namun, koalisi anti-Houthi terpecah dan bentrokandi antarafaksi-faksi separatis serta dengan pasukan pro-Hadi terus terjadi di selatan Yaman. Ada laporan yang menyebut pasukan-pasukan separatis itu didukung Uni Emirat Arab.
Kekacauan semakin parah dengan munculnya al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan ISIS yang memusuhi semua faksi di Yaman.
Lantaran dukung-mendukung dari asing itulah, negara para habib ini menjadi medan perang proksi Arab Saudi dengan Iran.
Perang dimulai pada September 2014 ketika pasukan Houthi mengambil alih Ibu Kota Yaman, Sanaa, yang diikuti oleh pengambilalihan pemerintah dengan cepat.
Pada 21 Maret 2015, Komite Revolusioner Tertinggi yang dipimpin Houthi mendeklarasikan mobilisasi umum untuk menggulingkan Presiden Hadi dan memperluas kendali ke provinsi-provinsi selatan Yaman.
Pada mulanya, Houthi bersekutu dengan pasukan pro-mantan presiden Ali Abdullah Saleh. Namun, Salah dibunuh pada 4 Desember 2017. Menurut laporan media lokal, Saleh dibunuh pasukan Houthi karena diam-diam melakukan negosiasi dengan kubu pemerintah Hadi.
Pasukan Houthi saat ini menguasai Sanaa dan seluruh Yaman Utara kecuali wilayah Marib. Mereka bentrok dengan pasukan pro-pemerintah Hadi yang didukung Koalisi Arab.
Pada 2017 dibentuk Dewan Transisi Selatan (STC) oleh faksi-faksi separatis anti-Houthi.
Tahun 2018, STC merebut Aden. Namun, koalisi anti-Houthi terpecah dan bentrokandi antarafaksi-faksi separatis serta dengan pasukan pro-Hadi terus terjadi di selatan Yaman. Ada laporan yang menyebut pasukan-pasukan separatis itu didukung Uni Emirat Arab.
Kekacauan semakin parah dengan munculnya al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan ISIS yang memusuhi semua faksi di Yaman.
tulis komentar anda