Hassan Al-Maliki, Cendekiawan Arab Saudi yang Bakal Dieksekusi karena Miliki Buku Terlarang
Sabtu, 13 November 2021 - 07:26 WIB
Langkah para anggota parlemen itu muncul ketika Reprieve menyeruka pihak berwenang Arab Saudi untuk bertindak atas janji-janji reformasi dan mengakhiri hukuman mati untuk semua pelanggaran yang tidak mematikan, serta bagi mereka yang dihukum karena kejahatan yang dilakukan ketika mereka masih remaja.
Arab Saudi telah berulang kali membantah ada tahanan politik di balik jeruji besi dan menggembar-gemborkan dorongannya untuk reformasi peradilan, termasuk dekrit untuk menghentikan eksekusi anak di bawah umur.
The Independent menghubungi Kedutaan Arab Saudi di London untuk memberikan komentar tetapi belum menerima jawaban. Anggota parlemen Konservatif Alastair Carmichael mengatakan bahwa mengancam Al-Maliki dengan hukuman mati karena menggunakan kebebasan berpikir "adalah sebuah kebiadaban".
“Jika Arab Saudi ingin dianggap serius sebagai negara yang sedang melakukan reformasi maka setidaknya harus mundur dari hukuman kejam untuk tindakan hati nurani,” katanya kepada The Independent.
“Jika pemerintah Inggris ingin dianggap serius sebagai suara untuk HAM di seluruh dunia, maka para menteri harus mengangkat kasus Hassan ke tingkat tertinggi dengan rezim Saudi.”
Anggota parlemen dari Partai Buruh Andy Slaughter, yang juga menandatangani surat itu, mengatakan kepada The Independent bahwa perlakuan terhadap Al-Maliki sama sekali tidak sesuai dengan reformasi yang dianut oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
“Pemerintah Inggris harus membela kebebasan berekspresi dan membuat pernyataan mendesak untuk memastikan bahwa tuduhan palsu ini dibatalkan," katanya.
Jeed Basyouni, dari Reprieve, menggambarkan kesenjangan yang konsisten antara apa yang dikatakan otoritas Saudi dan apa yang mereka lakukan terkait dengan hukuman mati.
“Sementara [Putra Mahkota] Mohammed bin Salman berperan sebagai seorang reformis, Hassan menghadapi hukuman mati karena menyarankan reformasi serupa," kata Basyouni.
Arab Saudi telah berulang kali membantah ada tahanan politik di balik jeruji besi dan menggembar-gemborkan dorongannya untuk reformasi peradilan, termasuk dekrit untuk menghentikan eksekusi anak di bawah umur.
The Independent menghubungi Kedutaan Arab Saudi di London untuk memberikan komentar tetapi belum menerima jawaban. Anggota parlemen Konservatif Alastair Carmichael mengatakan bahwa mengancam Al-Maliki dengan hukuman mati karena menggunakan kebebasan berpikir "adalah sebuah kebiadaban".
“Jika Arab Saudi ingin dianggap serius sebagai negara yang sedang melakukan reformasi maka setidaknya harus mundur dari hukuman kejam untuk tindakan hati nurani,” katanya kepada The Independent.
“Jika pemerintah Inggris ingin dianggap serius sebagai suara untuk HAM di seluruh dunia, maka para menteri harus mengangkat kasus Hassan ke tingkat tertinggi dengan rezim Saudi.”
Anggota parlemen dari Partai Buruh Andy Slaughter, yang juga menandatangani surat itu, mengatakan kepada The Independent bahwa perlakuan terhadap Al-Maliki sama sekali tidak sesuai dengan reformasi yang dianut oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
“Pemerintah Inggris harus membela kebebasan berekspresi dan membuat pernyataan mendesak untuk memastikan bahwa tuduhan palsu ini dibatalkan," katanya.
Jeed Basyouni, dari Reprieve, menggambarkan kesenjangan yang konsisten antara apa yang dikatakan otoritas Saudi dan apa yang mereka lakukan terkait dengan hukuman mati.
“Sementara [Putra Mahkota] Mohammed bin Salman berperan sebagai seorang reformis, Hassan menghadapi hukuman mati karena menyarankan reformasi serupa," kata Basyouni.
tulis komentar anda